NEWS
FPM Tuding Aksi Tanam Mangrove Tolak LNG di Muntig Siokan, Ternyata Hanya Mengaku Peduli Mangrove
Denpasar, JARRAKPOS.com – Aktivis dari Forum Peduli Mangrove (FPM), Lanang Sudira yang menuding aksi tersebut hanya untuk pencitraan. Pasalnya, aksi sejumlah warga dari Desa Adat Intaran bersama KEKAL Bali, Frontier Bali, dan Walhi Bali melakukan kegiatan penanaman mangrove di kawasan Muntig Siokan, Desa Adat Intaran, Sanur, Denpasar pada Selasa siang (26/7/2022), menjadi tontonan menarik dari berbagai pihak yang memandang sebagai dagelan politik, karena tarpampang sejumlah spanduk bernuansa warna kuning. Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh
“Sekarang banyak oknum-oknum yang mengaku diri peduli dengan mangrove, tapi tidak ada buktinya, karena mangrove yang mereka tanam sudah mati semuanya, karena tidak dirawat,” sentil Lanang, saat menghubungi Kamis (28/7/2022).
Dikatakan para oknum yang hanya melakukan pencitraan itu, sebenarnya tidak mengerti tentang bagaimana menanam mangrove yang benar dan tepat. “Sebenarnya mereka tidak mengerti apa-apa tentang mangrove, yang mana itu Avicennia Marina dan Avicennia Lanata, mana Sonneratia Alba? Atau dalam bahasa daerah di Bali biasa disebut Prapat dan Pedada atau Sonneratia Caseolaris, seperti apa bentuk pohonnya, bunganya dan buahnya juga akarnya?,” bebernya Karena menurutnya, kalau menuduh orang melakukan pencitraan, harus punya bukti yang jelas. “Melestarikan Hutan Mangrove, kami punya bukti dan diakui oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Photo mangrove inilah buktinya, Pohon Mangrove yang kami tanam dan rawat, sekarang terbukti tumbuh dengan baik. Mana buktinya pohon mangrove yang ditanam oleh orang-orang yang mengaku peduli dengan mangrove,” terangnya.
Tapi sekarang banyak oknum-oknum yang mengaku diri peduli dengan mangrove, tapi tidak ada buktinya, karena mangrove yang mereka tanam sudah mati semuanya, karena tidak dirawat. Orang-orang yang hanya melakukan pencitraan itu, sebenarnya tidak mengerti tentang bagaimana menanam mangrove yang benar dan tepat. Dikatakan jika berani menyatakan diri sebagai LSM lingkungan, seharusnya mereka tahu jenis-jenis tanaman mangrove dan manfaatnya. “Sing taen tepuk ye nanam mangrove, Mangrove jenis apa yang ditanam? Apakah mangrove yang di zona depan yang memiliki akar pensil, atau mangrove yang di zona tengah yang memiliki akar tunjang atau mangrove yang di zona belakang yang memiliki akar lutut?,” sentilnya lagi, seraya menyebutkan beberapa profesor ahli mangrove sudah melakukan penelitian di Pantai Gianyar, Klungkung dan Karangasem hasilnya tidak bisa ditanami mangrove, karena pantainya berhadapan langsung dengan laut lepas dan tidak ada lumpurnya.
Tetapi kenyataannya tidak semua Pantai bisa ditumbuhi mangrove. Itu juga berdasarkan penelitian dari berbagai Universitas di Indonesia juga didampingi oleh Profesor Cecep. “Kalau ingin tahu silahkan mencoba melakukan penelitian sendiri dan turun langsung ke lapangan sambil mengenal lumpur yang cocok ditumbuhi mangrove ini. Profesor Cecep ahli mangrove Indonesia langsung turun ke lapangan untuk membimbing kami menanam mangrove di samping Jalan Tol Bali Mandara yang berbentuk tulisan G20. Jadi beliau tidak bicara mangrove melalui Google di HP, langsung turun ke lapangan,” pungkas Lanang.
