DAERAH
Ibu Muda Ini Tusuk dan Habisi Nyawa Bayinya Sambil Tertawa Riang
BANDAR LAMPUNG – Beti Silvia Ningsih (23), tersangka yang membunuh anak kandungnya sendiri di Dusun Rangai Barat, Desa Rangai Tritunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, akan diperiksakan kejiwaannya ke RSJ Kurungan Nyawa, Pesawaran.
Penyidik Polsek Tanjungan berencana membawa Beti ke RSJ segera setelah pemeriksaan terhadap tersangka selesai dilakukan.
“Rencananya dalam waktu dekat ini, setelah penyidik selesai memintai keterangan Beti. Mungkin, Senin besok,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Rizal Efendi kepada Tribun, Sabtu, (15/4/2017).
Menurut Rizal, obeservasi ini dilakukan untuk mengecek kebenaran kejiawaan pelaku. Sebab, berdasar sejumlah saksi yang sudah dimintai keterangan penyidik, tersangka disebut-sebut sering “angong” seperti orang kebingungan.
Jika hasil pemeriksaan kejiwaan nanti menyatakan negatif, maka pelaku akan tetap diproses secara hukum. Namun, sebalikanya, jika ahli kejiwaan menyatakan positif, maka proses hukumnya kemungkinan akan gugur.
“Nanti akan dilakukan gelar perkara, disitu akan terlihat. Jika tidak cukup unsur pidananya maka perbuatan pelaku tidak bisa dipertanggungjawabkan alias dibebaskan dari tuntutan hukum,” paparnya.
Kanitreskrim Polsek Tanjungan Ipda Yofi Haryadi menambahkan, berdasar hasil pemeriksaan sementara, tersangka melakukan perbuatan tersebut dilatarbelakangi karena memiliki problem dengan suaminya (Andrianto).
“Beti mengaku kurang mendapat perhatian dari suami. Suaminya lebih perhatian kepada orangtuanya sendiri dibandikan dengan dirinya,” ujar Yopi menirukan pengakuan Beti.
Karena itulah, sambung Yofi, tersangka melampiaskan kekesalannya itu dengan membunuh anaknya sendiri.
“Dengan membunuh anaknya sendiri, pelaku merasa secara tidak langsung telah membunuh keluarga dari suaminya,” jelas Yofi.
Terkait barang bukti pisau jenis badik yang digunakan tersangka untuk menghabisi korban, polisi sudah menemukannya di laut dan telah menyitanya.
“Pelaku mengambil badik tersebut dari dapur belakang dan mengeksekusinya di dalam kamar,” tambahnya.
Suara Tertawa
Warga Dusun Rangai Barat, Desa Rangai Tritunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, Kamis (13/4/2017) malam, gempar.
Penyebabnya seorang ibu muda tega menghabisi anak kandungnya yang masih bayi usia 1 tahun.
Perbuatan Beti Selvia Ningsih (23) yang membunuh anak semata wayangnya, Revan Adi Wijaya, sontak membuat warga sekitar kaget.
Terutama sang suami, Andrianto, yang saat kejadian sedang mengobrol bersama sepupunya di luar rumah.
Nurlela (34), tetangga korban, menuturkan tragedi itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIB, Kamis. Ketika itu, Nurlela yang mengaku sedang menonton televisi bersama suaminya, Iwan, mendengar suara orang tertawa.
Nurlela sempat bertanya pada suaminya tentang suara tawa itu. “Saya tanya suami dengar suara orang tertawa enggak? Tapi suami saya bilang gak dengar,” ujar Laila saat ditemui rumahnya di Desa Rangai Tri Tunggal, Lamsel, Jumat (14/4/2017).
Merasa penasaran, Nurlela mengecilkan volume televisi. Tak lama kemudian terdengar suara jeritan dan tangisan yang berasal dari sebelah kiri rumahnya.
“Tolong…tolong. Tolongi anak saya Revan,” ucap Laila menirukan suara Andrianto saat meminta pertolongan warga.
Mendengar jeritan minta tolong itu, Laila dan Iwan langsung berlari menuju rumah korban.
Sesampainya di sana Laila mengaku belum tahu kejadian sebenarnya karena kondisi gelap gulita. Ia cuma mendengar Andrianto meminta tolong kepada dirinya.
“Tolongi anak saya teh,” katanya mengulangi ucapan Andrianto.
Nurlela pun meminta Andrianto untuk tenang agar bisa menjelaskan peristiwa yang terjadi. “Kenapa, istighfar istighfar, ada apa dre,” ucapnya.
