NEWS
Imbas Ancaman Terorisme, Pariwisata Bali Butuh Penguatan Keamanan
Foto : Praktisi Pariwisata Ida Bagus Lolec Surakusuma.
[socialpoll id=”2499781″]
Denpasar, JARRAKPOS.com – Kembali teror bom menggoncang Indonesia yang terjadi ditiga buah gereja di Surabaya. Sontak kejadian ini menjadi sorotan seluruh kalangan baik dari pemerintah, pelaku usaha hingga masyarakat internasional karena dikenalnya Indonesia sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia. Dipastikan aksi terorisme akan membuat banyak wisatawan berfikir untuk datang ke tanah air, tidak terkecuali ke Pulau Bali. “Apapun aktifitas atau kegiatan yang menjurus kearah terorisme bagi dunia pariwisata dianggap sesuatu yang harus dipertimbangkan. Situasi ini dinilai sebagai faktor utama mereka membatalkan keinginannya untuk mengunjungi Indonesia,” papar Praktisi Pariwisata Ida Bagus Lolec Surakusuma, di Denpasar, Senin (14/5/2018).
Dikatakan, akibat peristiwa meledaknya bom ini menjadi pertimbangan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan untuk mau datang ke Indonesia. Bahkan sudah ada 5 negera yang langsung memberlakukan travel warning ke Indonesia, sehingga bila berita ini dilansir terus menerus maka seluruh destinasi di Indonesia akan terancam mengalami penurunan kunjungan termasuk yang ingin datang ke Bali. Menyikapi hal ini pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk meng-counter pemberitaan ini dengan menyatakan bahwa sebenarnya kejadian tersebut terjadi di beberapa kawasan di timur Pulau Jawa tepatnya di Surabaya. Sementara daerah atau destinasi wisata lainnya di Indonesia masih dikatakan sangat aman untuk dikunjungi. Pemerintah juga harus berani melirik beberapa media penghasil wisatawan ke Indonesia untuk melakukan promosi ditengah keprihatinan pasca meledaknya bom bunuh diri di Surabaya.
Mendukung hal ini tentu diperlukan pemikir-pemikir di bidang promosi pariwisata agar hal ini menjadi force mejeure dan calon wisatawan dan masyarakat dunia tahu tempat kejadian bom yang dimaksud. Sementara berbagai destinasi pariwisata salah satunya di Pulau Bali masih sangat aman untuk dikunjungi. “Bagaimana kita menghadapi hal yang begini, ya pemerintah perlu berperan lebih untuk meng-counter dan memilih media. Bisa diambil beberapa media utamanya bagi negara penghasil wisatawan dan dikatakan bahwa sesungguhnya Indonesia khususnya Bali aman-aman saja dengan menonjolkan destinasi atau objek-objek wisata agar terlihat seolah-olah tidak terjadi peristiwa apapun,” papar Owner Hadi Poetra Hotel ini.
Bila hal ini tidak segera dilakukan oleh pemerintah berkoordinasi dengan stake holder di dunia pariwisata dikhawatirkan kejadian yang terjadi akan direspon negatif secara berlebihan oleh negara penghasil wisatawan ke Indonesia. Bila upaya ini tidak dilakukan sehingga menyebabkan penurunan kunjungan wisatawan maka peran pemerintah akan dinilai sangat lemah dalam hal menyikapi persoalan yang terjadi. Mengantisipasi teror serupa tidak terjadi di Bali satu-satunya upaya yang harus dilakukan yakni meningkatkan sistem keamanan dan pengamanan masuk Bali. Disinilah pentingnya pemerintah segera melakukan berbagai upaya pengamanan tidak saja dari sisi pengamanan dalam bentuk nyata, namun juga melakukan pengamanan untuk menjaga kondisi kepariwisataan Indonesia terlebih bagi Bali yang menggantungkan pergerakan ekonominya hingga 80 persen di sektor pariwisata.
Disinilah perlunya counter attack atau penyampaian informasi yang sesungguhnya kepada warga dunia terkait tempat kejadian peristiwa yang diimbangi upaya promosi situasi aman di kawasan destinasi pariwisata yang kenyataannya berada jauh dari peristiwa kemanusiaan yang terjadi. “Pemerintah Bali dalam konteks ini harus melakukan kerjasama dengan pihak pemasaran di sektor pariwisata dengan melakukan counter attack. Upaya ini harus dilakukan untuk bisa memberitakan bahwa peristiwa yang terjadi tidak akan mempengaruhi kemanan di berbagai destinasi lainnya di Indonesia terutama di Bali,” jelasnya.
