Connect with us

EKONOMI

Manggis Petani Pupuan Tembus Pasar Ekspor, Sayangnya Hanya Tiara Dewata Konsisten Terima Produk Lokal

Redaksi Jarrakpos

Published

on

[socialpoll id=”2522805″]


Tabanan, JARRAKPOS.com – Akhirnya petani manggis di Tabanan bisa bernafas lega. Sekitar 3 ton per hari buah manggis sudah masuk pasar ekspor ke Cina. Sebelunnya harga manggis hanya dikisaran Rp8 ribu dan sekarang sudah menyentuh angka Rp32 ribu per kilo gram. Karena pasar ekspor menginginkan buah manggis yang mulus dengan grade super, petani dituntut lebih cerdas untuk melakukan perawatan bahkan dimulai pada saat budidaya. “Sekarang petani Pupuan sangat bergembira sekali, karena manggis sekarang sudah bisa diekspor langsung ke Cina. Harga dipetani dulu 8 sampai 10 ribu tapi sekarang untuk tingkat super satu mencapai 28 sampai 32 ribu,” ungkap Petani Manggis asal Pupuan, Tabanan, I Made Sianta, Selasa (27/11/2018).

Sianta menjelaskan, buah manggis yang berukuran besar atau masuk grade super tampilan buahnya mulus dan menarik dengan tangkai segar. Sementara untuk pasar lokal yang diminati grade dua hingga ukuran bervariasi namun dengan kualitas rasa yang sama. Permintaan ekspor manggis ke Negeri Tirai Bambu setiap hari mencapai 3 ton. Dengan rincian 1 ton untuk grade 1 dan 2 ton untuk grade 2, yang sepenuhnya didukung 7 petani di Pupuan. Harga setelah di grade untuk super sekitar Rp12 ribu dan untuk lokal (biasa, red) Rp10 ribu per kilogram. Dipasaran untuk grad 2 super sudah bisa mencapai dikisaran harga Rp16 ribu per kilogram. “Produksi buah manggis kita masih banyak yang kores. Penampilan buahnya kurang menarik, padahal peluang ekspor ke Cina kuotanya belum dibatasi. Kendati demikian harga manggis di petani sebelum di grade cukup bagus Rp14 ribu,” paparnya.

Baca juga :

Advertisement

Dijajah Produk Luar Bali, Gubernur Koster Bangkitkan Produksi Tekstil dan Kain Tenun Sutra Asli Bali

Terbangunnya Sub Terminal Agrobisnis (STA) untuk pemasaran produksi buah manggis juga sangat menbantu 34 petani se-Pupuan dalam memproduksi buah manggis yang mencapai lebih dari 40 ton per tahun. Panen raya akan berlangaung dari bulan Oktober hingga Maret. Pada saat panen raya satu pohon manggis bisa memproduksi buah 400 hingga 500 kilogram. Sementara di bulan selanjutnya panen tetap ada namun jumlahnya hanya mencukupi permintaan pasar lokal. Untuk ekspor otomatis akan terhenti karena ekpor baru bisa mendatangkan keuntungan bagi eksportir dan petani dengan jumlah terendah pengiriman 1 ton. Made Sianta juga berharap kedepan pasar ekspor ke Cina membuka peluang bagi produksi buah salak gula pasir dan durian bangkok. “Harapan kedepan petani maunya bisa ekspor salak gula pasir dan duren bangkok. Tahun depan 2019 bisa kita ekspor manggis salak dan duren bangkok. Saya punya kebun salak gula pasir 1000 pohon di Pupuan, Padangan. Duren bangkok 50 pohon. ini juga akan didukung petani lainnya di Pupuan,” harapnya.

Kendati demikian, Sianta juga masih mengeluhkan kondisi pasar lokal yang masih tertutup dengan produk petani di Pupuan. Ia menilai di Bali hanya ada satu supermarket, yakni Tiara Dewasa saja yang konsisten mau menerima produksi petani lokal dengan pembayaran sesuai mekanisme bisnis. Sementara super market lainnya dikatakan belum menunjukkan keberpihakan kepada petani lokal. “Tiara Dewata satu-satunya supermarket yang menyerap dan membayar produksi petani kita. Kerjasama sudah berlangsung sejak 2004, yang lainnya malah kerap mempermainkan kita. Ambil barang namun dibayar 2 hingga 5 bulan kemudian, kasian jadinya petani kalau digitukan. Pemerintah harus mengecek super market seperti itu, masak mereka cuma mau jual buah impor padahal produksi kita kualitasnya tidak kalah. Kita punya manggis, salak durian dan mangga semua manis. Pemerintah harus turun mengecek izin usaha mereka, jual buah tapi menyusahkan dan tidak membantu petani Bali,” ungkapnya kesal.

Baca juga :

Advertisement

Pemuda Tani Ternak Remaja Mandiri Bali Dibentuk, Jadi Musuh Utama Alih Fungsi Lahan

Sembari tetap menyampaikan apresiasi kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali yang terus melakukan pendampingan kepada petani, sehingga hasil produksi bisa masuk komoditi ekspor dan diterima masyarakat karena kualitas produksi semakin baik. eja/ama

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply