NEWS
Amdal Tersus LNG Diganjal LHK Pusat, Relokasikan PLTG Grati ke Pesanggaran
Badung, JARRAKPOS.com – PT PLN (Persero) resmi mengoperasikan relokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Grati 1×100 megawatt (MW) dari Jawa Timur ke Pesanggaran, Bali. Relokasi pembangkit listrik ini dilakukan untuk memperkuat keandalan pasokan listrik di Bali yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Seperti diketahui, PLTG merupakan jenis pembangkit yang menggunakan “udara panas” untuk memutar turbin. Udara panas ini dihasilkan melalui pemanasan udara dengan menggunakan gas di dalam ruang bakar. Udara panas kemudian dialirkan ke turbin. Pembangkit listrik tenaga gas alam cenderung memiliki emisi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU batu bara. Proses pembangkitan listrik menggunakan gas alam cair atau LNG cukup berbeda dengan mekanisme pada PLTU. Proses pembakaran gas alam tidak digunakan untuk melakukan proses pemanasan seperti pada PLTU melainkan digunakan langsung untuk memutar turbin.
Sebelum melalui proses pembakaran, udara terlebih dahulu dikompresi menggunakan kompresor. Kemudian udara yang telah terkompresi tersebut dialirkan ke ruang bakar untuk kemudian bereaksi dengan gas. Dalam proses tersebut, tekanan yang terkandung dalam udara serta energy kimia yang terkandung dalam gas dikonversi menjadi energy kinetic yang selanjutnya dimanfaatkan untuk memutar turbin. Gas yang keluar dari turbin gas masih memiliki temperature yang cukup tinggi. Dengan demikian, gas panas tersebut masih dapat dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatan gas panas tersebut adalah untuk memanaskan fluida kerja yang digunakan pada PLTU, melalui suatu alat bernama HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kombinasi antara turbin gas dan turbin uap dalam pembangkitan listrik dikenal dengan nama PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap). PLTGU memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan PLTU maupun PLTG mengingat lebih sedikitnya energi yang tidak termanfaatkan.
Dalam peresmian relokasi PLTG Grati yang dilaksanakan di Nusa Dua, Kuta Selata, Badung – Bali pada Selasa (1/11/2022), saat dikonfirmasi Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan upaya menyelesaikan relokasi dilakukan dengan kerja keras insan PLN untuk memastikan keandalan pasokan listrik dalam KTT G20. Menurutnya, hal ini sekaligus menjawab kepercayaan Pemerintah untuk mengamankan pasokan listrik dalam penyelenggaraan KTT G20. “PLN telah diamanahkan untuk menerangi Tanah Air dan juga mendukung perhelatan agenda level dunia yakni KTT G20 di Pulau Dewata. Agenda ini akan kami kawal langsung dan kami pastikan dapat rampung sesuai dengan apa yang telah direncanakan,” ujar Darmawan. Diprediksi kebutuhan listrik selama KTT G20 akan meningkat sebesar 25 persen, yakni dari 846 MW menjadi 980 MW selama gelaran G20. Untuk siaga pelaksanaan G20, PLN menyiapkan 1.079 personel dengan 62 posko siaga.
“Dengan relokasi PLTG Grati ke Pesanggaran, saat ini daya mampu PLN untuk Subsistem Bali ada di angka 1.422 MW. Artinya kita masih punya 442 MW dari perkiraan beban maksimal untuk penyelenggaraan KTT G20. Saat ini saya cek persiapannya sudah siap untuk menjaga keandalan listrik,” imbuhnya. Selain melakukan relokasi pembangkit, PLN juga memastikan keandalan transmisi dan distribusi. Sebut saja dengan penguatan transmisi, gardu induk, peremajaan peralatan asessment, serta perbaikan proteksi. Darmawan mengatakan pihaknya menjalankan secara detil berbagai action program untuk memastikan keandalan pasokan listrik di Bali selama KTT G20 berlangsung. “Kami juga merancang klasifikasi pengamanan untuk beberapa venue khusus seperti bandara, hotel, kawasan wisata, hingga rumah sakit,” tambahnya. Kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia. Oleh karena itu, PLN akan memastikan persiapan yang matang, terutama dari sisi pembangkit hingga transmisi, sampai ke venue acara.
Perlu diketahui, pemerintah terus mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, termasuk untuk pembangkit listrik. Dengan masuknya LNG, PT PLN dapat menghemat biaya energi primer sebesar Rp70 miliar per tahun. Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38%. Sayangnya, Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk Tersus LNG yang dirancang Pemprov Bali melalui PT. Dewata Energi Bersih (DEB) kabarnya masih diganjal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pusat. Padahal semua perijinan sudah terpenuhi untuk menjadi sumber energi bersih, seperti halnya, PLTG Sambera berkapasitas 2×20 Mega Watt (MW) yang menggunakan regasifikasi Liquid Natural Gas (LNG) dengan moda transportasi trucking pertama kali di Indonesia. Metode suplai LNG dengan sistem ini merupakan salah satu terobosan untuk meraih wilayah terpencil yang tidak terjangkau pipa. PLTG ini telah beroperasi sejak 2009 dan dalam masa tersebut menggunakan minyak sebagai bahan bakar. Dengan masuknya LNG, PLN dapat menghemat biaya energi primer sebesar Rp 70 miliar per tahun.
“Beroperasinya fasilitas ini juga memperkuat pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat Kalimantan Timur khususnya di Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong yang menjangkau 20.000 kepala keluarga,” kata Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka dalam siaran persnya. Kerja sama ini juga merupakan sinergi antara PLN dengan PT Pertamina melalui anak usahanya, yakni PT Pertagas Niaga (PTGN) dimana sumbernya tersebut berasal dari kilang LNG milik PT Badak. Kontrak pembelian LNG ini memiliki jangka waktu 5 tahun dengan skema Build, Operate, Transfer (BOT) dalam penyimpanan dan regasifikasi LNG. tim/ama/ksm
You must be logged in to post a comment Login