NEWS
Diduga Gara-gara Pindah Agama, Tanah dan Bangunan Warga Baha Dibakar dan Dirampas

Saat ditanya mengapa tanah tersebut bisa dikatakan tanah ayahan desa, Perbekel Wayan Rusih tidak bisa menjawab karena Made Gumara diketahui memiliki bukti pipil atas kepemilikan lahan yang dimaksud sebagai waris. “Saya tidak berani bilang benar dan salah, karena duen adat sekarang. Karena sekarang sudah menjadi Hak Guna Pakai, ia kembali menanyakan langkah apa yang akan dilakukan ahli waris untuk menyelesaikan permasalan ini,” ucapnya lanjut menjelaskan akan membuka ruang komunikasi antara ahli waris dengan pihak desa adat.

.
“Sekarang ada warga yang tinggal di tanah tersebut sebagai ayah dicari melalui lelintihan, silsilah sanggah gede. Berbicara hak milik kita harus parumkan di desa adat dan kita akan undang mereka (Made Gumara, red).” tegasnya. Sementara itu, Bendesa Adat Baha, I Made Ngastawa awalnya juga mengatakan tidak tahu duduk persoalan mengapa pipil yang menunjukkan kepemilikan almarhum Pan Rajeg bisa dikuasai secara pribadi oleh salah satu warganya termasuk menjadi milik tanah ayahan Desa Adat Baha.
Baca juga : Sepakat Berdamai, Ismaya dan Togar Tuntaskan Kisruh Taksi Online di Bandara
Karena diklaim sebagai karang ayahan desa Made Ngastawa juga tidak bisa memastikan pernyataannya benar, karena hanya berpaku pada informasi awig-awig desa dan paruman desa adat sebelum ia menjabat. Ditanya mengapa tanah yang dimaksud milik desa adat sementara ahli waris memiliki pipil. “Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini sebelum ada rapat di desa melibatkan 437 KK,” kelitnya. Lanjut ditanya apakah tanah milik desa adat bisa dijual karena ada informasi dari ahli waris. “Tidak boleh dijual belikan,” jawabnya dan mengaku baru mengetahui informasi ini. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login