POLITIK
Kreasi atau Campah? Pasek Pertanyakan Model Nasi “Wong-wongan” Bisa Meredam Virus Corona
Denpasar, JARRAKPOS.com – Terkait adanya kabar atau himbauan Pemprov Bali melalui Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (DPMA) beberapa waktu lalu pada Kamis (2/4/2020), yaitu untuk menghaturkan yadnya khusus sebagai langkah menghadapi wabah Covid-19 agar cepat berlalu, dimana salah satu yadnya yang dianjurkan oleh DPMA menghaturkan “Nasi Wong-wongan” atau sarana sesajen dari nasi berbentuk manusia dengan panca warna. Tetapi implementasi di lapangan, banyak kreasi yang dibuat bahkan terkesan menjadi campah (tidak sopan, red) hal tersebut terlihat banyaknya gambar wong-wongan yang diunggah pada media sosial facebook maupun yang lainnya. Bahkan Nasi Wong-wongan akhirnya ditarik ke ranah politik, lewat sentilan politisi ternama kelahiran Bali yang kini menjabat sebagai Sekjen DPP Hanura, Gede Pasek Suardika yang biasa disapa GPS langsung membuat tulisan di status facebooknya pada Jumat (3/4/2020).
Dalam cuitan FB-nya yang berjudul “Nasi Wong-Wongan: Kreasi atau Campah” yang viral di media sosial itu itu, Pasek mengungkapkan dirinya tertarik membuat tulisan soal ragam komentar himbauan membuat nasi wong wongan dari Pemprop Bali yang dilaksanakan dengan antusias oleh krama Bali. Bukan bicara soal berdesak desaknya orang Bali di dagang banten yang akhirnya melanggar himbauan Pemprop Bali lainnya soal jaga jarak atau masalah lainnya. “Kali ini diskusi soal Nasi Wong Wongan yang ragam bentuk itu apakah sebuah kreasi atau campah. Karena ada yang menuduh kreasi itu campah namun saya belum bisa dapat sumbernya kalau itu kategori campah. Maklum ada juga beberapa dengan nada provokatif menjadi hakim niskala di akun Saya kalau itu campah dan menghina,” jelasnya.
Lanjutnya Pasek, jika dilihat jenis upacaranya maka sesajen nasi Wong Wongan masuk kategori Bhuta Yadnya. Tujuannya untuk mengharmoniskan alam semesta, dan lokasi menghaturkannya pun di lebuh. Di depan pintu mau masuk rumah. Nasi Wong Wongan lebih dekat sebenarnya statusnya segehan, yang memang dihaturkan kepada para bhutakala (mahluk astral dibawah manusia) agar tidak mengganggu. Biasanya dilengkapi dengan bawang jahe. Ada juga garam laut sebagai simbol hadirnya Segara sebagai simbol Air laut sebagai penetralisir utama. Karena ditujukan kepada Bhuta Kala, sesajen nya pun ditujukan ke mahluk mahluk itu dengan tujuan diberikan upah serta tidak mengganggu lagi kehidupan manusia. Selanjutnya disiram tetabuhan arak berem dalam prosesinya.
“Nah sekarang kita diskusikan soal kreasi jenis nasi wong wongan. Menurut Saya, tingkat imajinasi, seni dan kreasi setiap orang berbeda beda. Namun yang sama adalah soal ketulusan, keseriusan dan keyakinan. Dan satu lagi energi positif yang harus dilakukan adalah dilakukan dengan kegembiraan, keceriaan dan kebahagiaan. Tujuannya adalah agar suasana tidak harmonis, mara bahaya, musibah, usab merana, sasab, grubug bisa menjadi sirna,” tulisnya. Di sisi lain, bentuk wong wongan atau orang orangan tentu mengikuti orang dengan segala polahnya. Sebab filosofinya para penyebab usab sasab merana grubug itu diberikan orang orangan agar tidak mencari dan menyakiti orang yang beneran. Jadi karena bentuk nyata kelakuan orang memang beraneka macam maka bentuk kreasi wong wongan bisa beraneka macam. Akhirnya Pasek mempertanyakan, apakah itu Campah? Itu kembali kepada penilaian diri sendiri. Karena yang dihadapi ini adalah Bhutakala alam Bhur yang malah berbagai kelakuan dan bentuknya jauh di bawah manusia.
