EKONOMI
Festival Agribisnis Buka Pemasaran Sayur dan Buah Lokal di Bali
Ket foto : Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana (tengah) bersama Pengelola Unit Pengolahan Hasil Subak Bengkel Kediri Tabanan Pande Putu Widya Patamarta (kiri) saat Penutupan Festival Agribisnis 2018.
Denpasar, JARRAKPOS.com – Festival Agribisnis ke-7 tahun 2018 berhasil memacu para petani makin membuka pasar dan menggeliatkan usaha produksi tanaman sayur dan buah di Bali. Apalagi menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, masyarakat makin gemar memakan sayuran dan buah-buahan. “Apabila masyarakat gemar makan sayuran dan buah-buahan lokal memastikan hasil pertanian Bali laku di pasaran,” ungkapnya saat Penutupan Festival Agribisnis 2018 yang dirangkaikan dengan makan buah bersama di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, Minggu (29/7/2018).
Peluang bertani sayur dan buah lokal ini, terbukti dari antusiasnya masyarakat mengunjungi dan membeli produk pertanian di stand pameran maupun berbelanja barang-barang pameran. Menurutnya, pola makan masyarakat yang tergantung pada hasil pertanian lokal diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pada petani. “Untuk itu, masyarakat diharapkan mengutamakan pembelian produk-produk tersebut, karena kualitas hasil pertanian Bali tidak kalah dengan luar daerah,” bebernya.
Oleh karena, Bali sebagai daerah wisata juga biasa melayani permintaan hotel dan resturant yang memiliki target pasar kepada para wisatawan. Selain itu, gemarnya kebiasaan makan sayuran dan buah-buahan mendukung hidup sehat dan mencegah terserang penyakit-penyakit kronis. Bahkan beberapa produk petani Bali sudah mendapatkan sertifikat organik yang memastikan hasil pertaniannya tidak mengandung zat-zat kimia. Pada kesempatan itu, ajang yang paling tepat promosi hasil pertanian Bali serta memudahkan konsumen mengetahui produk unggulan masing-masing daerah.
Sementara itu, Pengelola Unit Pengolahan Hasil Subak Bengkel Kediri Tabanan Pande Putu Widya Patamarta mengaku sedang berupaya memperkenalkan produk pertanian unggulan berupa beras hitam kepada masyarakat. Pengembangan beras hitam hanya dijual dengan harga Rp30.000 per kilo masih terbatas, mengingat permintaan pasar masih minim. “Manfaat beras hitam jauh lebih bagus dari beras merah, apalagi dari beras putih. Kami baru bisa tanam lima hektare dari lahan tersedia sebanyak 300 hektare,” ujarnya. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login