NEWS
Kabar Terbaru Dari Kapal Selam KRI Nanggala 402.
Jarrakpos.com. Sudah dua hari sejak komunikasi KRI Nanggala 402 terputus saat menjalani latihan peluncuran torpedo di perairan Bali. Keberadaan kapal selam milik TNI AL berawak 53 orang tersebut hingga kini masih tak diketahui.
Awalnya pada pukul 03.46 WIB, KRI Nanggala meminta izin untuk menyelam. Kemudian pada pukul 04.00 WIB melaksanakan penggenangan peluncur torpedo.
Usai penggenangan peluncur torpedo nomor 8, komunikasi dengan KRI Nanggala terputus sesaat setelah komandan latihan memberikan izin penembakan.
Proses pencarian pun langsung dilaksanakan. Di tengah-tengah pencarian, ditemukan tumpahan minyak dan bau solar di sejumlah titik. Pertemuan pertama ada di posisi 07 derajat 49 menit 74 detik lintang selatan dan 114 derajat 50 menit 70 detik bujur timur radius 150 meter.
Selain itu, juga ditemukan lokasi benda bermagnet tinggi di sekitar 50 meter dari titik operasi pencarian yang dilakukan KRI Pulau Rimau. Kedalamannya mencapai 50-100 meter. Saat ini, pencarian difokuskan pada titik ini.
Pendeteksian di lokasi ini dilanjutkan dengan menggunakan KRI Rigel yang memiliki sonar, sehingga dapat mengkonfirmasi benda dengan magnet tinggi tersebut. KRI Rigel juga digunakan dalam operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Januari lalu.
Pencarian dengan sonar sangat penting karena kapal selam diduga berada di kedalaman 500-700 meter di palung perairan Bali. Kedalaman ini tentu sudah melebihi kemampuan standar KRI Nanggala yang banya bisa menyelam sampai 250 meter.
Bantuan Pencarian KRI Nanggala dari Berbagai Negara
Bantuan pencarian KRI Nanggala terus berdatangan dari berbagai negara. Pada Jumat (23/4), Australia mengirimkan bantuan kapal HMAS Ballarat dan HMAS Sirus.
Komandan Satgas Gabungan 63, Laksamana Muda Mark Hammond mengatakan, Angkata Pertahanan Australia (ADF) siap membantu Indonesia untuk memperluas area pencarian.
“Kedua kapal Australia ini akan membantu memperluas area pencarian dan memperpanjang durasi upaya pencarian,” ujar Hammond dalam keterangannya.
“Pikiran saya bersama awak kapal selam KRI Nanggala, keluarganya, dan warga Indonesia. Seperti biasa, kami siap membantu sesama pelaut di TNI AL,” tambahnya.
Selain Australia, negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga telah menawarkan bantuan untuk mencari KRI Nanggala.
Kondisi KRI Nanggala
Sejumlah pertanyaan kemudian muncul terkait sistem keamanan KRI Nanggala. Salah satu yang dipertanyakan publik adalah apakah KRI Nanggala memiliki black box.
Mantan Komandan KRI Nanggala 402 Letnal Kolonel Laut Ansori memastikan tidak ada black box dalam kapal selam buatan Jerman itu. Ia menyebut kapal selam tak memiliki black box seperti pesawat.
“Memang tidak ada [black box]. Seperti di perawatan, black box istilahnya untuk merekam situasi ataupun kejadian-kejadian di kapal selam. Memang di kapal selam tidak sama dengan yang di pesawat,” ujar Ansori dalam konferensi pers di Pangkalan TNI AD I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali.
Ansori juga menjelaskan seluruh awak yang bertugas di KRI Nanggala sudah mendapatkan pelatihan sebelum mengoperasikan kapal. Dari pelatihan itu, para awak telah memahami tindakan apa yang perlu diambil untuk menangani kejadian tertentu.
“Terkait masalah, trouble, saya rasa di semua pesawat juga mengalami. Cuma kita memang dilatih untuk bisa survive untuk bisa mengatasi trouble-trouble tersebut,” ucap Ansori.
Ansori pun memastikan KRI nanggala masih berfungsi dengan baik. Sistem keamanan yang dimiliki kapal selam tersebut seluruhnya berstandar internasional.
“Jadi di kapal selam alat keselamatan sudah lengkap dan sesuai dengan standar internasional yang diberlakukan oleh seluruh kapal selam di dunia,” ungkapnya.
