NEWS
144 Calon Romo Ikuti Pendidikan Seminari Menengah di Bali
Badung, JARRAKPOS.com – Misa Kudus yang dipimpin Uskup Denpasar MGR. DR. Silverter San, PR buka kegiatan Temu Seminari Regio Nusra di Seminari Menengah Roh Kudus Tuka, Dalung, Badung, Sabtu (22/6/2019) malam. Kegiatan yang berlangsung dari 22 hingga 26 Juni 2019 ini, diikuti oleh 144 Seminaris asal Bali dan Nusa Tenggra. Usai kegiatan kebaktian para Seminaris langsung disebar ke rumah-rumah penduduk di 11 desa se-Kabupaten Badung.
Ketua Panitia Temu Seminari Menengah Bali-Nusra, Fx I Made Hirawan mengatakan, usai Misa Kudus para Seminaris ini akan diarahkan ke rumah-rumah penduduk umat Katolik rata-rata dua orang untuk satu KK. Sebaran Seminaris dilakukan di Desa Tangeb, Cemagi, Abian Base, Sading, Buduk, Tuka, Babakan, Padang Tawang, Kulibul, Dama, Dawas, Pengilian, dan Desa Tibubeneng. Dijelaskan dari 144 Seminaris ini, adalah calon Pemuka Agama Katolik (Romo) yang sedang mengikuti Pendidikan Seminari Menengah. “Dia adalah bibit-bibit yang akan menjadi romo yang akan nyukla brahmacari, atau tidak akan kawin,” jelas Hirawan.
Baca juga : Cicipi Timbungan Yeh Gangga, Bupati Eka Jatuh Hati
Calon Romo atau imam ini merupakan calon pemimpin upacara resmi yang sah dan sakral di gereja. Sehingga diawali dengan Misa Kudus yang dipimpin langsung Uskub Denpasar, MGR. DR. Silverter San, PR sebagai petinggi Gereja Katolik di wilayah Bali dan Lombok untuk menghadirkan kasih Tuhan, agar rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan terberkati. “Hari ini kita mulai dengan memohon kepada Tuhan supaya acara selama lima hari ini terberkati. Ini merupakan kebaktian atau Misa Kudus,” jelasnya.
Selama di rumah penduduk Seminaris ini akan melakukan interaksi dengan masing-masing anggota keluarga tempat mereka tinggal. Mereka juga disana hadir untuk memahami tugas seorang romo sangat diperlukan sebagai tokoh sepiritual bagi umat. Keberadaan mereka juga untuk ikut memberikan peneguhan sebagai bentuk arah pembinaan yang berbasis kepada kemanusiaan atau humanis. “Mereka (peserta sebelumnya, red) banyak lulus dan banyak yang pandai malah tidak tahan, karena perlu pengorbanan dan kerendahan hati. Mereka harus melayani umat, dan tetap bersekolah hingga ditakbiskan oleh uskup,” katanya.
Baca juga : Buku “Panggil Aku Kristy”, Kisah Sukses dan Pantang Menyerah Sang Mantan Pramugari Garuda
Usai mengikuti Pendidikan Seminari Menengah selama tiga tahun, selanjutnya para Seminaris ini akan mengikuti jenjang noviciat selama dua tahun serta pendidikan terakhir yakni seminari tinggi setara strata 1 (S1). Karena sudah diprediksi Seminaris ini akan ada yang gagal menuntaskan tujuannya sebagai romo, maka minimal usai pendidikan seminari tinggi dengan memahami Filsafat Teologi Katolik sebagai refleksi kritis sistematis atas iman Katolik, mereka masih berkesempatan menjadi guru Agama Katolik. “Setelah S1 tugas di gereja dua tahun lalu turun di masyarakat untuk TOP (tahun orientasi pastoral), bagaimana melayani dan menyapa umat. Andaikata dia tidak jadi romo, dia sudah punya S1 untuk menjadi guru Agama Katolik,” terangnya. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login