DAERAH
Habiskan Puluhan Milyaran , Pembangunan Embung Di Lokasi Food Estate Di Duga Di Kerjakan Asal Jadi.
Humbahas – Proyek pembangunan embung yang di perkirakan menelan puluhan milyar dari Kementerian PUPR tahun anggaran 2021 yang di peruntukkan untuk pembangunan Embung dilokasi Food Estate yang di kerjakan oleh pihak kontraktor di duga di kerjakan asal jadi , dan minimnya pengawasan di duga menjadi salah satu faktornya.
Di lokasi, Rabu, 19/01/2021 tampak puluhan pekerja proyek tengah melakukan aktivitas pengecoran tanpa menggunakan alat pelindung, semisal helm, sarung tangan dan alat pelindung lainnya, dan hal ini sangat di sayangkan, di mana pihak kontraktor terkesan mengabaikan keselamatan para pekerja.
Menurut beberapa warga yang di temui oleh awak media ini, proyek pembangunan embung ini patut di duga dikerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi, dan terkesan asal jadi, pasalnya campuran pasir ,batu dan semen yang di aduk kuat dugaan tidak sesuai saat melakukan pengecoran, bahkan terlihat dilokasi saat terjadi pengecoran dinding tembok embung tersebut tampak terlihat bercampur tanah timbunan yang dikorek sebelumnya.
Diketahui, lokasi pembangunan proyek ini di Desa Parsingguran I kecamatan Pollung kabupaten humbang hasundutan.
Proyek yang menelan anggaran puluhan milyar ini juga tidak transparan, pasalnya papan proyek tidak ada berada di lokasi ,hingga proyek ini di sebut-sebut proyek siluman oleh warga.
Menurut keterangan beberapa pekerja dilapangan yang namanya enggan di muat di berita ini mengatakan ,bahwa pekerjaan tersebut berpagu kurang lebih 34 Miliar dan menurut mereja,proyek tersebut sudah mengalami keterlambatan sesuai dengan kontrak yang di tentukan.
“Ini proyek 34 Miliar,Seharusnya ini sudah rampung pada bulan akhir tahun 2021 lalu.namun dikarenakan cuaca kurang baik sehingga keterlambatan pada pengangkutan bahan sangat sulit diakibatkan jalan rusak dan sering alat pengangkut nyangkut dijalan ” Ujarnya.
Disinggung sebagai konsekuensi dari pekerjaan tersebut akibat jatuh tempo,Dia menjelaskan akan membayar Tuntutan Ganti Rugi (TGR).
“Yang saya tau pak katanya TGR,kalau tidak salah 27 Juta Rupiah per hari nya akibat dari keterlambatan penyelesaiannya” Terangnya.
Disamping itu juga masyarakat resah akibat dari jalan utama menuju proyek tersebut merupakan jalan petani yang sudah menahun sekarang sudah rusak parah dan kurang diperhatikan oleh pihak kontraktor,sebagaimana warga setempat mengatakan kepada pihak kontraktor agar di suguhkan batu disetiap jalan yang potensi lumpur pada musim hujan,namun selalu di abaikan.
“sudah berulangkali kita sampaikan, hanya saja pihak kontraktor terkesan tidak peduli dengan kerusakan jalan kami, dan keluhan kami ini akan terus kami sampaikan, hinggal jalan ini di perbaiki.”ujar salah seorang warga.
Sementara itu, Ketua Dewan Pempinan Cabang LSM KERISTA Kabupaten humbang hasundutan M.Purba mengatakan, minimnya pengawasan dari dinas terkait atau kementerian PUPR menjadi pemicu pihak kontraktor mengerjakan proyek tersebut terkesan asal jadi di kerjakan ,yang mengakibatkan nantinya proyek ini tidak mampu bertahan lama sesuai peruntukanya.
Pihaknya juga meminta, agar pengawasan terhadap proyek ini benar-benar di maksimalkan , jangan karena hanya meraup untung yang besar, pihak kontraktor jadi terkesan asal jadi mengerjakannya,
Bahkan menurutnya, pihak aparat penegak hukum juga harus di libatkan dalam pengawasan proyek ini, sehingga pihak kontraktor benar-benar melaksanakan proyek ini sesuai dengan spesifikasi yang sudah di tentukan.
“Kita minta proyek ini benar-benar di awasi, jangan sampai proyek ini di jadikan ajang korupsi oleh pihak kontraktor, dan pengawasan dari aparat penegak hukum (APH) juga sangat di harapkan pengawasannya selama proyek ini berlangsung.
You must be logged in to post a comment Login