POLITIK
Uang Masif Dibagi-bagi, Banyak Ditemukan Proposal Bansos “Hanya Judul”
Denpasar, JARRAKPOS.com – Beberapa Caleg incumben yang kembali bertarung di semua tingkatan pada Pemilu serentak tanggal 17 April 2019, mengungkapkan perjuangannya tumbang karena basis suara diserang dana hibah dan Bansos (Bantuan sosial). Tidak tanggung-tanggung dana ‘siluman’ (tidak sesuai mekanisme pemberian bantuan, red), mengalir pada masa tenang hingga H-1 pencoblosan. “Terjadi Politik uang, dimana pemerintah kabupaten menggelontorkam Bansos di tanggal 15 dan 16. Dan Banyak proposal hanya judul, ini sudah masif uangnya dibagi-bagi,” ungkap salah satu Caleg yang namanya tidak ingin disebutkan saat ditemui di Denpasar, Jumat (19/4/2019) malam.
Sumber ini juga menilai, Pemilu Serentak 2019 sebagai proses demokrasi yang paling brutal (banyak pelanggaran, red). Dicontohkannya bahkan ada kejadian di TPS masyarakat mencoblos lambang partai namun suara mengalir ke salah satu kontestan, sehingga terjadi penggelembungan perolehan suara yang signifikan. Lanjutnya diperparah adanya edaran dari Menteri Dalam Negeri bahwa penghitungan suara boleh diperpanjang sehingga terjadi jeda waktu panjang dalam penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara untuk Pileg. Adanya C1 yang hanya satu lembar juga menjadi permasalahan, karena harus difotokopi terlebih dahulu dan menjadi hambatan utamanya di kawasan pedesaan. Karena setelah dilegalisir baru bisa dibagikan bahkan menunggu keesokan harinya dan ini dinilai terjadi cukup masif dan riskan terjadi kecurangan.
Baca juga : Bansos “Mesin Pembunuh” Demokrasi, Caleg Muka Lama Stress dan Berguguran
Kejadian miris juga dijelaskan sumber, ada saksi-saksi partai dibayar untuk diam, agar terjadi penggelembuangan suara untuk salah satu Caleg. Money politik ini dijelaskannya seperti yang terjadi di Desa Sudaji, Buleleng dimana ada oknum tertangkap tangan melakukan transaksi (OTT, red) yang dilaporkan salah satu Caleg dari Partai NasDem. Karena tuduhan dinilai lemah dan tidak cukup bukti Bawaslu dan kepolisian tidak bisa memprosesnya. Sumber juga mengaku menerima pesan singkat melalui WA (Whatsapp) dari salah satu KPPS yang mengaku ada kecurangan saat proses penghitungan suara. “Wasit sudah berpihak dan pemerintahnya berpihak, kan aneh bahkan ada calon bisa sampai 100 ribu kan luar biasa. Mungkinkan seluruh masyarakat mengatakan rumit dan sulit kecenderungan salah tinggi, namun sampai 100 ribu apa benar,” ungkapnya.
Sumber juga menjelaskan akan ada pergerakan oleh beberapa Caleg di Kabupaten Buleleng pada Senin (22/4/2019) layaknya protes terkait dana hibah atau Bansos yang merusak suasana pesta demokrasi. Menurut informasi yang ia miliki ada salah satu Caleg yang dipastikan gagal melenggang ke kursi legislatif telah memegang data. Terkait ada dana hibah masuk ke rekening masyarakat tanggal 16 April 2019 senilai Rp50 juta ke salah satu proposal bahkan disinyalir proposal yang dimaksud belum diajukan secara resmi (baru ada rencana pengajuan, red). Dijelaskannya kondisi ini sangat merugikan Caleg yang benar-benar mengandalkan kemampuan politiknya dan telah lama merawat basis suara dan akhirnya dukungan hanyut begitu saja karena dana Bansos. Informasi istimewa juga disampaikan bahwa sudah ada pegawai Kesra dan BKD Kabupaten Buleleng mulai ketakutan akan tersangkut kasus ini.
Baca juga : Diduga Memihak Salah Satu Caleg, Oknum Ketua KPPS di Delod Peken Rusak Surat Suara Hingga Tidak Sah
Memastikan kebenaran informasi ini, salah satu Caleg yang bertarung di Kabupaten Buleleng saat di konfirmasi yakni Dewa Nyoman Sukrawan juga membenarkan banyak dana Bansos atau hibah mengalir ke masyarakat menjelang Pemilu serentak 2019. Bahkan mantan Ketua DPRD Kabupaten Buleleng ini yang sebelumnya mampu merawat basis suara akhirnya mengaku digembosi Caleg dari partai lain karena kekuatan Bansos. Ia menjelaskan dulu mampu melenggang dengan perolehan suara signifikan dan saat Pileg 2019 awalnya menargetkan mendapatkan minimal 25 ribu suara namun kenyataannya badai Bansos membuat dirinya kesulitan kendati untuk mendapatkan suara minimum untuk lolos. “Kantong suara saya memang sudah digembosi. Bahkan masifnya money politik yang nyata-nyata sudah OTT di Sudaji, semua pihak diam. Apalagi ada coblos partai disebut suara Caleg. Sehingga ada KPPS juga bilang ada kecurangan di Buleleng Kota,” beber Caleg incumben tiga periode yang kini bernaung di Partai Demokrat ini. tim/ama
Dewa nyeneng
21/04/2019 at 5:43 am
Memang benar apa adanya.klo memang bersaing sportif,blm tntu caleg dari partai lain kalah.pilkada 2019 sngt bnyak iming2 bansos dan uang saku.sngat trasa terpukul caleg yng sdh mmbngun desa yg sdh trbukti.nmun trklhkan oleh iming2 bansos dan uang kantong.msyarakat trasa buta dgn bansos dan uang saku