POLITIK
Made Urip Bumikan 4 Pilar Kebangsaan Warga Batu Kambing, Pulihkan Pemahaman Nilai Wawasan Kebangsaan dan Bernegara
Penebel, JARRAKPOS.com – Anggota Badan Anggaran (Bangar) MPR RI Drs. I Made Urip, M.Si kembali terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat di pelosok desa. Kali ini wakil rakyat “sejuta traktor” ini, selain menggelar simakrama juga hadir untuk terus membumikan pemahaman 4 Pilar Kebangsaan yang dipusatkan di Banjar Batu Kambing, Desa Wongaya, Kecamatan Penebel, Tabanan, Selasa (15/1/2019) malam. Sosialisasi yang bertujuan untuk memulihkan kembali wawasan sekaligus pemahaman nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara itu, didampingi Wakil Ketua Bidang Tani, Buruh dan Nelayan DPC PDIP Tabanan, Ni Made Dewi Trisnayanti, SH beserta pengurus Ranting PDIP Desa Wongaya yang dihadiri bendesa adat, para pengurus kelompok tani dan ratusan krama serta anggota STT desa setempat.
Pada kesempatan itu, Bendesa Adat Desa Pakraman Batu Kambing, I Wayan Darma Putra mengakui pemahaman nilai-nilai kebangsaan ini sangat penting bagi warga desa pakraman untuk mengantisipasi gangguan dan tekanan yang memecah belah masyarakat. “Karena itu kita menghadirkan Bapak Made Urip yang turun langsung memberikan pemahaman 4 Pilar Kebangsaan. Makanya kita beri kesempatan kepada Pak Urip bersama Bu Trisna yang sudah tidak asing bagi kita, termasuk sekehe teruna sudah tahu semua. Jika diundang pasti datang dan tidak perlu surat-suratan dan dikenal sebagai Bapak Sejuta Traktor,” bebernya seraya menyebut Made Urip selalu memperjuangan sektor pertanian dan selama 4 periode selalu konsisten membantu para petani dan krama subak di Bali, khususnya di Tabanan.
Baca juga :
Disisi lain, Ni Made Dewi Trisnayanti yang juga Caleg DPRD Tabanan Dapil III (Kecamatan Penebel dan Baturiti) di nomor urut 3 dari PDI Perjuangan ini, menegaskan selaku petugas partai mengakui Made Urip tidak henti-hentinya turun memberikan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan. Bahkan, kapan saja diminta selalu siap turun langsung bertatap muka dengan masyarakat, seperti halnya memberikan pemahaman 4 Pilar Kebangsaan sampai ke pelosok desa. “Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang terus digencarkan Pak Urip sudah sangat teruji dan terbukti bagi kader milenial harus dijiwai dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Karena kita harus memiliki kader penerus yang kokoh menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara,” tandasnya.
Sementara itu, Made Urip menegaskan selaku Anggota MPR RI diberikan tugas khusus untuk melakukan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang digagas mantan Ketua DPR RI Taufik Kiemas ke seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke kepada seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semuanya harus tersentuh Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai tiang penyangga untuk mencintai bangsa dan negaranya yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Pancasila ini digali dari bumi Indonesia oleh Bung Karno dalam masa penjajahan dan sudah dicanangkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sekaligus ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh Presiden Joko Widodo,” tegas Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu.
Baca juga :
Menurutnya, 4 Pilar Kebangsaan sangat penting disosialiasikan ke seluruh elemen masyarakat. Termasuk UUD 1945 yang sudah diamandemen beberapa kali harus juga dipahami oleh masyarakat. Makanya 4 Pilar Kebangsaan ini dirasakan sangat penting, demikian juga NKRI harus menjadi harga mati karena sejengkal pun tanah air harus dipertahankan. Sekarang tidak boleh ada pulau yang hilang dan harus diamankan terutama pulau terluar yang perlu dijaga dengan baik. “Oleh karena itu, Presiden Jokowi membangun infrastruktur dari pinggiran daerah terluar, agar mudah dijaga baik darat, laut dan udara. Ini pentingnya pembangunan infrastruktur oleh Pak Jokowi sebagai pemersatu untuk mengamankan NKRI,” tambah Ketua DPP PDI Perjuangan ini.
Caleg DPR RI Dapil Bali di nomor urut 1 dari PDI Perjuangan ini berharap, dalam konteks perbedaan suku dan agama, juga harus dihargai, seperti saat Pilkada DKI Jakarta yang selalu dikaitkan agama dan suku, semestinya tidak boleh seperti itu. Karena setiap warga negara berhak dipilih dan memilih. “Kita di Bali urusan SARA sangat bagus dan dijadikan contoh hubungan antar agama tidak menjadi persoalan, karena bisa memicu konflik horinzontal yang mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Kebhinekaan Tunggal Ika,” tandasnya seraya menutup sosialisasi itu. tim/ama
You must be logged in to post a comment Login