DAERAH
Berpulang di Hari Kemerdekaan, I Wayan Wates Diaben di Ultah dan Hari Terakhir Jabat Wagub Sudikerta
Ket foto : I Made Wates (almarhum).
Badung, JARRAKPOS.com – Keluarga besar Wagub Bali, Ketut Sudikerta melaksanakan pengabenan untuk almarhum ayahandanya I Wayan Wates di Desa Pecatu, Rabu (29/8/2018). Almarhum berpulang tepat di Hari Kemerdekaan RI dan diaben tepat di hari ulang tahun Ketut Sudikerta ke 51 sekaligus masa akhir jabatannya sebagai Wagub Bali. Meninggalkan 6 orang anak dan 16 orang cucu, almarhum berpulang di usia hampir 103 tahun.
Almarhum I Wayan Wates bersaudara 12 orang dan kini masih memiliki 2 orang saudara yang tinggal dan menetap di Pulau Sulawesi dan di Bali. Ketut Sudikerta usai upacara nyiramin layon, Selasa (28/8/2018) mengatakan dirinya sangat bangga sebagai orang Bali yang tinggal di kawasan Bukit, Desa Pecatu, Badung. Berkat kondisi alam yang tergolong masih asri di Pecatu para anak mampu mendampingi sang ayah hingga hidup hingga satu abad lebin. “Sebagai orang bukit didukung alam yang masih natural dan belum ade volusi, mampu menghantarkan ayah bisa hidup satu abad lebih 102 tahun 7 bulan,” ujar Mantan Wakil Bupati Badung ini.
Sudikerta mengatakan ayahnya meninggal pagi hari di rumahnya di Pecatu, Badung, Jumat (17/8/2018) dan zenajah sempat dititipkan di Rumah Sakit Bali Mandara dari tanggal 17 hingga 25 Agustus selanjutnya disemayamkan di rumah duka. Pada tanggal 28 dilaksanakan upacara nyiramin atau pebersihan, ngajum dan ngaskara. Selanjutnya acara pengabenan akan dilaksanakan tanggal 29 Agustus 2018 dengan menggunakan sima Desa Pakraman Pecatu. “Sekar sawa dibakar, sementara layon ditanam karena merupakan Wilayah Kahyangan Jagad Pura Luhur Uluwatu,” paparnya.
Almarhum I Wayan Wates berpulang dengan suasana senang tanpa diawali sakit sehingga bisa diterima dengan lapang dada oleh pihak keluarga besar yang ditinggalkan. Diakui Sudikerta tidak ada pesan khusus dari almarhum di akhir masa hidupnya, namun jauh hari sebelum almarhum berpulang senantiasa berpesan kepada para anak untuk terus memperkuat ikatan dalam keluarga. Tidak ada permintaan khusus sebelum beliau berpulang sehingga rangkaian upacara berjalan dengan baik sesuai tradisi di Desa Pecatu. “Secara niskala bapak (almarhum, red) tidak minta apa-apa, hanya minta udeng, baju, kamen dan selempot putih serta alas kaki dan kaca mata. Pesan moral pada anak utama pada saya, jadikan diri sebagai pewaris bapak yang mandiri dalam berbagai kehidupan. Jadi kita dituntut untuk mandiri jangan ketergantungan pada yang lain pesan itulah yang memotigasi para anak beliau untuk terus bangkit dan maju agar bisa melaksanakan kehidupan kedepan,” tuturnya.
Untuk acara lanjutan usai pengabenan, tanggal 1 September 2018 akan dilaksanakan acara Atma Wedana atau puncak acara penyekahan yang diiawali metatah untuk para cucu almarhun yang diikuti 9 orang. Kemudian tanggal 2 September akan dilanjutan meajar-meajar dan nyegara gunung serta nilapati. Yang menarik, selain meninggal tepat pada 17 Agustus 2018 yang merupakan hari kemerdekaan karena sejarah juga mencatat almarhum bagian dari perjuangan para vetran dimasa penjajahan. Upaca ngaben yang dilaksanakan tanggal 29 Agustus 2018 juga merupakan hari spesial bagi Ketut Sudikerta karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke 51 tahun. Diwaktu yang bersamaan Sudikerta juga purna tugas menjadi Wakil Gubernur Bali. “29 Agustus bapak saya akan diaben, tepat ulang tahun saya dan tepat saya berakhir masa jabatan sebagai Wakil Gubernur Bali,” pungkas bakal caleg DPR RI Dapil Bali dari Partai Golkar ini. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login