DAERAH
Hasil Penelitian Mahadi, Dorong Petani Tingkatkan Pendapatan dalam Mengelola Simantri
Ket foto: Promovendus, I Made Mahadi Sanatana, SSTP, MAP (kiri) bersama Kepala UPT Simantri Bali Mandara I Wayan Sunada, SP.MP.
Denpasar, JARRAKPOS.com – I Made Mahadi Sanatana, SSTP.MAP. akhirnya mengikuti ujian terbuka untuk meraih gelar doktor pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Rabu (29/8/2018). Sebelumnya promovendus muda ini telah mempresentasikan desertasinya pada ujian tertutup yang diketuai promotor Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibya, SU. Tema desertasi yakni, Pengaruh peran pemerintah dan sumber daya petani terhadap kinerja progran Simantri dan kesejahteraan petani anggota Gapoktan Simantri di Provinsi Bali dengan modal sosial sebagai variabel intervening.
I Made Mahadi Sanatana menjelaskan desertasinya mengangkat kinerja program Simantri yang berkorelasi pada kesejahteraan petani. Program ini dinilai sangat baik dikekola melalui pola integrasi antara tanaman dan ternak yang didukung manajemen usaha bersama. Penelitian ini diawali pada tahun 2011 dimana hampir setengah petani yang tergabung dalam Simantri sudah mampu berjalan dengan optimal hingga pelaksanaan di tahun 2014. Adanya modal sosial dari pengurus yang tidak dijalankan dengan baik dipandang sebagai titik kelemahan utama dalam menjalankan Simantri. “Kesepakatan di gapoktan tidak dilaksanakan sesuai kesepakatan yang ada, seperti di Getasan yang ada kesepakatan anak sapi pertama milik petani namun petani tidak datang lagi. Kejadian ini berlangsung di tahun 2011,” paparnya.
Melihat kondisi ini melalui desertasi pengaruh peran pemerintah dan sumber daya petani terhadap kinerja progran Simantri dan kesejahteraan petani anggota Gapoktan Simantri di Provinsi Bali dengan modal sosial sebagai variabel intervening diharapkan mampu mengevaluasi keberadaan Gapoktan. Solusi yang harus dilakukan yakni dengan merubah sistem usaha tani yang dilakukan dengan menerapkan sistem pertanian organik dengan pola integrasi tanaman dan ternak yang dilakukan dengan manajemen usaha bersama. “Saran kedepan yang sudah dilaksanakan Gapoktan dievaluasi, biarkan kelompok secara penuh melakukan program Simantri,” sarannya.
Melalui pertanian organik yang diintegrasikan antara tanaman dan ternak, melalui integrasi tersebut bisa dilakukan efesiensi penggunaan faktor produksi. Kotoran ternak yang dihasilkan bisa dimamfaatkan sebagai pupuk sedangkan limbah tanaman digunakan sebagai pakan ternak. Apabila dilakukan melalui manajemen usaha bersama keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki petani mampu diatasi. Pola inilah yang sesungguhnya diadopsi oleh Pemerintah Provinsi Bali dengan program unggulan di sektor pertanian yakni Simantri. Sesungguhnya Simantri meniru Pola Prima Tani dan akan berjalan baik bila dilaksanakan dengan sistem manajemen yang tepat.
Made Mahadi Sanatana dalam desertasinya juga mencatat secara khusus perkembangan Simantri dan Gapoktan sampai saat ini sudah berjalan dengan baik melalui pengukuran peningkatan pendapatan. Namun sayangnya sampai saat ini tidak seluruh petani yabg tergabung dalam Simantri mampu meningkatkan pendapatannya hingga 2 kali lipat karena sumber pendapatannya hanya berasal dari penjualan anak sapi saja. Potensi kotoran ternak dan urin sapi belum mampu dikelola menjadi pupuk organik dan bio urin. Inilah yang membuka mata pemerintah dalam melakukan evaluasi dimana unit usaha ekonomi yang menjadi kriteria keberhasilan belum bisa dijalankan dengan maksimal.
“Tidak semua Gapoktan bisa menerapkan itu. Kedepan Dinas Pertanian harus mengupayakan kopetensi untuk wirausaha diintegrasikan dengan Dinas Perindag terkait wirausaha sebagai pembangkitan potensi pandapatan bagi petani,” jelasnya seraya menambahkan Gapoktan yang mengolah limbah ternak rata-rata mendapatkan peningkatan pendapatan 39 persen. “Setelah melaksanakan Simantri naik 39 persen lebih, kalau dirupiahkan sekitar Rp 20 juta pertahun per petani. Tambahan penghasikan dari tahun sebelumnya,” pungkasnya. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login