NEWS
Atasi Ancaman Krisis Minyak, LNG Jadi Solusi

Denpasar, JARRAKPOS.com – Krisis bahan bakar minyak (BBM) telah melanda seluruh dunia, termasuk juga mengancam cadangan minyak di Indonesia. Padahal sebenarnya ada solusi mudah untuk pembangkit listrik, termasuk untuk transportasi logistik yang selain lebih ramah lingkungan, juga harganya lebih kompetitif dibanding energi berbasis minyak, yaitu penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG). Untuk basis truk logistik dengan muatan ton besar, biasanya BBG yang dapat dimanfaatkan adalah dalam bentuk LNG. Teknologinya sudah ada, tetapi pemanfaatannya perlu dorongan yang riil dari pemilik kepentingan.
Apalagi cadangan Migas Indonesia ke depan kaya dengan kandungan gas bumi. Selain berbasis LNG, dalam upaya diversifikasi energi yang juga jadi concern untuk ketahanan nasional, pemanfaatan BBG dengan basis Compressed Natural Gas (CNG) juga bisa disandingkan dengan utilisasi kendaraan listrik. Jadi, listrik dan BBG bisa saling mendukung, saling melengkapi demi kepentingan yang lebih besar. Pun infrastruktur untuk BBG bisa dikejar kesiapannya karena pemerintah juga sudah merencanakan pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di 58 kota di Indonesia sesuai catatan.
Jaringan gas tidak hanya bisa dipakai untuk keperluan rumah tangga, tetapi bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan penyaluran bahan bakar transportasi. Sudah ada modal ke arah sana, tinggal dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan jaringan gas untuk transportasi bukan tanpa problema. Konversi BBM ke BBG seakan jalan di tempat. Contohnya saja rencana Pemprov Bali untuk pembangunan tempat penyimpanan atau Terminal Khusus (Tersus) LNG di Desa Adat Sidakarya juga diganjal oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Bahkan dikabarkan ada sejumlah oknum di Kemenko Marvest dan Kemen KLHK bermain untuk menghadang turunnya Amdal Tersus LNG di Desa Adat Sidakarya yang diinisiasi oleh PT Dewata Energi Bersih (DEB).
Padahal pasar LNG di Bali bisa dijual dengan harga jual yang menggiurkan, sehingga tidak heran terjadi upaya dengan persaingan yang tidak kompetitif. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM mencatat Indonesia sebenarnya sudah punya modal untuk memanfaatkan gas sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Prasarana jaringan gas sudah tersedia, tinggal dilengkapi dengan berbagai sarana terutama SPBG, jika digunakan untuk kepentingan transportasi. Sayangnya modal tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Seperti mengembangkan motor dan mobil listrik, karena tren dunia memang mengarah ke sana. Namun jangan lupakan bahwa Indonesia punya potensi energi ramah lingkungan yang belum termanfaatkan secara optimal.
Adapun yang tidak kalah penting adalah konsistensi semua pemangku kepentingan untuk mencapai target bauran energi yang sudah menjadi komitmen bersama sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 79/2014. tim/ama/ksm
You must be logged in to post a comment Login