Connect with us

    POLITIK

    Jelang Musda, Sugawa Korry Siap Mundur Jika Golkar Pecah

    Published

    on


    Denpasar, JARRAKPOS.com – Jelang Musyawarah Daerah (Musda) DPD Partai Golkar Bali, suhu politik di internal partai beringin terus menghangat. Kali ini, Sekretaris DPD Partai Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry menyatakan siap tampil maju menjadi salah satu penantang Plt. Ketua DPD Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer yang sudah siap maju di Musda, termasuk mantan Ketua DPD Golkar Karangasem, Wayan Geredeg. Sikap politik Sugawa itu akan diputuskan menjelang pelaksanaan Musda yang akan berlangsung di Prime Plaza Hotel, Sanur, Denpasar pada 22 Februari 2020.

    1bl-ik#16/2/2020

    Namun, sikap politik Sugawa itu akan maju bertarung sebagai Ketua DPD Golkar Bali, jika Golkar tidak terbelah dan tetap bersatu. Karena jika ternyata terjadi perpecahan di tubuh Golkar, Sugawa lebih memilih mundur. “Sikap politik saya ada dua pilihan, pertama Golkar tetap bersatu, meskipun saya tidak menjadi ketua. Atau pilihan kedua, menjadi ketua, jika Golkar tidak pecah. Tapi sikap politik saya lebih ke pilihan yang pertama, agar Golkar tidak pecah,” ungkap Sugawa saat jumpa pers dengan wartawan di ruang kerja Wakil Ketua DPRD Bali, Kamis (20/2/2020) siang, seraya menjelaskan sikap politiknya itu tetap konsisten seperti itu, selama menjadi kader Partai Golkar selama ini.

    Baca juga: Popularitas Terus Melonjak, AMD Datangi BNN P Bali

    Seperti saat Cok Budi Suryawan (CBS) sempat dilengserkan lewat Musda sebelum masa waktunya. “Waktu Pak CBS dimusdakan tidak pada waktunya, saya juga menolak itu. Tetapi CBS malah mau dan diputuskan oleh Musda. Karena itu, saya tunduk pada waktu itu, meskipun saya tidak mendapatkan posisi jabatan apa-apa. Tapi saya tetap memilih Golkar tetap damai,” jelas Wakil Ketua DPRD Bali ini. Selain itu, saat Musda berikutnya, juga terjadi persaingan yang ketat antara Ketut Sudikerta dan Wayan Geredeg yang sempat berakhir deadlock. “Waktu itu juga berdasarkan perintah Nurdin Halid (Wakil Ketua DPP Partai Golkar, red) saya ditunjuk sebagai ketua, karena tahun 2015 juga ada dualisme Golkar, tapi saya tidak mau maju dan tetap memilih Golkar bersatu,” bebernya.

    1bl-ik#17/2/2020

    Saat ini pun, Golkar kembali terancam terpecah dengan adanya enam Plt Ketua DPD Golkar se-Bali, sehingga sudah sangat lelah dengan kondisi partai seperti itu. Apalagi akan menghadapi Pilkada serentak, sehingga cukup menghabiskan energi untuk menghadapi perpecahan partai seperti itu. “Pak Demer kan sudah menyatakan maju, dan jika saya maju, maka akan ada perpecahan. Makanya saya akan berkomunikasi dengan teman-teman DPD. Jadi pilihannya itu, tapi saya tetep komitmen menjaga persatuan dan kesatuan Golkar di Bali. Sikap politik ini akan saya putuskan menjelang Musda. Jika pak Demer maju dan saya maju memunculkan friksi-friksi lagi, saya tidak akan maju. Karena saya sudah melihat dan membaca ada perpecahan ini. Makanya saya akan pilih tidak maju untuk Golkar bersatu,” tegas politisi asal Buleleng ini.

    Baca juga: Gus Adhi: Pilih Bupati yang Tidak Hanya Berorientasi Politik

    Advertisement

    Alasan lain pernyataan sikap politiknya itu, juga selalu berpatokan mekanisme atau aturan partai, seperti saat Sudikerta di Plt oleh Demer menjelang Pileg 2018. Karena siapa pun ketua partai, ketika menghadapi masalah hukum harus diberhentikan, termasuk Sudikerta dan dikatakan semua kader pasti akan diberhentikan jika menghadapi masalah hukum. Karena waktu itu, juga Demer sebagai pengurus DPP sangat wajar menjadi ketua Plt dan sah sesuai mekanisme. “Sekarang jika Pak Demer memilih Ketua DPD sah saja juga, meskipun jabatan DPP tertinggi di partai. Karena itu, jika saya bersaing partai ini bisa pecah dan saya tidak mau itu. Lebih baik saya tidak maju. Itulah sebabnya mengambil sikap itu. Meskipun saya tidak jadi ketua, tapi partai ini utuh, saya lebih memilih itu,” tutupnya. aka/ama/jmg/ksm