Nurlela kemudian menghidupkan lampu untuk mengetahui peristiwa yang terjadi.
“Saya langsung kaget saat melihat Andrianto sedang duduk tengkurap sambil memegang anaknya. Kemudian Wiri (paman Andrianto) datang dan berusaha mengangkatnya, lalu menyerahkan Revan ke saya,” ujarnya.
Nurlela kemudian membawa Revan ke bidan terdekat. Setelah dicek, ternyata Revan sudah meninggal.
Tidak lama kemudian, petugas kepolisian datang dan membawa Revan ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek untuk divisum.
Kapolres Lampung Selatan AKBP Adi Ferdian Saputra mengatakan, pelaku membunuh anaknya dengan senjata tajam. Beti langsung diamankan warga dan saat ini sudah berada di Mapolsek Tanjungan.
“Pelakunya sudah kita amankan di Mapolsek Tanjungan untuk menjalani pemeriksaan. Sedangkan korban Revan usai kejadian langsung dibawa ke RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung untuk divisum,” kata Adi Ferdian, Jumat. Setelah divisum, Andrianto membawa jasad anaknya ke Pesawaran.
Berdasarkan pengakuan pelaku, kata dia, pembunuhan itu dilakukan secara tidak sadar. Beti mengaku mendapatkan bisikan gaib untuk membunuh anaknya.
“Pelaku mengaku dapat bisikan halus (gaib). Senjata tajam yang digunakannya lalu dibuang ke laut,” ujar Adi.
Ia menambahkan, pihaknya akan melibatkan para ahli untuk memeriksa kejiwaaan Beti. “Kita akan memeriksa kondisi kejiwaannya,” pungkasnya.
Kasatreskrim Polres Lamsel AKP Rizal Efendi mengatakan, pelaku baru menyadari perbuatannya tak lama setelah peristiwa nahas itu.
“Setelah anaknya meninggal, pelaku baru menyadari dan sangat menyesal akibat kejadian tersebut,” ungkapnya.
Benteng Agama
Bupati Lampung Selatan, Zainudin Hasan, prihatin dengan peristiwa di Desa Rangai Tritunggal, Katibung. Ia menilai keimanan yang rendah seringkali membuat orang melakukan tindakan di luar batas kewajaran.
“Saya turut prihatin. Saat ini harus kita akui umat mulai menurun dalam mengamalkan ajaran agama. Padahal agama menjadi benteng jiwa dan menuntun kita dalam kondisi apapun,” ujar Zainudin, kemarin.
Bupati mengatakan, telah menginstruksikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak serta Camat Katibung untuk datang langsung.
Menurut Zainudin, peristiwa ini perlu jadi pelajaran masyarakat tentang pentingnya memupuk keimanan diri secara terus menerus.
“Peristiwa ini jadi pelajaran kita bersama,” kata Zainudin.
Camat Katibung, Hendra Jaya, mengatakan, Beti dan suaminya baru sekitar dua bulan tinggal di Dusun Rangai Barat. Keduanya warga pindahan dari Padang Cermin, Pesawaran.
Sang suami sehari-hari berprofesi sebagai nelayan. Selama dua bulan pindah dan tinggal di Dusun Rangai Barat, kata Hendra, menurut penuturan warga, Beti merupakan sosok pendiam.
“Pelaku dikenal para tetangganya merupakan pribadi pendiam. Selama ini tidak pernah ada pertengkaran antara pelaku dengan suaminya. Karena itu, warga kaget atas peristiwa ini,” ungkap Hendra.
Hermanto, Ketua RT 002 0011 Rangai Barat, mengatakan, orang pertama yang mengetahui kejadian itu adalah keponakannya, Nurlela.
Dari informasi yang diterima Hermanto, saat kejadian Andrianto sedang berada di luar rumah bersama sepupunya. Ketika sedang mengobrol, terdengar suara jeritan Beti dari dalam rumah.
“Dia (Andrianto) tahunya setelah Beti berteriak. Bahasanya (teriakan) angong, seperti orang bingung,” kata Hermanto.
Andrianto langsung masuk ke dalam rumah, lalu berteriak histeris. Selanjutnya warga sekitar langsung kumpul dan datang ke rumah Andrianto.
“Saat itu juga bayi itu dibawa ke bidan menggunakan motor. Kita sudah cari mobil tidak ada, keadaan darurat terpaksa naik motor,” ujarnya.
You must be logged in to post a comment Login