EKONOMI
3 Tahun Lagi Indonesia Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
[socialpoll id=”2522805″]
Denpasar, JARRAKPOS.com – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melakukan kerjasama dengan Tsing Hua University, Tiongkok untuk meningkatkan hasil penelitian dengan melakukan kegiatan penelitian skala laboratorium bersama (joint lab). Kegiatan penelitian ini diawali dengan menyusun program kerja dan rencana penelitian bersama tahun 2019 di Bali, Jumat (23/11/2018). Kegiatan ini awalnya digagas oleh Pemerintah Tiongkok dengan Indonesia sebagai partner dalam bentuk kerja sama pengembangan teknologi High Temperature Gas Coolled Reactor (HTGR) di kedua negara. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjawab keraguan masyarakat selama ini terhadap penguasaan teknologi reaktor oleh bangsa Indonesa.
Peneliti BATAN, Muhammad Subekti yang juga selaku kontributor simulator menjelaskan pentingnya melakukan kegiatan penelitian bersama dengan Tsing Hua University khususnya terkait dengan penguasaan teknologi HTGR. Kegiatan penelitian joint lab menurutnya dapat dijadikan sebagai wadah kegiatan sharing data dan penelitian bersama terkait dengan desain HTGR, pengembangan simulator, kajian penerimaan regulasi, dan studi penelitian bersama tahun 2019. Implementasi kegiatan bersama ini diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yang pelaksanaannya berlangsung hingga tiga tahun ke depan.
Baca juga :
Layanan Cepat dan Nyaman, Asisten Staf Khusus Wakil Presiden Apresiasi MPP Badung
Bagi Subekti yang juga sebagai salah satu desainer PLTN di Indonesia, kerja sama ini dapat mempercepat tugas BATAN dalam mendesain PLTN komersial pertama di Indonesia. Desain yang dihasilkan dari kegiatan bersama ini merupakan peningkatan dari skala Reaktor Daya Eksperimental (RDE) yang berkapasitas 10MW menjadi skala yang lebih tinggi dayanya. “Peningkatan skala dari RDE menjadi lebih tinggi akan diperuntukkan sebagai pembangkit listrik sekaligus dapat digunakan untuk keperluan industri seperti smelter, pabrik pupuk, pabrik pengolahan logam tanah jarang atau industri lainnya yang memanfaatkan panas dari proses reaktor nuklir,” ujarnya di Denpasar, Jumat (23/11/2018).
Sementara itu, Kepala Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN), Geni Rina Sunaryo menjelaskan tiga target dari kegiatan joint lab yakni, peningkatan kapasitas SDM, mengakselerasi regulasi terkait HTGR, dan membuat peta manufatur terkait HTGR. Hasil kerja kegiatan joint lab ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh kedua belah pihak, paling tidak yang terkait dengan peningkatan kapasitas SDM. Dijelaskannya salah satu alasan Indonesia bersedia menjadi partner Tiongkok dalam kegiatan joint lab ini dikarenakan saat ini Tiongkok telah mempunyai reaktor HTGR yang nantinya dapat dimanfaatkan Indonesia sebagai sarana pembelajaran dalam mengembangkan RDE.
Baca juga :
Percepat Inivasi Desa PMD Bali Latih 128 Pendamping
Hal senada diungkapkan Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto, kerja sama joint lab ini memberi keuntungan bagi kedua belah pihak baik dari sisi desain, pembuatan perangkat lunak, regulasi dan manufaktur. Tiongkok yang merupakan negara maju dinilai serius di bidang energi nuklir, sehingga dengan adanya kerjasama ini Indonesia bisa belajar banyak terkait dengan penguasaan teknologi HTGR. Djarot menambahkan, kegiatan joint lab ini difokuskan pada kegiatan pengembangan HTGR terutama pada desain 150MWth. Dengan demikian, kegiatan ini menjadi semacam penyiapan kelanjutan dari program pembangunan RDE yang berkapasitas 10MWth. “Kegiatan ini akan mampu merespon kritikan bahwa RDE akan berhenti tanpa ada kelanjutan scale-up. Dengan kegiatan ini ditargetkan kita mampu membuat desain HTGR 150MWth,” harap Djarot. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login