Sebelumnya diketahui, ternyata aksi tanam mangrove di Muntig Siokan oleh sejumlah warga dari Desa Adat Intaran bersama KEKAL Bali, Frontier Bali, dan Walhi Bali, juga mendapat cibiran dari kalangan masyarakat. Aksi lainnya saat demo tolak LNG di lahan mangrove yang membawa simbol Ida Betara ke depan Kantor Gubernur Bali, juga bernasib sama. Bahkan, aksi yang mengklaim menanam ratusan pohon bibit mangrove itu, dituding hanya jadi ajang pencitraan. “Tolak-tolak apa? Pembangunan Bali jangan dihambat, Bali bukan museum kok. Biarkanlah Bali berkembang,” kata pengusaha muda nan nyentrik, I Wayan Setiawan saat menghubungi Kamis (29/7/2022). Balian59 nama bekennya itu, melalui cuitannya di media WhatsApp group “Bali Bicara Shanti” juga sempat menyindir para oknum aksi tolak LNG ini.
“Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, terutama kepada bli lanang sudira, semua itu pentjitraan saja. Tapi neken pis 250 juta ngerti yeee? (tanda tangan uang Rp250 juta ngerti mereka?, red) aktif pis e too,” tulisnya. Sebelumnya diketahui Balian59 ini, sebagai pemilik akun facebook Wayan Setiawan, Jumat (18/9/2020) juga sempat menyindir istilah aktivis 4 T viral di media sosial. Dia mengulas bahwa 4 T kepanjangan dari Teriak Tolak Tapi Tampi (menerima, red). “Uang tali kasih aktivis 4 T. Teriak tolak tapi tampi. Kirrrr,” tulisnya sembari mengunggah kwintansi atau bukti tanda terima bermaterai 6.000 yang ditandatangani aktivis bernama I Nyoman Mardika.
Di kesempatan yang sama, hal senada diungkapkan oleh salah satu penggiat media sosial yang juga tokoh masyarakat Denpasar, Anak Agung Gede Agung Aryawan, ST. Bahkan, ia mempertanyakan kenapa lokasi yang sama berulang kali ditanami mangrove? “Mengapa tempat ini sampai bisa ratusan kali ada kegiatan tanam mangrove? Kok bisa gak tumbuh? Seminggu lalu Bu Bintang (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, red) tanam mangrove. Sama juga tempatnya. Kemanakah mangrovenya? Seminggu lalu 10 orang cari ke mangrove. Hasilnya gak ada apanya. Itu suruh masyarakat menggantungkan hidupnya dari mangrove? Kalau hobby ya gak apa-apa. Kerja pokok sebagai mata pencaharian utama tapi zonk,” sentil Gung De sapaan akrabnya itu.
Menurutnya mangrove seperti ini mestinya dikembangkan dan ada nilai ekonomisnya. Jangan hanya suruh masyarakat sekitar bersihkan sampah, lalu perut mereka lapar karena akan tetap membutuhkan makan, dan membutuh lapangan kerja. “Kita dulu capek buat ajak investor membangun wisata mangrove. Didemo oleh Walhi Gendo Cs., sampai PTUN. Kalau sudah ada demo mega proyek mendadak aksi tanam mangrove dan bersih-bersih sejam saja. Viral ke mana-mana photonya. Padahal 24 jam non stop ada sampah datang dari sampah kiriman laut kayak Pantai Kuta,” beber Gung De.
Seperti diketahui, sejumlah warga dari Desa Adat Intaran bersama KEKAL Bali, Frontier Bali, dan Walhi Bali melakukan kegiatan penanaman mangrove di kawasan Muntig Siokan, Desa Adat Intaran, Sanur, Denpasar pada Selasa siang (26/7/2022). Kegiatan ini bertepatan dengan Hari Mangrove Dunia serta sebagai bentuk penolakan terhadap rencana pembangunan terminal LNG di Desa Adat Sidakarya yang dituduh akan membabat mangrove. kegiatan penanaman mangrove di kawasan Muntig Siokan dilakukan pada Selasa siang (26/7/2022) Namun uniknya, spanduk-spanduk yang dipajang malah bernuansa kuning dengan aksen sedikit merah. Padahal umumnya, bagi pecinta lingkungan biasanya memakai nuansa dengan warna serba hijau. “Spanduk Nuansa Kuning di Aksi Tanam Mangrove Tolak LNG Sidakarya,” kata salah satu warga ketika berselancar di sosial media, pasca sehari kegiatan Penanaman Mangrove, Rabu malam (27/7/2022).
