Connect with us

NEWS

Masih Minim Pemahaman Ritual Perayaan Nyepi di Bali

Published

on

Ket foto : Mahasiswa S-3 IHDN Denpasar (Promovendus), I Putu Anom.


Denpasar, JARRAKPOS.com – I Putu Anom mahasiswa S-3 Program Studi Doktor pada Program Pasca Sarjana IHDN Denpasar mempersentasikan desertasinya dihadapan Sidang Senat dengan judul “Peryaan Nyepi dalam Kontek Industri Pariwisata Budaya di Wilayah Badung Selatan” di Kampus setempat, bebetapa waktu lalu. Hasil desertasi yang disampaikan pada ujian doktor pada Program Studi Ilmu Agama ini diharapkan memberikan pedoman terhadap perayaaan Nyepi yang mendukung sektor pariwisata.

Putu Anom dalam desertasinya menjelaskan, penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan filsafat (tattwa), susila (etika) dan acara (praktik-praktik upacara agama Hindu Bali) serta pariwisata budaya. Pendekatan filsafat Hindu dipergunakan mengungkap bentuk, fungsi dan makna dari ritual melasti dan tawur kasanga, dan tattwa (filsafat), susila (etika) dan acara agama Hindu Bali juga dipergunakan untuk mengungkap eksistensi perayaan hari raya Nyepi. Lebih lanjut dikaitkan dengan pendekatan pariwisata budaya, untuk menjadikan ritual melasti, ritual tawur kasanga dan hari raya Nyepi sebagai daya tarik pariwisata budaya yang bersumber dari nilai-nilai luhur Agama Hindu.

Dalam mewujudkan srada dan bhakti, umumnya Umat Hindu Bali lebih banyak mempraktikkan ajaran agamanya dalam upacara ritual panca yadnya termasuk ritual melasti, tawur kesanga yang terkait perayaan Nyepi. Secara umum pemahaman umat tentang makna filosofi (tattwa) praktik-praktik agama dinilai masih minim, karena masih banyak ada praktik-praktik ritual Hindu Bali yang berlebihan sampai melewati batas kemampuan ekonominya. Motivasi wisatawan yang berkunjung tentunya dalam mind-set pikirannya sudah ada perasaan ingin tahu (curiocity) tentang hal-hal yang otentik dan unik di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi yang tidak ditemukan di daerah asalnya atau tempat tinggalnya.

Advertisement

Hal ini yang mendorong industri pariwisata mencari peluang bisnis khususnya rangkaian perayaan Nyepi dikemas menjadi paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan karena perayaan Nyepi khususnya hari Nyepi sebagai tahun baru Saka sangat otentik dan unik dirayakan di Bali yang tidak ditemukan di daerah atau negara lain. Hingga muncullah Paket Nyepi sebagai daya tarik wisata mulai dari ritual melasti, tawur kesanga, pawai ogoh-ogoh dan momen hari raya Nyepi dalam realitanya bertemu 3 (tiga) komponen yakni Umat Hindu Bali yang melaksanakan ritual keagamaan sebagai komponen masyarakat yang berada pada dimensi spiritual yang sakral, Industri pariwisata khususnya biro perjalanan wisata yang berada pada dimensi kepentingan ekonomi yang melakukan praktik komodifikasi memprofankan ritual yang sakral.

“untuk ritual hari Raya Nyepi saya melihat perlu pemahaman yang mendalam tentang tatwa umat Hindu Bali, karena selama ini kita terhenti di tatanan ritual saja. Kita merayakan nyepi kan merayakan catur brata penyepian, selama ini wisatawan hanya dinformasikan amati geni, amati karya, amati lelanguan dan amati lelungaan jadi sebatas itu. Jadi tidak cukup sampai disitu tapi makna filosopisnya harus dijelaskan kepada wisatawan, demikian juga masyarakat kita tidak hanya terhenti pada tatanan formal sebatas hari itu. sehingga filosopis itu dipahami untuk dilaksanakan secara berkelanjutan menuju masyarakat kita jagadita dan shanti, yang damai. Bali tetap terjaga taksunya jadi industri pariwisata kita harapkan menawarkan daya tarik wisata budaya jangan keluar dari konteks itu , harus tetap menghormati budaya kita yang sakral,” papar Anggota BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten Badung asal Desa Kapal, Mengwi ini.

Industri pariwisata menawarkan paket Nyepi sebagai daya tarik wisata karena industri pariwisata harus kreatif untuk membuat paket-paket wisata yang menarik bagi wisatawan. Hal ini bisa dipahami karena transturisme hendaknya dilihat sebagai sebuah spirit yang berdimensi etis yang merupakan hasrat bersama untuk saling menguatkan (menyama braya) dengan keyakinan masyarakat Hindu Bali. Hal ini harus dipahami karena turismemorfosis sebagai proses perkembangan yang tidak dapat dicegah namun dapat dikreasikan atau diadaptasikan sejalan dengan perkembangan zaman untuk mampu bertahan, bersaing dan mempersiapkan strategi-strategi pembangunan pariwisata Bali ke depan secara harmonis. Untuk itu diperlukan kompromi dari semua pihak baik tokoh-tokoh Hindu Bali, masyarakat Hindu Bali, industri pariwisata dan Pemerintah Daerah untuk bisa menyusun dan membuat keputusan agar keberlajutan praktik-praktik agama Hindu Bali bisa bersinergi dengan aktivitas pariwisata di Bali. eja/ama

Advertisement
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Advertisement

Tentang Kami

JARRAKPOS.com merupakan situs berita daring terpercaya di Indonesia. Mewartakan berita terpercaya dengan tampilan yang atraktif dan muda. Hak cipta dan merek dagang JARRAKPOS.com dimiliki oleh PT JARRAK POS sebagai salah satu perusahaan Media Cyber di unit usaha JARRAK Media Group.

Kantor

Jl. Danau Tempe No.30 Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Denpasar – Bali Kode Pos: 80227
Tlp. (0361) 448 1522
email : [email protected]

Untuk pengajuan iklan dan kerja sama bisa menghubungi:
[email protected]