DAERAH
Miris Dinkes Indramayu tidak Mempunyai Alat Fogging yang Presentatif.
INDRAMAYU JarrakPos.Com- Seiring dengan mulai datangnya musim penghujan di wilayah kabupaten Indramayu menimbulkan masalah klasik yang menghantui sebagian warga Indramayu, bukan hanya bahaya banjir tetapi adanya ancaman demam berdarah, hal ini tidak bisa dipungkiri dimana bila datangnya musim hujan perkembamgan jentik nyamuk mengalami peningkatan secara signifikan apalagi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) yang menggigit manusia dengan membawa virus dengue.
Selain itu ada beberapa faktor -faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena DBD adalah:
1.Tinggal di daerah tropis atau subtropis, seperti Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Karibia
2.Tinggal di daerah rawan banjir
3.Memiliki riwayat terinfeksi DBD sebelumnya
4.Usia di bawah 15 tahun
Untuk mencegah penularan DBD, Anda dapat:
1.Menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan
2.Menguras genangan air di sekitar rumah, seperti pot, drum, atau toren air
3.Menutup atau menyisihkan benda-benda yang berpotensi menimbulkan genangan air.
4.Menaburkan bubuk abate.
5.Melakukan vaksinasi DBD.
6.Mengkonsumsi makanan yg sehat, istirahat yg cukup dan olah raga.
Kabupaten Indramayu yang terletak dipinggir pantai sangat rentang akan bahaya DBD, seperti yang dikeluahkan beberapa kepala desa diIndramayu yang masyarakatnya terkena DBD.
Menurut kepala desa Brondung Nendi saat ditemui ” benar beberapa minggu yg lalu ada warganya terkena DBD dan sudah melaporkan ke Puskesmas Pasekan dan Dinkes Indramayu namun sayang sampai dengan saat ini belum mendapar tindakan, menurut pihak Dinkes biaya melakukan fogging itu bisa mencapai Rp.10.000.000 perdesa dan saat ini biaya tersebut tidak ada” ujarnya.
Lain lagi cerita kepala Desa Pabean Udik kecamatan Indramayu Samsul ” karena ada warganya yg terkena DBD maka selain melaporkan kejadiaan tersebut ke Puskesmas Margadadi dirinya mengajak para masyarakat untuk melakukan fogging secara swadaya dengan kesepakatan semua rumah harus di fogging dan biaya ditanggung bersama, pada akhirnya masyarakat desa kami mau melakukan fogging dengan biaya swadaya dari pada menunggu dari pihak Dinkes Indramayu yang kapan melakukannya.
Sementara itu saat ditanya ke Dinkes Indramayu melalui bagian Fogging (P2N) yang di wakili oleh Ujang saat ditemui ” bahwa alat-alat fogging yang ada di Dinkes Indramayu itu sudah berusia 20 tahun keatas dan kalau dipakai tidak akan maksimal, jadi kami sedang melakukan pengajuaan anggaran untuk membeli alat tersebut yang buatan Jerman atau Francis yang harganya sekitar Rp.40.000.000 ke atas sedangkan kalau buatan lokal sekitar Rp.20Jt – 30Jt itu mutunya kurang bagus, tetapi kalau alat fogging buatan Jerman atau Francis itu mutunya tahan lama bisa sampai 40 tahun tegas Ujang
Selain alat perlu diketahui biaya untuk 1x fogging satu desa biayanya bisa mencapai Rp.10.000.000,- yang terdiri dari pembelian obat fogging, solar , biaya makan petugas, uang lelah petugas dan lain-lain, apalagi untuk tahun 2025 anggarannya baru di ajukan dan belum turun, jadi mohon maaf kami belum bisa melalukan kegiatan fogging sesuai permintaaan masyarakat” lanjut ujang.
Seharusnya masalah kesediaan alat/atau mesin figging ini sudah diantisipasi sejak pertengahan tahun yang lalu, karena kalau dibiarkan bisa menjadikan wabah yang luar biasa dan bagian perencanaan harus jeli melihat kondisi yang ada, bukan saling lempar.******(GUS Wahyu Ratusan)******
You must be logged in to post a comment Login