DAERAH
Aneh, Pria Ini Kebal Gigitan King Kobra, Justru Ditakuti Ular dan Bisa Berkomunikasi
RIAU, JARRAK POS – Minggu lalu, seorang warga Desa Mentulik, Kabupaten Kampar, Riau, bernama Ice Habibi (27 th), membuat geger karena diketahui sangat lihai memegang ular kobra.
Kemampuan pria ini bahkan terdengar hingga mancanegara, dan dilansir media internasional.
Salah satunya media Dailymail dari Inggris, yang datang langsung ke Kampar, Riau untuk meliputnya.
Berikut beberapa fakta yang diketahui tentang kemampuan Ice itu.
1. Kebal terhadap bisa ular, bahkan ular jenis King Cobra.
Padahal bisa ular Cobra bisa membunuh seekor gajah besar dalam sekejap.
Bisa King Cobra sangat ditakuti.
Racun King Cobra dapat menewaskan 20 manusia dewasa.
Rata-rata korban gigitan King Cobra meninggal tak sampai satu jam.
Tak hanya sekali, Ice sudah sering digigit ular, namun tak satu pun yang berakibat fatal terhadapnya.
2. Hanya merasa geli dan seperti digigit serangga, saat digigit ular.
3. Hanya demam.
Efek paling parah yang diderita Ice setelah digigit ular kobra, hanyalah demam selama beberapa hari.
Setelah itu, Ice sehat kembali seperti sedia kala.
4. Pendiam dan tak fasih berbahasa Indonesia
Sehari-hari, dia membantu orang tua dengan bekerja serabutan karena faktor pendidikan yang kurang.
5. Sering diminta orang untuk menangkap ular yang masuk kebun atau kampung.
Jika berhasil menangkap ular, dia diberi honor ratusan ribu rupiah.
6. Mengklaim bisa berbicara dengan ular
Komunikasinya dengan bahasa isyarat yang tak dimengerti orang.
Soal bicara ini, Ice terlihat dengan mudah bercanda dengan ular yang berhasil ditangkapnya.
7. Justru ular yang takut pada Ice
Diceritakan bahwa justru ular yang takut pada Ice. Dua ekor ular king cobra panjang dan besar yang baru ditangkapnya, seperti mengikuti semua perintah dan keinginan Ice.
146 Kali Digigit Ular
Bila suatu saat Anda mendengar ada orang digigit ular berbisa, bayangan Anda orang itu pasti menderita panas-dingin dan tak lama kemudian tewas.
Tapi itu tak terjadi pada diri Graeme Gow. Pria asal Australia yang pakar ular ini telah digigit ular paling mematikan di dunia sebanyak 146 kali.
“Sayalah orang yang paling sering digigit ular di Australia, mungkin malah di seluruh dunia,” akunya.
Apa gerangan yang terkandung di dalam tubuhnya, tak seorang pun tahu. Bahkan, ilmu kedokteran pun belum bisa menyingkap “misteri ” itu. “Padahal darah saya telah diuji para ilmuwan bertahun-tahun,” tambah heipetologist ini.
Bila cemas, bisa makin deras
Barangkali pengalaman langka itu tidak akan terjadi pada Gow bila dia tidak demikian cintanya pada ular. Meskipun ular telah berkal-kali mengancam jiwanya, dia tetap mencurahkan hidupnya untuk mempromosikan keberadaan satwa itu, menemukan jenis-jenis baru dan menyelamatkan yang langka dari kepunahan.
“Banyak orang menganggap ular berbahaya dan menjijikkan,” tuturnya. “Tapi bagi saya, gerakan ular itu bagaikan lantunan puisi, sangat luwes dan karismatik. Sepanjang malam pun saya dapat menghabiskan waktu memandangi binatang itu.
Di setiap ruangan rumahnya di Humpty Doo, dekat Darwin, Australia, bisa ditemukan ular. Hewan ini pula yang menjadi atraksi utama pada Graeme Gow’s Reptile World and Research Centre di kebunnya yang terbuka untuk umum.
Tujuh belas dari 20 ular paling berbisa di dunia ada di Australia dan termasuk dalam koleksinya yang masyhur, hasil penangkaran yang mencakup lebih dari 350 spesies.
Di antaranya termasuk ular yang paling mematikan di dunia: inland atau Western taipan.
Untuk menanganinya, Gow mengakui harus ekstra hati-hati, termasuk saat dia berpose untuk difoto. “Bila dia sampai menggigit pembuluh vena atau arteri utama, kita tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari lima mehit,” bisiknya, sambil membelai ular sepanjang 2 m yang melilit pergelangan tangan dan lenganriya.
“Ular ini merupakan puncak lambang kekuatan … makhluk yang luar biasa. Yang ini sudah sangat mengenal saya. Dia tahu sentuhan saya. Dia tahu saya tidak akan menyakitinya. Tapi saya tetap tidak boleh sembarangan. Harus selalu waspada.”
Tingkat kefatalah gigitan ular, menurut Gow, berkaitan dengan kemampuan ular itu untuk mengendalikan jumlah bisa dalam gigitannya. “Banyaknya bisa yang dikeluarkan tergantung tingkat kecemasan ular itu,” tekannya.
“Seekor ular yang mematikan dapat menyerang dengan ganasnya tanpa mengeluarkan bisa sama sekali. Atau, mengelugrkannya dalam jumlah sangat sedikit. Tapi bila jiwanya terancam, dia dapat menyemburkan banyak bisa.”
