EKONOMI
Keluar Zona Nyaman, Cok In Banting Setir Bisnis Pakaian Seragam
Denpasar, JARRAKPOS.com – Salah satu Teruni Kota Denpasar tahun 2005, Cok In memilih banting setir sebagai wirausaha muda di bidang bisnis konveksi (khusus pakaian seragam dan tekstil). Perempuan berparas cantik yang bernama lengkap Cokorda Istri Indah Apsari, SS itu, kini telah mampu mempekerjakan puluhan orang dan memproduksi berbagai seragam. Padahal, awalnya perempuan kelahiran 7 Oktober 1987 ini, berkarier sebagai salah satu pegawai (protokol) di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar yang sudah mengabdi selama sembilan tahun. Cok In menceritakan, tahun 2005, sebagai awal kariernya bekerja di Humas dan Protokol Pemkot Denpasar sebagai pegawai honorer. Sembilan tahun berlalu hingga pernah menjadi Sekretaris Walikota Denpasar yang kala itu Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, akhirnya memutuskan keluar dari zona nyaman dengan menjadi wirausaha di tahun 2014.
“Dulu pegawai honorer di Pemkot Denpasar Humas dan Protokol ditempatkan di Sekretaris Walikota selama sembilan tahun. 2005 begitu tamat SMA karena terpilih sebagai Teruni Denpasar, sama Pemkot dapat reward yang juara bisa bekerja di Pemkot ditarik sama Pak Puspayoga untuk jadi protokol beliau lamanya 9 tahun. Tapi karena tidak ada kepastian jadi banting setir,” bebernya. Begitu keluar sebagai pegawai honorer langsung merambah usaha pakaian seragam dan tekstil yang dilakukannya dengan pandangan modern. Tanpa modal besar, perempuan dua anak ini langsung merangkul anak-anak muda yang bisa diajak bekerjasama dalam satu bendera untuk memproduksi berbagai jenis seragam. Pengalaman jatuh bangun banyak dilalui, mulai dari rekan kerja yang dipercaya menjahit baju melarikan bahan baku kain yang merupakan modal utama usaha. Tahun pertama dan kedua tak hanya merugi karena ditipu, namun juga masih belum terbangunnya kepercayaan dari para klien yang memesan baju.
Baca juga : Pesiun dari DPRD Badung, Man Tamblun Banting Stir Buka Warung Lawar Kambing
Tidak ingin gulung tikar perempuan yang hobi menyanyi dan traveling ini terus bangkit dan menjalin hubungan relasi dengan banyak pihak. Salah satunya, bergabung dalam organisasi sebagai anggota dari Junior Camber International (JCI) dan Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Bali terus membuka peluang luas baginya sukses sebagai wirausaha muda. Terjalinnya network yang luas berhasil mendirikan CV Sedana Gemilang Utama serta melalui pengalaman selama lima tahun, akhirnya menjadi modal kepercayaan sehingga banyak pihak mempercayakan produksi seragam di tempatnya mulai dari sekolah, rumah sakit hingga kalangan pejabat dan anggota dewan. “Saat ini klien kita adalah DPR Gianyar, DPR Denpasar ada beberapa sekolah dan rumah sakit salah satunya RS Badung. Jadi mainnya di desain, main di harga yang murah, tapi kualitas bagus tentunya dengan layanan yang cepat,” ungkap Cok In, seraya mengungkapkan sejak awal tidak terpengaruh untuk bisnis secara online seperti usaha lain, karena bisnis konveksi harus lebih banyak dilakukan secara konvensional dan memerlukan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Selain itu, bisnis pakaian seragam ini juga mementingkan transaksi bisnis langsung yang diawali dengan pengukuran, hingga menentukan bahan yang akan digunakan. Apalagi usaha yang dirintisnya selama lima tahun itu, sudah berjalan baik dan mampu mempekerjakan banyak generasi muda sehingga sangat yakin bisnis ini tidak akan pernah surut sepanjang mengedepankan kepuasan klien. “Usaha yang kita geluti ini tidak mencari keuntungan sendiri, tapi juga untuk lingkungan sekitar. Diantaranya anak-anak putus sekolah mereka tak kasi skil, tak kasi mesin. Mereka mengerjaan di tempat mereka sendiri, jahit kaos, baju lumayan daripada melakukan yang enggak-enggak tapi bisa begadang mereka sambil menjahit,” bebernya. Saat ini, Cok In sudah membuka kantor di bilangan Jalan WR. Supratman Denpasar dengan terus membangun branding lewat karya-karyanya yang kini makin dikenal dengan “Cok In Design”.
Baca juga : Koster Lahir dari Keluarga Miskin, Ingin Buktikan Bisa Berkarya
Bahkan sekarang sudah memberikan kesan tersendiri dengan pesanan baju tidak dikemas tanpa kantong plastik, seperti kebanyakan produk busana lainnya, namun cukup dilipat dan digulung memakai pita. “Kalau pesanan jadi kita juga tidak akan menggunaan kertas, karena buat kertas harus menebang pohon. Jadi sekarang saya lakukan hanya dengan menggulung atau mengemas dengan unik dikasi pita, sehingga terlihat seperti souvenir,” terangnya lanjut mengajak generasi muda saat ini jangan takut beranjak dari zona nyaman untuk memulai usaha sendiri. “Dengan zona yang terbatas kita tidak akan bisa berekspresi. Ketika sadar tidak bisa hanya begini, saya harus maju, ya saya keluar saja dan memulai langsung. Kita harus melihat peluang sejak awal dan harus tahu siapa saja yang bisa diajak. Kita tinggal membuka link saja untuk memulai berbisnis,” ajak lulusan Satra Inggris Udayana ini. eja/ama