Connect with us

    NEWS

    70 Petani Asal Bali Belajar ke NTB Tingkatkan Produktifitas Tembakau

    Published

    on


    Denpasar, JARRAKPOS.com – Tembakau sebagai salah satu komoditi perkebunan di Bali dinilai masih lemah dari sisi produktifitas. Padahal di Bali tanaman ini banyak dikembangkan di Kabupaten Buleleng, Gianyar, Karangasem dan Kabupaten Bangli namun hasilnya masih jauh dibandingkan produktifitas tembau di Nusa Tenggara Barat (NTB). Karena biaya budidaya yang mahal petani di Bali diharapkan mampu meningkatkan produktifitas terlebih Bali mendapatkan dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH CHT) dari Kementerian Keuangan di tahun 2019 sebesar Rp1,4 miliar. Menjawab tantangan ini sebanyak 70 petani tembakau diikutkan dalam kegiatan study komparasi yang dilepas langsung Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si, Senin (29/7/2019).

    1b#Ik-21/7/2019

    Wisnuardhana menjelaskan, luas tanam tembakau di Bali tahun 2019 tercatat seluas 704 hektar yang dibudidayakan di lahan sawah sebagai tanaman selingan setelah tanaman padi. Rata-rata produksi tembakau di Bali mencapai 1.150 ton (dengan produktivitas rata-rata > 1,5 ton/ha) diusahakan oleh lebih dari 1.100 KK petani. Sebenarnya potensi lahan untuk perluasan tanam tembakau di Bali masih cukup luas, dan berusahatani tembakau juga sangat menguntungkan. Akan tetapi perkebangannya terbatas, hal ini karena berusahatani tembakau membutuhkan biaya yang besar mencapai lebih dari Rp25 juta/ha, bahkan untuk tembakau Virginia dapat mencapai lebih dari Rp100 juta /ha. Disamping itu resiko kegagalan karena serangan hama penyakit tanaman serta pengaruh iklim yang cukup besar. Jika usahatani berhasil baik dan harga penjualan stabil pada kisaran harga Rp35-40 ribu/kg keuntungan dari usahatani tembakau per ha dapat mencapai lebih dari Rp25 juta dalam satu musim tanam (4 bulan).

    Baca juga : Bali Terima Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Lewat Sipadu

    Karena Potensi tembakau di Bali cukup diandalkan maka sejak tahun 2010 selalu mendapatkan DBH CHT. Sehingga bantuan di tahun 2019 kembali diupayakan untuk pemberdayaan petani berupa pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok tani tembakau di lima Kabupaten. Adapun bantuan yang diberikan berupa rumah permentasi, perajang, traktor serta bantuan benih dan pupuk. Dari alokasi dana tersebut juga dipergunakan untuk memberikan pelatihan teknis termasuk pelaksanaan studi komparasi bagi Ketua/kelompok tani tambakau yang kembali dilaksanakan. Gelombang lertama dilakukan dua minggu lalu untuk 40 petani tembakau dari Kabupaten Bangli dan Gianyar sementara gelombang dua diberangkatkan untuk petani di Kabupaten Buleleng dan Jembrana (masing-masing selama tiga hari). “Kita betangkatkan sebanyak 70 orang para ketua/pengurus kelompok tani tembakau se-Bali beserta petugas pendamping untuk melaksanakan study komparasi ke Provinsi NTB selama tiga hari. Dipilihnya Provinsi NTB sebagai tempat study komparasi oleh karena usaha tani tembakau di NTB cukup maju dan telah dibudidayakan oleh petani sejak lama dan cukup luas,” jelas Wisnuardhana. eja/ama

    Advertisement