PARIWISATA
Klenteng Perbukitan Perut Naga Pecatu, Jadi Objek Wisata Spritual dan Penyembuhan Sakit Non Medis
PECATU, JARRAK POS – Kuil atau yang biasa disebut Klenteng Guang Thai Temple merupakan salah satu tempat ibadah bagi warga keturunan Tionghoa di Bali yang sepertinya masih sangat asing bagi masyarakat awam di Bali. Namun ternyata tamu asing, terutama dari Taiwan malah lebih mengenal dan sudah biasa datang berkunjung untuk bersembahyang sekaligus berwisata di Kuil yang berdiri tepat di perut perbukitan naga di wilayah Pantai Balangan, Pecatu, Kuta Selatan, Badung.
Menurut Pengelola Klenteng, Suhu Chuang Chung Hsing yang menjadi pendeta asal Taiwan yang sudah lama menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) ini, mengaku tujuannya membangun Klenteng Guang Thai Temple untuk memuja Dewa Chikung (Dewa Mabuk) yang menuntunnya sampai di tempat itu. “Kuil ini kita bangun dengan serba berjalan dengan sendirinya, tanpa ada apa-apa dan tiba-tiba sampai disini dan harus membangun ini semua. Klenteng ini berdiri diatas tanah 2 hektar dan semuannya hanya untuk membantu masyarakat,” ungkapnya kepada JARRAKPOS.com, Minggu (18/3/2018).
Uniknya, selain sebagai tempat berwisata spiritual sekaligus untuk persembahyangan yang lengkap dengan semua Dewa, Klenteng ini juga kerap didatangi tamu domestik maupun mancanegara yang ingin berobat, terutama karena sakit non medis. Bahkan sudah beberapa orang yang berkunjung mengakui terbukti sakit secara medis seperti merasa kesulitan tidur atau terganggu makhluk halus bisa disembuhkan. Selain itu, masyarakat di sekitarnya yang percaya juga banyak yang datang berobat dan bisa disembuhkan. “Kalau ada orang yang sakit non medis dan sulit disembuhkan kita siap membantu. Memang disini kita membantu mengobati tidak ada biayanya alias gratis. Tujuannya hanya untuk menolong orang yang susah dan kesulitan, itu aja,” katanya.
Klenteng yang berlokasi tepatnya di Jalan Melati, Pantai Balangan ini juga biasanya jadi tempat wisata favorit tamu Taiwan yang bersembahyang. Seperti yang diungkap salah satu warga keturunan Tionghoa di Bali, Kheng Ing Suan atau yang lebih dikenal George Alexander yang ikut berpartisipasi membangun Klenteng ini mengakui lokasinya memang dituntun dan dipilih oleh Dewa Chikung. Dikatakan Klenteng dibangun selama 7 tahun dan baru bisa selesai dibangun sekitar 1,5 tahun yang lalu. Selain untuk sembahyang juga digunakan masyarakat lokal untuk berwisata spiritual terutama kunjungan tamu dari Taiwan dan China maupun Hongkong. “Seperti sekarang ada tour Tamu Taiwan. Mereka datang langsung ke Guang Thai Temple dan dirangkai dengan kunjungan ke sejumlah Kuil di Bali, seperti Klenteng yang ada di dekat Pelabuhan Benoa dan Tanjung Benoa. Jadi ada semacam perkenalan atau silahturahmi antar Klenteng di Taiwan dengan di Bali,” ungkapnya.
Dikatakan sejak berdirinya Klenteng Guang Thai Temple sudah beberapa kali menerima kunjungan tamu asing, seperti dari Kuil Taiwan yang tertua yakni Thai Tu Chong juga datang langsung ke Bali sekaligus berwisata spiritual. Kedatangan tamu Taiwan ini juga membagikan tali perkenalan cindra mata berupa kain berisi simbul delapan Dewa ke sejumlah Kuil di Bali. “Kita disini sangat mendukung pariwisata, jadi harapan kita ke depan, selain tempat bersembahyang untuk ritual agama, juga bisa mendukung pariwisata sehingga makin banyak tamu yang datang ke Bali baik domestik maupun mancanegara. Jadi Kuil ini bisa ikut meramaikan pariwisata,” harapnya.
Agar bisa melengkapi aktifitas wisata spirtual di Klenteng Guang Thai Temple untuk pertama kalinya, tamu yang datang juga berkunjung ke Kuil lainnya, seperti di Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa. Menurut Ketua Penangungjawab Harian Vihara Satya Dharma, Darin Jimmytat juga merasa sangat tersanjung dan terhormat mendapat kunjungan khusus dari tamu Taiwan. “Ini semacam silahturahmi yang bisa berkelanjutan dan akan kita siapkan secara rutin untuk menyambut kunjungan wisata tamu Taiwan. Nantinya penyambutan tamu akan dikolaborasi dengan tarian Bali ataupun ogoh-ogoh selain tarian dari China dan barongsai untuk penyambutan,” sebutnya.
Meskipun baru pertama kalinya, namun Kuil ataupun Klenteng di Pelabuhan Benoa sebenarnya juga bisa dijadikan semacam objek wisata spiritual di Bali karena setiap harinya mendapat kunjungan tamu dari luar negeri bisa mencapai seratus sampai dua ratus wisatawan mancanegara. “Kayak tadi ada yang datang dari India, jadi setiap hari ada kunjungan. Kita sangat wellcome apa saja mau sembahyang boleh datang ataupun berwisata silahkan dan foto-foto diabadikan kami persilahkan. Setiap acara pariwisata yang datang semuanya kita gratiskan dan tidak dipungut biaya apapun,” tegasnya.
Selain bersembahyang, tamu yang datang juga biasanya untuk foto prawedding dan acara pernikahan pengantin agama Budha sehingga sudah ada sekitar 20 pengantin yang resmi menikah. Bahkan untuk mendukung objek wisata di Kuil ini dalam waktu dekat akan membangun patung Dewi Kwan Im setinggi 18 meter yang peletakan batu pertamanya akan dilaksanakan 5 Maret mendatang. “Patungnya sudah dipesankan di China, kira-kira lama pembangunan sekitar 1 tahun. Jadi patung Dewi Kwan Im disini akan jadi objek wisata baru di Bali,” tandasnya. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login