Connect with us

    OLAHRAGA

    Angkat Berat Porprovsu : Saidina Sholih Bayar Lunas Kegagalan

    Published

    on

    Medan – Saidina Sholih dari Kabupaten Tapsel merebut medali emas kelas 74 kg putra pada cabor angkat berat Pekan Olahraga Provinsi Sumut (Porprovsu) di Asrama Haji Medan, Selasa (2/11)

    Dia membuat total angkatan beban seberat 675 kg. Pada angkatan Squat, Sholih berhasil mencatatkan angkatan terbaik 265 kg, kemudian 150 kg di angkatan Bench Press, dan 260 kg di angkatan Deadlift.

    Sedangkan medali perak direbut lifter Deli Serdang Yufentinus dengan angkatan terbaik 550 kg, dan perunggu menjadi milik Moses Sitanggang asal Kabupaten Labuhan Batu dengan angkatan 490 kg.

    Keberhasilan Sholih di ajang Porprovsu tahun ini sekaligus membayar lunas kegagalan dirinya pada Kejurnas angkat berat di Lampung. Ia pun bertekad bisa memperbaiki angkatan terbaiknya mulai dari latihan lebih maksimal dan
    keras.

    Advertisement

    “Kemarin Kejurnas di Lampung belum beruntung sih bang. Kendalanya tidak ada, mungkin butuh jam terbang lebih banyak tampil di event nasional. Target pasti ingin yang terbaik di PON 2024,” ungkapnya.

    Sementara itu, pada pertandingan hari ini masih menyisakan dua kelas, yakni 63 kg putrid an 83 kg putra.

    Sementara, lifter putri andalan Sumatera Utara Angel sukses mempersembahkan medali emas bagi kontingen Medan .

    Turun di kelas 47 Kilogram putri, Angel sukses mengumpulkan angkatan terbaik 407,5 kilogram.

    Advertisement

    Torehan ini sekaligus mengulangi kesuksesan Angel yang pada Porporvsu 2019 juga menyabet medali emas. Sementara medali perak direbut lifter Binjai Alya Matondang dengan angkatan terbaik 245 kg, serta perunggu menjadi milik Siti Aisyah asal Serdang Bedagai dengan total angkatan 230 kg.

    Bagi Angel, angkat berat bukanlah cabang olahraga pertama yang ia geluti. Sejak kecil, atlet kelahiran Medan, 9 September 2002 ini lebih dulu terjun ke cabang olahraga senam artistik. Usai meninggalkan profesi sebagai pesenam sejak 2017, Angel memberanikan diri beralih sebagai atlet angkat berat. Meski tantangan di angkat berat lebih ekstrem, justru hal itu yang memacunya untuk lebih berprestasi.

    “Karena lebih ekstrem dan enak. Karena ada yang ajak, nyaman, udah enak yaudah gak apa – apa. Tantangannnya sama – sama olahraga terukur dan melawan diri sendiri aja,” ujar mahasiswa Universitas Negeri Medan ini.
    Tak mudah bagi Angel untuk bisa beradaptasi dengan cepat di cabor angkat berat. Selain program latihan yang berubah total dari senam ke angkat berat, memulai dari nol tentu butuh latihan ekstra dan kerja keras.

    “Dulu takut berotot, karena dulu badan kurus. Lama – lama ya biasa aja, jadi pede. Memang banyak teman – teman dari luar Sumut nanya kenapa beralih ke angkat berat. Tapi, karena enak di angkat berat ya jalani,” akui anak pertama dari tiga bersaudara ini.
    Menjelang PON 2024, atlet yang kini masuk dalam tim pelatda jangka panjang  ini masih mengejar angkatan terbaik menyisakan dua tahun lagi.

    Advertisement

    Salah satunya memperbaiki mentalitas bertanding dan jam terbang ke event nasional. “Target inginnya emas di PON, tapi mentalnya harus lebih dimatangkan,” ujarnya.

    Continue Reading
    Advertisement
    Click to comment

    You must be logged in to post a comment Login

    Leave a Reply