EKONOMI
Stok Pangan Aman, Tak Ada Beras Luar Banjiri Bali
Ket foto : Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si didampingi I Putu Karyana, Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura.
[socialpoll id=”2499781″]
Denpasar, JARRAKPOS.com – Menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan hingga Lebaran permintaan pangan khususnya kebutuhan pokok diperkirakan akan mengalami peningkatan secara signifikan, khususnya untuk beras, cabe dan bawang merah serta beberapa jenis sayuran dan buah-buahan. Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si didampingi I Putu Karyana, Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura.
Menurutnya, proyeksi ketersediaan stok pangan berdasarkan atas data tanam dan panen di lapangan dipastikan tetap aman, kecuali kebutuhan bawang merah yang masih harus dipenuhi dari luar Bali mengingat panen di sentra produksi Kawasan Songan, Bangli jatuh sekitar bulan Juli. “Ketahanan pangan kita di Bali cukup baik, untuk beras setahun kita bisa surplus 60 ribu ton. Hanya saja bawang merah dari bulan Mei hingga Juni harus kita datangkan dari Brebes (Jawa Tengah, red) sekitar 13 ribu ton,” jelasnya saat ditemui di Denpasar, Rabu (23/5).
Dikatakan, ketersediaan pangan cukup aman hingga Lebaran mendatang, berdasarkan data panen padi bulan Mei 2018 yang diproyeksikan sekitar 54 ribu ton, sementara kebutuhan hanya sekitar 35 ton. Karena itu, akan terjadi surplus hampir 18 ribu ton ditambah proyeksi surplus bulan Juni mencapai 6 ribu ton lebih. Sehingga ketahanan pasokan beras di Bali bulan Mei hingga Juni 2018 saja sudah mencapai 24 ribu ton. Ditegaskan Wisnuardhana Provinsi Bali rata-rata surplus dalam setahun lebih dari 60 ribu ton, berkat produkai beras rata-rata setahun sebesar 500 ribu ton lebih dengan konsumsi termasuk pemenuhan kebutuhan wisatawan yang hanya 45 ribu ton saja.
Data ini sekaligus membantah adanya informasi yang mengatakan bahwa setiap bulan, Bali dibanjiri sekitar 8 ribu ton beras dari luar. “Rata-rata panen padi di Bali 6 hingga 16 ribu hektar, terluas pada bulan Maret dan April, sementara panen relatif rendah pada bulan Januari, Februari dan Agustus. Dalam rangka mengantisipasi Galungan, Kuningan dan Lebaran setok kita masih cukup banyak. Masalahnya ada beras luar masuk Bali itukan karena sistem perdagangannya memungkinkan ada beras antar pulau dan yang masuk biasanya beras premium yang sebagian besar untuk kebutuhan swalayan,” tegasnya.
Dipaparkan pula beras untuk Bulog juga biasanya masuk karena setiap bulan harus menyiapkan 2 ribu ton beras sejahtera termasuk untuk cadangan beras pemerintah. Memenuhi stok ini harus didukung beras dari luar karena harga beras di Bali relatif lebih mahal. Perhitungan itu, juga didukung data BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bali yang menyebutkan kebutuhan cabe, sayur mayur dan buah-buahan cukup baik. Proyeksi untuk produksi cabe merah dan cabe rawit di bulan Mei dan Juni sekitar 800 ton masih surplus sekitar 40 ribu ton. Hanya saja untuk bawang merah pada bulan Mei dan Juni 2018 diproyekaikan akan terjadi kekurangan pasokan dari produksi lokal sebesar 12 ribu ton lebih.
Proyeksi produksi bawang merah di sentra bawang merah Desa Songan, Kintamani di bulan tersebut hanya 13 ribu ton, sementara kebutuhan lebih dari dari 25 ribu ton karena puncak panen terjadi bulan Juli mendatang. “Data ini juga kuat didukung koordinasi dengan Satgas Pangan yang memprediksi ketersediaan lebih besar daripada kebutuhan secara menyeluruh, sehingga kenaikan harga tidak akan terjadi. Kendati demikian situasi hari raya bisa saja membuat harga naik, karena spikologi pasar namun tidak akan terjadi signifikan,” paparnya. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login