PARIWISATA
Dihentikan Koster, Impian Miliki Marine Tourism Hub di Bali Terancam Gagal
Denpasar, JARRAKPOS.com – Impian Marine Tourism Hub di Pelabuhan Benoa terancam gagal setelah adanya desakan agar kawasan dumping dikembangkan sebagai kawasan atau ruang terbuka hijau (RTH). Padahal pembangunan sarana-prasarana pendukung Pelabuhan Benoa akan dikembangkan sebagai Marine Tourism Hub. VL Corcom Pelindo III, Wilis Aji di Denpasar, Senin (26/8/2019), mengakui soal itu memang bukan menjadi kewenangan pihaknya sesuai RIP yang telah menyatakan sebagai kewenangan penuh dari Kementerian Perhubungan.
Untuk itu tetap diharapkan pengembangan Pelabuhan Benoa bisa dilakukan dengan baik sesuai cita-cita yang menjadi impian bagi masyarakat Bali agar bisa lebih banyak mendatangkan wisatawan berkualitas melalui pelayanan pelabuhan dan kapal pesiar. “Kalau bisa sih tetap berjalan dalam artian kita menjalin komunikasi dengan pemprov Bali. Kita sudah minta audiensi ke sana tapi belum dikasi jadwal. Sebagai bentuk keterbukaan kami juga melakukan pemberitahuan kepada operator kapal pesiar terkait progres pengerjaan pelabuhan,” ungkapnya dengan menegaskan di internal sudah melakukan rapat koordinasi terkait surat Gubernur Bali, Wayan Koster terkait penghentian reklamasi Pelabuhan Benoa, Minggu (25/8/2019).
Baca juga : Koster Hentikan Reklamasi Pelabuhan Benoa
Terkait intruksi pengentian pembangunan dumping pihak Pelindo III tetap mengharapkan masukan dari Pemprov Bali untuk dijadikan solusi melakukan perbaikan. Diakui Wilis Aji dari 17 hektar hutan bakau yang bersentuhan langsung dengan proyek pembangunan dumping II mengakibatkan bagian depan hutan mangrove mengering. Sebagi gantinya karena masih dalam proyek pengerjaan pihak Pelindo III dijelaskan telah melakukan upaya mitigasi dengan penanaman kembali pohon mangrove sebanyak 50 ribu batang sejak bulan Februari 2019 melalui rekomendasi yang diberikan Litbang Hutan di Bogor. “Tujuh sampai delapan hektar manggrov terdampak. Kita sudah minta rekomendasi dari Litbang Hutan di Bogor lalu Desember kita bikin kanal, Februari lalu kami menanam 50 ribu mangrove dengan meminta bantuan dari UPT Tahura Ngurah Rai, sekarang dari laporan 90% sudah hidup di situ,” jelasnya.
Disebutkan proyek pembangunan dua buah dumping di Pelabuhan Benoa sudah mencapai 95%, hingga penghentian aktivitas reklamasi per tanggal 25 Agustus 2019. Pihak Pelindo III mengakui telah terjadi kerusakan lingkungan dan ekosistem mangrove hingga seluas delapan hektar. Kondisi ini diakibatkan tidak berjalannya sistem yang telah dirancang akibat kondisi lingkungan, sehingga diputuskan untuk meminimalisir kerusakan melalui pembangunan tanggul, namun tetap terjadi luberan lumpur. “Per hari ini kami menghentikan semua kegiatan di dumping I dan II, sesuai intruksinya Pak Gubernur (Wayan Koster, red) sambil kita menunggu perkembangan lebih lanjut. Nanti kita akan menjalin komunikasi dengan pihak Pemprov Bali,” jelasnya seraya menegaskan kerusakan lingkungan yang sudah diminimalisir ini diakui menimbulkan sorotan dari berbagai pihak, namun dari sisi pemulihan kawasan ditegaskannya sebagai bagian dari tanggung jawab Pelindo III sesuai Rencana Induk Pengembangan (RIP) Pelabuhan Benoa.
Baca juga : Pelabuhan Benoa Kembangkan Sandaran Kapal Pesiar Ukuran Panjang
Bahkan sudah direncanakan kembali menanam 50 ribu pohon manggrove tahap dua hingga nanti untuk mengganti pohon mangrove yang mati seiring tahap penataan kawasan. Upaya mitigasi juga telah didukung melalui pembangunan kanal di tahun 2018 yang juga telah dimamfaatkan para nelayan sebagai alur keluar masuk perahu. Termasuk rencana pembanguan areal melasti di selatan dumping II seluas satu hektar sesuai permintaan masyarakat adat setempat. “Proses pembangunan dari awal sampai sekarang sudah mencapai kurang lebih Rp 500 miliar. Pembangunan dumping dilakukan melalui pendalaman alur yang dulunya 9 sekarang munus 12 meter. Hasil material pengerukan ditaruh di damping area,” ungkapnya seraya mengatakan seluruh izin sudah dikantongi sesuai kebutuhan RIP Pelabuhan Benoa. eja/ama