NEWS
Kisah Pilu Warga Kurang Mampu di Pekalongan, Didiagnosa Tumor Ganas Tak Kunjung Dioperasi, Butuh Uluran Para Dermawan
PEKALONGAN, jarrakpos.com ! Sorot matanya sayu, wajahnya terlihat kusam, tergambar jelas rasa sakit yang dialaminya. Bibirnya terkadang bergerak pelan, mengucap kata yang nyaris tak terdengar karena rintihan sakit yang teramat sangat.
Sekali-kali dia memanggil suaminya hanya untuk meminta air minum dan terkadang sesuap nasi. Selebihnya dia hanya bisa menggerakkan badannya sedikit-sedikit di atas kasur butut. Pingin dia ke dapur untuk memasakkan sarapan buat suami tercintanya, namun apa daya, dia terbelenggu dengan penyakit menahun yang dideritanya.
Itulah kisah pilu yang dialami oleh Kholilattul Janah, wanita berusia 22 tahun, warga RT 002, RW 006, Desa Tengengkulon, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Wanita yang dulunya buruh jahit ini, kini harus terbaring lemah diatas kasus butut lantaran sakit tomor ganas pada pipi kiri yang dideritanya sejak lima bulan lalu.
Akibat penyakit tumor itu, pipi kiri ibu satu anak ini bengkak yang awalnya kecil dan kini semakin membesar. Sementara tubuhnya terlihat semakin kurus. Kondisi ini terjadi lantaran dia kesulitan untuk mengunyah makanan.
“Begilah kondisi istri saya pak, tidak ada perkembangan berarti, malah semakin memburuk. Padahal sudah bolak-balik berobat ke rumah sakit,” ujar Febriyanto, sang suami yang setia dan tulus merawatnya, Kamis (14/12/2023).
Febriyanto kepada redaksi jarrakpos menuturkan, karena kondisi istri tercintanya yang terus memburuk, praktis istrinya tidak bisa bekerja lagi. Sebelum sakit, istrinya itu adalah buruh jahit yang menerima upah Rp 300 ribu dalam sebulan.
“Upah kerja istri saya dulu memang kecil, tapi itu sangat berarti untuk keluarga kami karena memang kami hidup serba kekurangan,” tuturnya lirih.
Kini lantaran istrinya sudah tidak bekerja lagi, praktis dirinya sebagai kepala keluarga bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya semata wayang yang masih berusia 3 tahun.
“Saya bekerja sebagai buruh di pabrik tahu. Hasilnya pun pas-pasan, tidak bisa disisihkan untuk ditabung,” imbuhnya.
Untungnya untuk pengobatan sang istri, ditanggung pemerintah dengan jaminan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun yang menjadi bebannya adalah ongkos bolak-balik rumah sakit yang tidak sedikit
“Tapi dengan kondisi istri saya yang terus memburuk, saya putuskan untuk berhenti kerja karena saya harus merawat istri. Terkadang dari mulut istri saya keluar darah pak,” terangnya.
Lantaran dirinya sudah tidak bekerja, penderitaan keluarganya kian bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasutri ini terkadang dibantu oleh keluarga dan tetangga.
Menurut Febriyanto, dari pemeriksaan dokter, istrinya itu didiagnosa menderita kanker ganas dan harus dilakukan operasi. Sayangnya, hingga saat ini dia belum mengetahui kapan istrinya bisa dioperasi. Mungkin karena pasien KIS, penanganan tindakan operasi agak lambat.
“Saya berharap ada yang membantu istri saya sehingga bisa segera dioperasi. Istri saya sudah tidak kuat menahan sakit. Kalau harus operasi dengan cara membayar, saya tidak punya biaya,” tuturnya pilu dengan mata berkaca-kaca.
Febriyanto juga berharap ada dermawan yang bermurah hati membantunya untuk meringankan beban keluarganya, terutama untuk kebutuhan sehari-hari dan mempercepat tindakan operasi istri tercintanya. Jika ada dermawan yang berkenan membantu, dia mempersilahkan untuk menghubungi redaksi jarrakpos.com ataupun langsung menghubungi dirinya sesuai alamat yang sudah tertera.(ded)
You must be logged in to post a comment Login