DAERAH
Kunjungan Turis Nol Persen, Pengusaha Pariwisata di Bali Desak PLN Beri Relaksasi
Denpasar, JARRAKPOS.com – Meski sudah beberapa kali mengajukan permohonan untuk penundaan pembayaran, pihak PT PLN UID Bali tetap tidak menggubris. Bahkan aliran listrik usaha pariwisata di Bali, salah satunya Toya Devasya Natural Hot Spring, termasuk di kawasan seputar Danau Batur Kintamani ini langsung diputus karena telat membayar. “Saya bukan tak mau bayar, cuma minta penundaan atau diberi kelonggaran mencicil karena kondisi lagi sepi akibat pandemi Covid-19 ini. Namun permohonan kami tak digubris, bahkan aliran listrik bulan ini langsung diputus,” ujar General Manager Toya Devasya Natural Hot Spring Dr. Ketut Mardjana saat ditemui di Denpasar, Selasa (12/5/2020) sore.
Dikatakan sejak Covid-19 ini, kunjungan wisatawan atau turis ke objek rekreasi wisata itu nol persen, sehingga tidak ada pemasukan sama sekali. Padahal pihaknya tetap harus melakukan kegiatan seperti perawatan. Sementara biaya listrik tetap tinggi. “Kalau saat operasi kami bayar listrik per bulannya sekitar Rp120 juta. Saat ini tetap harus bayar hampir Rp 80 juta. Jadi kami mengajukan penundaan bayar,” jelas mantan Dirut PT Pos Indonesia itu. Sayangnya upaya yang dilakukan mentok, karena PLN tetap memutus aliran listrik sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa. Mardjana berharap, ada kebijakan PLN untuk membantu dunia usaha dengan memberi kelonggaran waktu membayar, seperti halnya perbankan yang melakukan relaksasi bagi nasabahnya.
Mardjana yang juga Ketua PHRI Bangli ini, menambahkan para pelaku usaha yang tergabung dalam perhimpunan hotel dan restoran ini sudah pula mengajukan permohonan ke tingkat pusat (DPP PHRI). Ia berharap apa yang menjadi kendala pengusaha di tengah beban berat saat ini bisa diapresiasi sehingga pengusaha tak semakin terpuruk. Ditambahkan Mardjana, PLN melakukan pemutusan listrik sampai tunggakan dilunasi, dengan batas waktu 3 bulan sampai 20 Juni. “Kalau belum dibayarkan, gardu akan dibongkar, padahal kami sama sekali tidak ada cashflow. Kami tak berniat untuk tidak membayar, hanya minta penundaan karena kesulitan cashflow,” tegasnya Mardjana yang juga Ketua BPPD Bangli ini.
Mardjana mengaku karena pandemi Covid-19 ini, usahanya sudah 2 bulan lebih tutup, pegawai dirumahkan, sama sekali tidak ada cash flow. Dikatakan saat beroperasi, keberadaan Toya Devasya memberi kontribusi cukup banyak baik bagi PAD, ratusan karyawannya juga usaha lain yang berkaitan seperti transportasi, pengadaan makanan dan usaha lainnya. Hal senada disampaikan pelaku pariwisata di Tabanan Damara dan Sekjen Asita Bali Putu Winastra yang mengatakan kondisi. saat ini sangat memprihatinkan. Mereka berharap ada semacam stimulus dari pemerintah untuk membantu pengusaha agar bisa bangkit kembali ketika wabah ini berakhir.
Saat dikonfirmasi terpisah, General Manager PLN UID Bali, Nyoman Suwarjoni Astwa berkata lain. Pihaknya mengaku sangat sangat terpaksa melakukan pemutusan sambungan listrik. Alasannya karena belum ada kebijakan pemerintah pusat untuk memberikan penangguhan tagihan listrik pelanggan, terutama bagi usaha pariwisata di Bali. “Nggih, ampura dengan sangat terpaksa tyang putus karena belum ada kebijakan dari pemerintah pusat mengenai penangguhan tagihan rekening listrik pelanggan,” jawabnya lewat pesan singkat WhatsApp, seraya menyebutkan, PLN masih tetap harus operasi melayani masyarakat, sehingga sangat mengharapkan pemasukan dari rekening listrik pelanggan untuk membiayai operasional bulan berikutnya. bis/tim/ama