NEWS
Jualan Getol Tolak RTB, Sungai di Depan Mata Tercemar Tak Terurus
Foto : Belum ada sikap dari tokoh yang mengaku peduli lingkungan serius menangani pencemaran sungai yang ada di Bali, khususnya di Kota Denpasar.
[socialpoll id=”2481371″]
Denpasar, JARRAKPOS.com – Salah satu Aktivis Lingkungan Lanang Sudira menyayangkan sikap salah satu oknum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkedok lingkungan yang getol menolak Reklamasi Teluk Benoa (RTB). “Saya betul-betul mengamati keseriusannya terhadap lingkungan belum sepenuhnya, mengingat kerusakan lingkungan yang termasuk kawasan suci di Bali cukup luas,” kata Lanang Sudira di Denpasar, Selasa (24/4/2018).
Ia mengatakan, isu RTB sejatinya sudah basi karena telah ditelantarkan dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali yang dimenangkan Made Mangku Pastika. Tapi malah tolak RTB dijadikan jualan politik yang kembali mencuat ketika Pilgub 2018, ketika persaingan dua kandidat dengan jargon Satu Jalur (Koster-Ace) dan Dua Jari (Mantra-Kerta). Padahal sungai tercemar ini di depan mata salah satu paslon yang hampir 18 tahun menjabat di Denpasar.
Menurutnya, apabila membicarakan menganai kerusakan lingkungan dalam kawasan suci tentunya cakupannya begitu luas. “Apa sungai tidak suci, semua danau di Bali, bahkan tempat galian C di Karangasem dibawah kaki Gunung Agung, dimana gunung tersebut sebagai hulunya Pulau Dewata,” ungkapnya.
Daerah sekitar Gunung Agung terdapat tempat suci yakni Pura Besakih, Pura Pasar Agung (Sebudi, Sibetan dan Bhuana Giri). Kawasan itu juga ditemukan sumber mata air. Untuk itu, pihaknya menilai belum ada sikap dari tokoh yang mengaku peduli lingkungan serius menangani pencemaran sungai yang ada di Bali, khususnya di Kota Denpasar yang muaranya ke laut maupun Kawan Taman Hutan Raya I Gusti Ngurah Rai ( Hutan Mangrove sebagao paru-paru kota).
Padahal sungai-sungai menurut pengetahuan “Veda” adalah suci yang patut dijaga kesuciannya, namun faktanya airnya mulai kotor dan terdapat sampah, khususnya berbahan plastik sehingga habitat tanaman pohon Mangrove terganggu.
Bahkan ada pembangunan di daerah Ubud dan By Pass Prof Ida Bagus Mantra terdapat bangunan di sepadan sungai. Kondisi tersebut yang sudah merusak lingkungan, tetapi luput dari pantaunnya.
Disamping itu, kondisi kerusakan lingkungan galian C di Karangasem yang sudah menjadi perhatian publik juga tidak mendapatkan sorotan dari oknum LSM bersangkutan. “Maka dari itu, mengapa justru terus hanya mempersolkan RTB yang kini belum ada pembangunan,” ungkapnya.
Kerusakan lingkungan yang sudah terjadi justru perlu ditangani dengan baik sebagai bentuk implementasi “Tri Hita Karana”. aya/ama
You must be logged in to post a comment Login