Jangan Anggap Enteng Corona, Sudirta Ingatkan Tragedi Abad XIV

Denpasar, JARRAKPOS.com – Makin merebaknya wabah virus Covid-19 mengundang keprihatinan berbagai kalangan. Salah satunya Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Bali, I Wayan Sudirta, SH yang langsung turun bergerak ikut mengantisipasi penyebaran virus ini. Bahkan, pihaknya juga mengimbau seluruh masyarakat khususnya di Bali untuk tidak menganggap enteng dampak pemdemi virus Covid-19 (corona). Apalagi dengan terus bertambahnya kasus, dan sebagai upaya untuk mencegah penularan yang makin masif, pihaknya juga mengimbau agar masyarakat tetap disiplin, waspada, dan tidak lengah serta tetap mematuhi semua rambu-rambu yang disampaikan pemerintah.

I1bl-ik#18/3/2020

Salah satunya, selain mengajak warga dengan berpartisipasi melalui gerakan kecil membiasakan hidup sehat dan bersih, pengacara senior asal Bali ini juga mengimbau agar masyarakat tetap patuh pada imbauan social distancing dengan tetap bekerja dari rumah dan tidak berkerumun. “Mari kita berkaca dengan keluarbiasaan pandemi dan endemi seperti ini. Jangan anggap enteng,” tegas Sudirta disela aksi sosial cegah penyebaran covid-19 dengan pasang wastafel di sejumlah titik bersama para tokoh, masyarakat dan Keluarga Besar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali, di Jabapura Jagatnata, Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Senin (23/3/2020).

Pasalnya menurut  Sudirta, jauh sebelum merebaknya wabah corona seperti saat ini, situasi global juga pernah terjadi dan menimpa sejumlah Negara. Dicontohkannya, pada Abad ke-XIV, sejumlah Negara  di Asia Timur dan Eropa Barat pernah terjadi endemic dengan menelan korban diperkirakan mencapai antara 75 juta-200 juta jiwa. “Pada Abad itu, ada 40 persen dari total seluruh penduduk di Inggris meninggal. Selain itu, di Kota Florence  yang saat itu berpenduduk sekitar 100 ribu, sebanyak 50 ribu jiwa atau separonya tewas,” terang Sudirta.

1bl-ik#20/3/2020

Lebih lanjut, alasan tingginya korban jiwa pada Abad itu, karena menurut Sudirta, semua dalam kondisi serba sulit. “Saat itu komunikasi sulit dan medis juga sulit. Tapi jumlah mereka itu luar biasa banyak. Karena mereka belum menemukan cara yang tepat,” ungkapnya. Selain itu, contoh kedua yakni saat wabah cacar yang sempat melanda Mexico dan kawasan Amerika Tengah pada tahun 1520 silam. Meski wabah saat itu hanya berlangsung 9 (sembilan) bulan (Maret-Desember), namun akibat wabah cacar, kata Sudirta, Amerika Tengah harus kehilangan sepertiga penduduknya.

Ketiga, ketika wabah flu melanda sejumlah Negara  seperti Samoa, Haiti dan India tahun 1918. Meski hanya wabah flu. Tiga daerah ini harus kehilangan ribuan penduduknya. “Samoa 20 persen dari total penduduknya tewas. Haiti sebanyak 14 persen, India yang berpenduduk luar biasa besarnya harus kehilangan 5(lima) persen dari jumlah yang begitu banyak,” bebernya. Untuk itu, dengan sederetan contoh tragedi pandemic dan endemic pada Abad XIV, XVI, dan XX, ia tidak ingin terulang saat ini. “Tentu dengan kondisi yang berbeda saat ini, dan dengan banyak cara atau kemudahan seperti komunikasi, medis, dan lainnya saat ini. Saya yakin (Pandemi corona) ini pasti bisa diminimalisir,” tegasnya.

1bl-ik#15/3/2020

Salah satunya, upaya untuk menekan penyebaran itu, Sudirta mengimbau agar masyarakat mau tinggal di rumah dan mau mengikuti imbauan pemerintah. “Sekali lagi mari kita berkaca dengan keluarbiasaan pandemic dan epidemis. Kalau kita serius, kalau kita bandingkan dengan abad ke-XIV, XVI dan XX, kita sudah ngeri melihat satu Negara sekarang bisa 3000 atau 5000 jiwa yang meninggal. Tapi kalau mau kita mundur ke belakang, ada ratusan juta. Apa kita mau lengah? Sampai ada ratusan juta kembali seperti abad-abad sebelumnya? Kan tidak. Tentu caranya, yuk mari kita bersama-sama bekerja keras, mulai dari diri sendiri untuk menyelamatkan diri sendiri,” tandasnya. tim/aka/ama