Ansori mengatakan, kelengkapan alat keselamatan kapal selam juga tergambar dari total alat keselamatan yang ada di dalam kapal. Ansori memastikan seluruh peralatan keselamatan disesuaikan dengan jumlah awak kapal yang bertugas di dalamnya.
“Jadi seluruh peralatan-peralatan ini di sini disesuaikan dengan jumlah personel yang yang di dalam kapal selam,” lanjutnya.
Tingginya perhatian keamanan awak kapal, kata Ansori, juga terlihat dari aturan ketat yang mengatur berapa jumlah personel yang bisa ikut di dalam kapal. Jika jumlah awak melebihi jumlah alat keselamatan, maka awak akan dikurangi sesuai dengan jumlah alat yang ada di kapal.
“Jika ada 53 [awak] on board, selain itu maka personel akan dikurangi karena akan menyesuaikan dengan jumlah peralatan keselamatan yang tersedia di dalam kapal selam,” tuturnya.
Ansori juga menyebut mengendalikan kapal selam sama dengan pesawat. Pemeriksaan prosedur penyelaman harus dilaksanakan dengan ketat sesuai SOP. Ada satu saja yang tidak sesuai dengan checklist, maka kapal tak bisa beroperasi.
“Proses-proses kita laksanakan sesuai dengan prosedur yang ketat, checklist yang ketat, sebagaimana mungkin sama halnya dengan rekan-rekan pilot untuk mengecek kesiapan pesawatnya pada saat mau take off ataupun landing,” kata dia.
Ansori menjelaskan, ada dua teori prosedur penyelaman kapal. Yakni, menyelam secara statis dan dinamis. Menyelam secara statis adalah menyelam tanpa menggunakan kelajuan ataupun pendorongan dari kapal selam itu sendiri.
Sementara itu, menyelam dinamis adalah menyelam dengan menggunakan kecepatan ataupun pendorongan dari kapal selam.
Pencarian KRI Nanggala yang Berpacu dengan Waktu
Tim pencarian memiliki waktu yang singkat untuk mencari KRI Nanggala karena cadangan oksigen kapal selam tersebut hanya 72 jam. Untuk membantu pencarian, Kapal KN SAR Arjuna 229 milik Basarnas Bali turut diterjunkan ke lokasi pencarian.
“Rencana sementara nantinya KN SAR Arjuna 229 akan standby di Pelabuhan Tanjung Wangi sambil menunggu arahan untuk pergerakan apabila diperlukan,” kata Kepala Basarnas Bali Gede Darmada.
Basarnas Bali juga menerjunkan 10 rescuer yang ditempatkan di Pos SAR Buleleng Basarnas juga menyiapkan alat Rigid Inflatable Boat (RIB) siaga di Pelabuhan Celukan Bawang.
Darmada mengatakan, saat ini Basarnas telah menggerakkan kapal SAR sebanyak 4 unit. Yakni, Kapal KN SAR Antasena 234 dan KN SAR Arjuna 229 bersiaga di Pelabuhan Tanjung Wangi, KN SAR Wisnu 103 bertolak dari Jakarta dan KN SAR Kamajaya bertolak dari Makasar.
“Keseluruhannya sekitar 76 personel turut dalam operasi SAR hilang kontaknya kapal selam KRI Nanggala 402 yang membawa POB 53 orang di Perairan Bali,” kata dia.
Karena waktunya yang semakin sempit, Presiden Jokowi telah memerintahkan proses pencarian harus diupayakan secara optimal dengan prioritas utama keselamatan para kru KRI Nanggala.
“Saya juga telah memerintahkan Panglima TNI, KSAL dan Basarnas bersama-sama instansi terkait lainnya untuk mengerahkan segala kekuatan dan upaya seoptimal mungkin, melakukan upaya pencarian dan penyelamatan,” kata Jokowi.
Meski waktu yang tersisa sedikit, KSAL Laksamana Yudo berkeyakinan para kru kapal bisa segera diselamatkan.
“Black out bisa sampai hari Sabtu (24/4) jam 3. 72 jam, sehingga mudah-mudahan segera bisa ditemukan, sehingga cadangan oksigen masih ada,” ujar Yudo.
Ia juga memastikan status KRI Nanggala saat ini belum bisa disebut tenggelam atau sub sunk. Statusnya diputuskan sub miss atau kapal hilang.
Lebih lanjut, TNI AL telah menurunkan sejumlah KRI yang memiliki kemampuan mumpuni untuk proses pencarian bawah laut, salah satunya yakni KRI Rigel.
Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad mengatakan sistem sonar yang dimiliki KRI Rigel diharapkan dapat memudahkan tim pencarian untuk memperoleh gambaran jelas terkait di mana lokasi pasti dari KRI Nanggala 402.
“Setelah KRI Rigel merapat bisa melihat langsung dari KRI Rigel seperti pada saat kita melaksanakan pencarian Sriwijaya Air ada sonar bawah laut dan mudah-mudahan ini bisa memberikan gambaran jelas,” ujar Riad.
Kehadiran KRI Rigel diharapkan dapat memberikan sokongan tenaga bagi tim pencarian yang sebelumnya telah menemukan beberapa tanda-tanda terkait keberadaan kapal.
Selain mengandalkan alutsista dalam negeri, Riad mengutarakan pula apresiasi atas bantuan yang ditawarkan pihak asing untuk memudahkan proses pencarian. Riad merinci setidaknya ada empat kapal negara sahabat yang akan diutus untuk membantu TNI mencari di mana keberadaan KRI Nanggala.
“Selanjutnya juga kapal-kapal yang dari negara sahabat MV Swift (Singapura) harapan kita mudah-mudahan sore atau malam tiba kemudian, kemudian mega bakti dalam perjalanan, kemudian ada dari balarak dari Austalia, kemudian HMS sirius dari Australia, dan satu kapal dari India dan kita harapkan pesawat poseidon bisa segera merapat,” kata Riad.
Lebih lanjut, seluruh prajurit TNI AL se-Indonesia melaksanakan doa bersama untuk keselamatan kapal selam KRI Nanggala-402 secara serentak.
Di Jakarta, doa bersama dihadiri oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono. Wakasal didampingi didampingi Asisten Pembinaan Potensi Maritim (Aspotmar) Kasal Mayjen (Mar) Widodo Dwi Purwanto dan pejabat Mabesal lainnya.
Harapan Keluarga Awak KRI Nanggala
Keluarga dari awak KRI Nanggala hingga kini masih menunggu dan berharap kabar baik dari pencarian kapal selam tersebut. Salah satu awak yang ikut dalam kapal tersebut adalah Serda Diyut Subandriyo (37) yang menjadi Juru Listrik Motor 1.
Helen, istri Serda Diyut, berharap suami dan semua kru di kapal tersebut bisa segera ditemukan dalam kondisi selamat. Ia mengaku terakhir kontak dengan suaminya pada Selasa (20/4) sekitar pukul 22.00 WIB melalui WhatsApp (WA).
Ia berkirim pesan itu untuk membangunkan suaminya untuk sahur. “Rabu dini hari mau bangunin sahur dengan kirim pesan WA sudah centang satu. Setelah itu, dapat kabar jika KRI Nanggala dilaporkan hilang,” ujar Helen kepada Antara.
Ia menambahkan, suaminya sempat pulang ke Madiun pada Kamis (14/4) selepas tugas dari Surabaya pada Minggu (18/4) malam. Helen sempat mengantar suaminya di terminal saat kembali bertugas.
“Kemarin waktu mau layar itu cuma bilang, minta doanya, ya, Nda. Itu diucapkan berkali-kali oleh Pak Diyut sebelum berangkat dan tidak biasanya ia seperti itu,” tambahnya.
Keluarga Kelasi Satu (KLS) Gunadi Fajar Rahmanto (27) juga masih menunggu kabar pencarian. Sumaryo, ayah Fajar, berharap putra pertamanya segera ditemukan selamat bersama awak kapal lainnya.
“Harapannya bisa dievakuasi dengan selamat. Semua kru awaknya. Semoga pihak pemerintah dan evakuasi tepat waktu hingga semua anggota kru selamat,” ujar Sunaryo ditemui di rumahnya.
Sunaryo menceritakan pertama kali mendengar kabar KRI Nanggala tenggelam dari istri Fajar, Dwi Ari Astanti, pada Rabu (21/4) lalu. Menantu Sunaryo itu saat ini berada di Purworejo dan tengah hamil 7 bulan.
“Menantu saya dihubungi teman-temannya. Lalu mengabari ibu di sini,” katanya.
Sementara ayah dari Sertu Mes Dedi Hari Susilo, Sudarmaji, mengungkapkan sudah datang ke Lanal Banyuwangi untuk menunggu kabar putranya.
“Sampai saat ini masih belum ada kabar,” imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan bertemu dengan putranya sekitar dua minggu yang lalu. “Dua minggu yang lalu pulang ke rumah,” ungkapnya.
Dikutip Dari : Kumparan
Editor : kurnia
You must be logged in to post a comment Login