Connect with us

    PARIWISATA

    Jadi Catatan Sejarah Suara Jokowi 92 Persen, Kini Saatnya Jatah Menteri Pariwisata untuk Krama Bali

    Published

    on


    Kuta Utara, JARRAKPOS.com – Sukses meraih kemenangan dengan perolehan suara signifikan dalam Pilpres 2019 di Bali, Paslon 01 Jokowi-Amin dinilai dipercaya masyarakat Bali untuk kembali memimpin bangsa Indonesia periode kali kedua. Praktisi politik dan pelaku pariwisata, I Made Sudiana, SH.MSi., bahkan menegaskan perolehan suara hingga diatas 92 persen untuk Paslon 01 di Bali akan menjadi catatan sejarah sebagai capaian yang sangat luar biasa, karena masyarakat Bali percaya secara penuh ditangan Jokowi pariwisata Bali akan lebih diperhatikan. “Bisa kita lihat bagaimana masyarakat Bali mencintai Jokowi. Bukan sekedar mencintai tapi masyarakat Bali percaya kepada Jokowi. Jokowi pasti mengapresiasi, tapi apresiasi ini harus nyambung dengan masyarakat Bali,” harap mantan Wakil Bupati Badung ini, agar krama Bali mendapatkan kembali jatah Menteri Pariwisata, saat ditemui di Canggu, Kuta Utara, Badung, Selasa (30/4/2019).

    .

    Capaian ini tentu menurut Made Sudiana akan menjadi alasan bagi Jokowi untuk mengapresiasi kemenangan atas perolehan suara di Bali. Tentu saja kesempatan ini harus dimamfaatkan pemerintah provinsi Bali melalui Gubernur Wayan Korster sebagai momentum membangun komunikasi dengan pemerintah pusat. Langkah strategis pembangunan Bali harus disampaikan dengan jelas sesuai Master plan pembangunan yang berkelanjutan. Sehingga tercipta ruang Bagi Bali mengembangkan daerahnya sesuai karakteristik yang dimiliki dimana sangat berbeda dengan daerah lainnya. Ini juga yang mendorong keinginan banyak pihak agar dalam jajaran kabinet tokoh Bali kembali diberi kepercayaan sebagai Menteri Pariwisata. “Sudah waktunya bagaimana Bali punya bargening ke pusat untuk meminta jatah menteri. Tapi jangan sekedar menteri tapi menteri yanh berkaitan dengan kebijakan strategis di Bali. Menurut saya yang paling pas adalah Menteri Pariwisata, kalau dapat jatah dua kira-kira menteri yang mana lagi yang pas,” paparnya.

    Baca juga : Mestinya Bali Dijatah Menteri Pariwisata, Menangkan Jokowi 92 Persen

    Sebagai daerah yang mengedepankan industri pariwisata untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sudah jelas Bali mengedepankan pariwisata budaya agar pengembangan sektor ini bisa terus berkelanjutan. Pengusaha sukses asal Canggu ini berharap dengan adanya perhatian pemerintah pusat yang lebih baik maka upaya menjaga kualitas kepariwisataan bisa diwujudkan dengan baik. Sangat disadari kuatnya masyarakat Bali menjaga budaya menjadi modal utama bagi Bali bisa tetap menjadi destinasi wisata dunia. Sejalan dengan itu, ia menegaskan kembali muncul keinginan agar Bali diperlakukan khusus melalui penerapan otonomi khusus (Otsus). Dengan demikian Bali akan memiliki modal dasar yang lebih jelas untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi daerah melalui formulasi kebijakan. Inilah yang mendasari adanya pemikiran agar Bali mampu menghasilkan kebijakan strategis sehingga memberi ruang pada masyarakat untuk mengelola potensinya agar lebih maju.

    .

    Ditegaskan kesempatan untuk mendapatkan tambahan jatah menteri serta Otsus sebagai satu kemasan yang diperlukan Bali dalam mempertahankan karakter pembangunan. Namun tetap sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) siapapun yang diberikan kepercayaan untuk mengemban tugas sebagai Menteri Pariwisata harus mampu mempertahankan budaya bangsa yang juga memiliki identitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberagaman atau pluralisme yang dimiliki masing-masing daerah dan suku bangsa juga harus tetap terjaga dengan baik. Sebagai negara kepulauan sudah barang tentu potensi keragaman sangat besar dan harus dikelola dengan baik dalam sebuah kemasan yang strategis. Ditengah ideologi bangsa yang mulai dirongrong faham radikalisme jangan sampai pemerintah salah mengelola potensi keragaman yang selama ini selalu digaungkan sebagai semangat pemersatu bangsa. Made Sudiana menekankan jangan sampai bangsa Indonesia khususnya masyarakat di Bali kehilangan jati dirinya yang justru membuat masyarakat lokal menjadi tamu di daerahnya sendiri. eja/ama

    Advertisement