Takut pada ular coklat
Gow sering sekali melakukan telaah ilmiah tentang ular, menulis artikel ilmiah, menjadi pembawa acara program TV tentang pengetahuan alam dan hayati, sering dikontrak sebagai pawang ular dalam pembuatan film, termasuk Crocodile Dundee dan Mad Max.
Dia juga menjadi konsultan pemerintah soal gigitan ular, kurator kehormatan tentang reptil untuk Museums and Art Galleries di Northern Territory, dan mitra peneliti dan California Academy of Sciences.
Sementara di Australia ular dianggap sebagai hama dan sejumlah spesies menghadapi kepunahan, Gow malah duduk dalam dewan penasihat yang menegakkan undang-undang perlindungan.
Di samping bersahabat selama 40 tahun dengan makhluk yang oleh banyak orang dianggap menjijikkan, dia juga telah 146 kali merasakan gigitan akibat kurang berhati-hati. Namun, ular tetap dibelanya.
“Setiap kali bukan ular yang salah, tapi merupakan kesalahan atau ketakaburan saya sendiri,” simpul Gow. “Justru sifat seperti inilah musuh terburuk kita,” tambahnya.
Bahkan beberapa kali ia nyaris terbunuh karena takabur. “Tiga gigitan taipan dalam satu waktu nyaris membawa saya ke kematian,” kenangnya. “Taipan mematikan karena bisanya mencegah penggumpalan darah. Tapi herannya darah saya bisa menggumpal ketika saya sudah dalam keadaan lumpuh dan kritis.”
Selama ini ilmu kedokteran belum pernah mencatat satu contoh korban gigitan ular yang bertahan hidup begitu ia terserang. Para pakar medis Australia masih mencoba menyelidiki mengapa Gow tetap hidup. Barangkali darahnya bisa memberikan petunjuk penting guna menemukan serum untuk gigitan tersebut.
Yang lebih luar biasa, hanya 6 minggu setelah gigitan taipan yang mengancam jiwanya, Gow disambar salah satu dan ular berbisa terbesar dalam koleksinya yang mematikan.
“Saya tak mau diberi serum lagi,” katanya. “Sebab setelah digigit taipan, saya menerima dosis serum yang amat banyak. Terbanyak yang bisa diterima tubuh manusia. Akibatnya, selama 48 jam saya benar-benar menderita. Bisa itu langsung menyerang tulang saya.”
“Andaikata saat itu memegang kapak pastilah saya potong pergelangan tangan saya. Tapi begitu masa kritis berlalu, tidak ada lagi tanda-tanda bisa di dalam darah saya. Sampai sekarang dokter masih meneliti penyebabnya. Tes menunjukkan saya memang memiliki kekebalan sampai tingkat tertentu terhadap beberapa jenis ular, walaupun tidak kebal sepenuhnya.”
Meski berkali-kali selamat, Gow bukannya sama sekali tanpa cedera. Pembuluh vena di leher dan lengannya nampak menonjol menandakan tekanan darah cukup tinggi.
Yang paling ditakuti Gow adalah gigitan dari jenis ular coklat. “Pada hari panas, ular coklat cepat sekali mengeluarkan bisa bila diserang ular lain. Kebanyakan ular punya sifat pendiarri atau menghindar, kecuali jika diserang. Tapi yang satu ini bakal menyerang meski kita masih berada 10 m darinya sambil mengaktifkan kelenjar bisa. Bila kena, tamatlah riwayat kita.”
Meskipun begitu, Gow tetap pembela ular yang gigih. “Dalam setahun hanya terjadi tiga ratus gigitan ular di Australia,” tekannya. “Sembilan puluh lima persennya terjadi pada orang yang hendak menangkap atau membunuh mereka.” Hanya 3 atau 4 orang setahun yang mati digigit ular.
Enggan disebut pakar
Sedikitnya ada 27 spesies ular baru, termasuk piton Owen Petty dan piton karpet Centranian yang diakui sebagai temuan Gow. Dia juga mengaku telah memberi ilmuwan lain bukti dari sekitar 100 yang Jain.
Menurutnya, penemuan-penemuan ini bukan Cuma hasil kerja kaki, tapi juga otak. “Kita mesti mencari kotoran, atau kulit yang ditinggalkan setelah ular ganti kulit,” jelasnya.
“Kemudian perkirakan pukul berapa dan di mana ular itu aktif. Kita harus benar-benar sabar. Kita harus bolak-balik mengamati pola hidupnya: Kalau saya pergi mencari ular, saya tidak bakal pulang sampai saya menemukannya. Saya terus. Bertanya pada diri sendiri ‘kekeliruan apa yang saya buat?’”
Ini pula sebabnya mengapa Gow menjadi pakar ular Australia yang terkemuka dan mengapa dia dipercaya oleh Komisi Konseryasi untuk menyusun panduan lapangan baru yang lengkap tentang ular berbisa di negara itu. Ini lanjutan dari studinya yang memenangkan penghargaan pada tahun 1990, Graeme Gow’s Complete Guide to Australian Snakes.
Namun Gow enggan mendapat sebutan pakar. “Hanya orang yang punya ego besar yang menyebut diri pakar,” katanya ngotot. “Dalam kehidupan ini sebenarnya tak ada yang melebihi tingkat magang kelas lanjut di bidang apa pun. Setiap hari kita hams terus-menerus belajar. Saya pun demikian.”
You must be logged in to post a comment Login