Warga Sanur lainnya malah mecibir aksi dadakan yang mengaku-ngaku pencinta mangrove ini. Karena itu, ia kembali lebih baik memilih menjadi penonton, tanpa ikut terlibat aksi dengan sejumlah oknum yang mendadak menjadi para pecinta mangrove setelah sejumlah kasus terbongkar di wilayah Desa Adat Intaran. Salah satunya baru-baru ini terkuak di masyarakat dugaan kasus bangunan jetty tanpa ijin, termasuk dugaan praktek Pungli di Muntig Siokan, Desa Adat Intaran. Sebelumnya bahkan juga merebak kasus dugaan korupsi yang bisa menyeret Ketua LPD Desa Adat Intaran yang rangkap jabatan sebagai Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Madu Sedana dan KSU Sidi tersebut.
Bahkan, ia menyebutkan selama hidupnya belum pernah ada mendengar sebelumnya Desa Adat Intaran secara langsung menginisiasi aksi menanam mangrove sebelum adanya kasus hukum yang ramai diperbicangkan di tengah warga. “Kayak ne sing taen dingeh (sepertinya tidak pernah dengar. Kalau prajuru diundang acara penanaman bisa jadi ada,” bebernya. Selaku warga di pesisir Sanur mengaku sejak tahun 1980-an sudah biasa menanam mangrove sendiri, sehingga berani mengklaim lebih tahu mangrove dari pada pihak yang mengaku-ngaku pecinta mangrove. “Rage be ling (saya sejak, red) tahun 80-an be nanem (sudah nanam, red) mangrove. Rage (saya, red) berani klaim rage lebih tahu mangrove daripada nak ne (orang yang, red) ngaku-ngaku cinta manggrove,” sentilnya.
Berbanding terbalik dengan sentilan warga itu, Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung menjelaskan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk memperingati Hari Mangrove dunia. Selain itu kegiatan ini sebagai wujud dukungan kepada Presiden Jokowi mengenai program Mangrove 600.000 Ha dalam komitmennya terhadap mitigasi perubahan iklim yang juga akan dipamerkan pada giat KTT G20 yang akan berlangsung di Bali dan juga sebagai wujud dukungan terhadap Visi Gubernur Bali yakni Sad Kerthi Loka Bali. “Oleh sebab itu kita tetap harus menanam, merawat, menjaga, melestarikan. Apalagi Mangrove ini kan kegunaanya sangat besar sekali,” jelasnya.
Alit Kencana pada kesempatan itu, malah berpesan jangan sampai ada yang berniat menebang mangrove, apalagi digunakan untuk pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove. “Jangan sampai ada yang menebangnya apalagi dibabat untuk pembangunan Terminal LNG,” katanya melalui siaran pers yang diterima PancarPOS.com, Rabu malam (27/7/2022). Selain itu, Alit Kencana menjelaskan terkait statement Gubernur Bali, Wayan Koster tentang pambangunan Terminal LNG tidak di areal Mangrove tak bisa dijadikan jaminan, karena hal tersebut tidak dibarengi dengan keluarnya surat resmi oleh Gubernur Bali.
“Kalau misalnya beliau menyampaikan tidak akan ada pembangunan Terminal LNG di mangrove dan tidak akan merusak Terumbu Karang ya sudah stop, dengan mengeluarkan keputusan resmi” Tegasnya. Di sisi lain, Made Krisna Dinata selaku Direktur Walhi Bali yang ikut dalam kegiatan penanaman Mangrove menjelaskan bahwa statement Gubernur Koster yang menyatakan bahwa Terminal LNG yang tak akan dibangun di areal Mangrove hanya sebatas wacana dan tidak bisa menjadi jaminan karena sampai saat ini Gubernur belum mengeluarkan surat resmi terkait hal tersebut. “Jika wacana tersebut serius itu harus dibarengi dengan Gubernur Bali, selaku Pemerintah di Bali menerbitkan Surat keputusan yang resmi,” Jelasnya.
Menurutnya wacana Gubernur Bali terkait Terminal LNG tidak dibangun di kawasan Mangrove tanpa adanya pencabutan ijin-ijin dan juga belum adanya surat tertulis pihaknya juga meragukan statement tersebut. “Jika memang tidak dilakukan di areal mangrove, keluarkan surat tertulis, cabut segala ijin yang menjustifikasi pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove,” tegas Krisna. tim/ama/ksm
You must be logged in to post a comment Login