Baik yang model menari, agak porno, atau serem bahkan ada juga bentuknya nggak karuan. Tapi niatnya itu simbol manusia yang diberikan sebagai pengganti agar penyebab penyakit, bahaya dan lainnya tidak lagi mengganggu kehidupan manusia. “Nah khusus untuk I Bhuta Corona. tidak ada yang tahu, model wong wongan mana yang paling disenangi. Jadi janganlah kita menjadi hakim dengan latar belakang ketidaktahuan,” tuturnya. Begitu juga apakah tata warna wong wongan versi Pemprop Bali itu adalah yang paling benar? Masih perlu didiskusikan bila kita mengacu pada sastra, neptu, warna dan arah angin. Sebab arah dan warna dalam kosmologi Bali sudah diatur dengan angka ajaibnya (neptu) putih di Timur neptu 5, Merah di Selatan neptu 9, Kuning di Barat neptu 7, Hitam di Utara neptu 4 dan aneka warna di tengah dengan neptu 8. Begitu juga aksara Sang Bang Tang Ang Ing mengikutinya.
Tidak hanya itu, wewaraannya pun sudah ada dimana letak Umanis Paing Pon Wage Kliwon. “Tetapi dalam model versi Pemprop tidak mengikuti kosmologi itu. Apakah salah? Ya tidak juga. Bisa saja ada referensi lontarnya yang tidak diungkapkan. Jadi berhenti mau menjadi hakim moralitas jika kita tidak juga memegang referensi sastranya. Apalagi hanya menakar dan menilai dari kesucian diri (ya kalau benar suci). Kalau menolak dengan kreasi yang terasa agak porno, apakah kelakuan manusia sekarang dan dulu itu tidak ada unsur porno? Kosmologi dan sistem ritual di Bali menempatkannya dengan sangat realistis. Konsep Ang Ah, Lingga Yoni, kisah Celuluk dengan nyonyo ngelenteng bahkan Sanghyang Acintya pun disimbolkan komplit dengan jenis kelaminnya maskulin. Apakah itu porno? Pikiran kita yang terlalu suci atau malah kita yang terlalu parno terhadap porno,” ungkapnya.
Tambahnya lagi, Kalau menolak nasi wongwongan yang menari apakah di Bali tidak banyak manusia penari? Bukankah segehan itu sebagai pengganti manusia sebenarnya agar Sang Bhuta Kala mau menerima penggantinya dan tidak mengganggu manusia yang sebenarnya. Kembalikan kepada filosofi dasar dan tujuannya. “Jadi menurut saya tidak ada salah benar. Semua kembali kepada dirinya masing-masing. Toh juga kita tidak tahu mana yang paling pas. Bhakti itu harus tulus dan ikhlas bukan culas. Yang terpenting, jangan lupa melakukan kirtanam Mahamrtyum Jaya Mantra Mantra utama memuja Siwa selaku manifestasi Tuhan dalam bentuk.Mahapralina secara rutin dan setiap saat dalam kondisi seperti saat ini,” papar dengan menambahkan doa “OM Tryambhakam Yajamahe Sugandhim Pushti Vardanam, Urwarukaniva Bhandanan, Mrtyor Muksiya Mamritat”
Ya begitu dulu. Sekali-kali tampil jadi pedharma wacana iseng. Semoga aja bermanfaat. Dan jangan ada lagi yang kerauhan disini agar tidak sia sia ngaturang segehan nasi wong wongan kemarin malam. tra/ama