DAERAH
Hari Raya Galungan, Pendalaman Dharma
Sementara itu lontar Sunarigama mengungkapkan bahwa Galungan, yang jatuh pada Budha Kliwon Dunggulan, menyarankan untuk lebih memperhatikan hal-hal rohani karena hakikatnya inilah yang paling inti dari kemanusiaan umat. Dengan memberi perhatian pada rohani, menurut lontar ini, akan memberi pencerahan pada umat dan mengikis hal-hal negatif dari akal pikiran dan hati manusia. Dengan intepretasi lain, Galungan ialah pergolakan dalam diri manusia dalam memenangkan dan menegakkan rohani dalam dirinya saat mengarungi hidup ini.
Dengan pemahaman itu, Galungan ialah perayaan rohani. Dalam konteks yang lebih luas, Galungan ialah momen untuk mengedepankan dharma. Berbagai pemahaman Galungan yang dijelajah dari berbagai sumber, institusi dan para penekun spiritual Hindu, meski diungkapkan dengan cara yang tak sama, namun hakikatnya adalah satu: mengedepankan keutamaan dharma/rohani/kebenaran suci dalam diri manusia. Karena itu, Galungan ialah perayaan dharma yang diwujudkan dengan berbagai implementasi kesucian, perenungan, wacana dharma dan sebagainya.
MANUSIA ialah ketidaksempurnaan. Dan selalu begitu. Inilah kenyataan yang memunculkan pergolakan terus-menerus. Kegelapan dalam diri manusia ialah pergulatan manusia untuk keluar dari kegelapan itu sendiri menuju cahaya. Inilah pertarungan manusia yang sesungguhnya. Ada banyak yang tak kuasa keluar dari kegelapan itu sendiri justru karena tak ada upaya bertarung, atau karena menjadi pecundang atas dirinya sendiri. Kekalahan inilah, sebagaimana diyakini umat Hindu,melahirkan punarbhawa sebagai kelahiran yang berulang-ulang, atau samsara, derita sepanjang kelahiran kembali.
Secara filosofis, kearifan Bali memiliki banyak sudut pandang memahami keyakinan transenden mereka. Segala segi-segi kehidupan mereka tidaklah hadir begitu saja. Setiap peristiwa yang mengenai diri manusia bukanlah kebetulan. Selalu ada sebab akibat, selalu ada keseimbangan, selalu ada untuk meng-counter apa yang terjadi. Kesadaran inilah yang kemudian mereka munculkan sebagai pengingat, sebagai suatu kosmologi pengetahuan yang bukan saja sekadar teks-teks, simbol-simbol, tetapi alam raya keyakinan yang tertanam kuat turun-tumurun. Itulah, bagi penganut Hindu di Bali, kehidupan mereka bukan sekadar apa yang ada, melainkan apa yang unseen.
You must be logged in to post a comment Login