NEWS
1,2 Juta Warga Terisolir, Pemerintah Diharapkan Buka Akses Wamena-Sawerma
Foto : Warga Wamena berharap pemerintah segera membuka akses jalan tembus menuju Distrik Sawerma serta membangun pelabuhan laut.
Jayapura, JARRAKPOS.com – Penduduk Asli Papua hingga saat ini masih bisa dikatakan terisolir karena tidak memiliki akses jalan darat. Saat ini satu-satunya jalur menuju Wamena adalah jalur udara dari Jayapura, sehingga berbagai komoditi dan kebutuhan masyarakat menjadi mahal. Sekitar 1,2 Juta jiwa penghuni pegunungan tengah di Wamena berharap pemerintah segera membuka akses jalan tembus menuju Distrik Sawerma serta membangun pelabuhan laut. “Tinggal 76 Km saja Momugu-Sawerma sudah tembus. Apalagi Wamena-Habema sudah aspal bahkan sudah dikunjungi Presiden Jokowi, sisanya masih jalan tanah dan harus segera digarap kalau tidak akses yang sudah ada akan kembali menjadi hutan,” ujar Boni, salah satu Pengusaha Kontraktor Nasional yang kerap mengerjakan proyek pemerintah di Papua.
Boni menjelaskan, akses yang sangat memungkinkan mengakhiri terisolirnya masyarakat Papua di pegunungan tengah hanya melalui jalur darat menuju selatan. Sementara akses udara Wamena-Jayapura sangat berat ditembus dengan akses darat yang selama ini sudah didukung akses udara. Jalur tembus Wamena hingga Sawerma akan melewati empat distrik dimana akses jalan aspal dan jalan rintisan sudah terbangun, sehingga tinggal penembusan saja. Kunjungan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu di jalan aspal yang menghubungkan Wamena-Habema menjadi angin segar agar pembangunan akses jalan dilanjutkan dengan dana APBN. “Wamena-Habana sekarang sudah aspal, bahkan Jokowi naik motir tril disana. Sementara dari distrik Habema melewati distrik Kenyam, Batas Batu hingga Memugu sepanjang 289 Km sudah jalan tanah. Sisanya dari Momugu ke Sawerma 76 Km saja, ini harus segera dikerjakan pemerintah kalau tidak jalan rintisan bisa ditumbuhi pohon lagi,” jelasnya.
Jarak Wamena-Sawerma kurang dari 350 Km, sementara Wamena-Jayapura sekitar 700 Km. Pertimbangan jarak yang lebih pendek dan melewati banyak distrik menjadi harapan utama agar pemerintah mengakhiri keterisoliran penghuni asli Papua. Saat ini, tersedianya akses udara dari Jayapura masih membuat banyak kebutuhan masyarakat mahal atau menjadi melambung, terlebih berbagai komoditi atau produk yang tidak dimiliki wilayah tersebut seperti halnya kebutuhan akan semen. “Harapan masyarakat Wamena agar dibuka jalur darat sehingga harga-harga komoditi menjadi rendah. Semen yang semula Rp.1 juta bisa jadi Rp.500 ribu per sak,” harapnya.
Pria bertubuh kekar ini juga menjelaskan, karena terbatasnya anggaran dari balai setempat pembangunan jalan teroaksa dikerjakan secara simultan dengan anggaran Rp.150-200 miliar setiap tahap pengerjaan. Dengan sistem ini dipastikan sangat sulit untuk merampungkan pengerjaan yang dinilai cukup panjang dengan kondisi topografi wikayah yang ada. Untuk itu diperlukan keseriusan pemerintah pusat agar pembangunan dilakukan serentak dengan menggandeng pihak swasta. “Dengan sistem pembangunan multy years tidak akan mungkin selesai. Ini harus menjadi satu paket yang tidak dipecah, solusinya dengan melakukan pembiayaan infrastruktur atau dengan kontrak sistem AP (available payment, red). Kontraktor sebagai investor, membangun dulu setelah selesai baru dicicil menggunakan APBN selama 10 tahun,” harapnya. Seraya menambahkan terbangunnya akses darat menuju Wamena juga harus didukung pembangunan pelabuhan di Sawerma yang akan membuka akses perdagangan dari pulau-pulau lainnya, dan tragedi kelaparan di Papua tidak terulang kembali. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login