Ketua Indonesia Conferance Association (Inca) Bali ini juga mengatakan ada kemungkinan peristiwa tewasnya sejumlah personil kepolisian termasuk warga setempat dan tersangka teroris pada peristiwa kerusuhan di Mako Brimob berkaitan dengan teror teroris melalui pengeboman di 3 lokasi gereja di Surabaya yang berlanjut di Sidoharja Jawa Timur. Prediksi Ini didasari pemikiran karena banyak gerakan aliran keras masih berkeliaran di tengah masyarakat yang nyaris bisa dipastikan sebagai gerakan teroris namun belum mampu terpantau dengan baik oleh pihak kepolisian.
Menyikapi ini pemerintah diharapkan jangan terlena dan beranggapan semua tahanan teroris sudah berada di dalam penjara namun siapa yang bisa memastikan kalau teroris masih menyebar secara sporadis di seluruh penjuru tanah air. Kelompok garis keras ini bisa melakukan aksinya kapan saja, inilah yang menjadi sorotan sejak dulu dari kalangan praktisi pariwisata agar pihak keamanan dan kepolisian tidak lengah di berbagai stuasi dan jangan hanya melakukan pengetatan pengawasan bila ada hari raya atau menjelang hajatan politik saja. Honorary Consul Indonesia untuk Polandia dua periode ini juga menyampaikan disinilah pentingnya pemerintah tidak saja meningkatkan upaya pengamanan namun juga diimbangi upaya penyelamatan citra pariwisata.
Terbangunnya kualitas kemanan yang baik sejalan dengan harapan untuk menciptakan kunjungan wisatawan yang aman dan nyaman. “Pihak keamanan dan kepolisian jangan sampai lengah terhadap gerakan terorisme. Mereka bisa mengancam keamanan dimana saja, karena bisa saja mereka secara militan menebar teror. Semua kalangan diharapkan meningkatkan kewaspadaan, tidak ada jaminan yang bisa menyatakan Bali aman dari terorisme sehingga upaya peningkatan kemanan harus dipandang sebagai kebutuhan utama dalam menjaga kepariwisataan Bali,” tutup Lolec.
Secara terpisah, terkait adanya penyerangan bom di Surabaya yang dilakukan oleh terorisme. Maka pihak Manger Blue Bird areal Bali-Lombok, Dr. Putu Panca Wiadnyana mengatakan kepada 1500 supirnya, agar tetap tenang dan lebih waspada baik itu dalam melakukan pekerjaan maupun saat berada dirumahnya, bila ada yang mencurigakan harap dilaporkan. “Saya menghimbau kepada para supir Blue Bird, apabila menemukan kecurigaan yang berbau teroris harap segera dilaporkan dan jangan pernah takut terhadap teroris,” tandasnya saat ditemui di pool Sesetan Denpasar.
Panca menambahkan, aplikasi Blue Bird yang dimiliki diakui sudah benar-benar canggih, sehingga pihaknya tidak kuatir akan hacker, jadi transaksi lewat online diyakini aman, serta penumpang yang menggunakan aplikasi melalui handphone, sudah pasti terdaftar dan teregritasi. “Kita tidak kuatir dalam ancaman teroris maupun hacker lewat IT, sebab aplikasi yang dimiliki cukup tinggi,” tandasnya, seraya menambahkan segala sesuatu bisa terjadi tapi mudah-mudahan di Bali tidak terjadi seperti di daerah lain.
Selanjutnya Panca yang mewakili management Blue Bird Bali-Lombok, mengutuk keras atas sikap teroris yang menghalalkan segala cara. “Saya selaku pribadi dan management menyampaikan turut berduka atas apa yang terjadi di Surabaya dan semoga Bali tetap aman,” tandasnya. Demi memberantas teroris, Panca mendukung aparat keamanan untuk tidak takut dalam memberantas teroris, dan juga menghimbau kepada supirnya kalau memang ada mencurigakan dilapangan segara langsung dilaporkan. “Kepada aparat keamanan, kami akan dukung dan kami tidak takut untuk tetap beroperasi,” tandasnya. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login