POLITIK
Money Politik Memudar, Caleg Abal-Abal Terancam Dicoret di Pileg 2019
[socialpoll id=”2481371″]
DENPASAR, JARRAK POS – Kekuatan money politik pada Pileg 2019 dipastikan akan memudar, karena rakyat sudah semakin cerdas untuk memilih penyambung lidah mereka yang dinilai mampu ikut mengarahkan kebijakan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat. “Karena sekarang ruang diberikan begitu luas kepada Bawaslu dan masyarakat menghendaki wakil mereka di dewan memiliki kemampuan untuk itu, maka caleg-caleg harus benar-benar menjauhi hal-hal yang berbau money politik. Pileg 2019 akan benar-benar diawasi seluruh komponen di masyarakat, karena masyarakat sudah menghendaki mendapatkan orang-orang yang memang memahami tentang tugasnya sebagai wakil rakyat,” papar Politisi Partai Hanura Asal Sanur, Ida Bagus Ketut Kiana di Denpasar, Rabu (21/3/2018).
Kiana juga menghimbau masyarakat yang akan mengikuti Pileg mendatang untuk tidak coba-coba menggalang dukungan dengan cara money politik. Pergerakan para caleg akan menjadi sorotan karena beberapa pemilih sebelumnya yang bersikap transaksional atau prakmatis kini sudah berubah menjadi bagian dari calon pemilih cerdas di masyarakat. Sehingga bila ada tindakan yang berbau money politik dilakukan oleh calon anggota dewan maka akan berpotensi dilaporkan ke Bawaslu untuk ditindak tegas,” Mimpi anda tidak tertangkap, pasti anda tertangkap kalau bermain uang seperti waktu sebelumnya. Karena kami mencium pergerakan Pileg 2019 akan lebih bersih, siap-siap saja caleg yang membeli suara rakyat dicoret sebagai calon wakil rakyat oleh KPU,” tegas Ketua LBH Partai Hanura Bali ini.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Bali dinilai ikut memotifasi rakyat untuk benar-benar mampu memilih wakil rakyat yang mampu mewakili lidah masyarakat. Era saat ini masyarakat tidak akan banyak yang mau dibayar suaranya, Kiana mencontohkan hal yang sama juga terjadi di bidang hukum sehingga tidak sedikit pejabat pemerintahan dan anggota DPR diseret ke meja pesakitan. “Saat masyarakat semakin sejahtera penegakan hukum juga bener-bener dijalankan karena masyarakat butuh perlindungan, kenyamanan dan keamanan. Nah Pileg pun seperti itu saat masyarakat semakin sejahtera, anti sekali dengan calon-calon yang bermain di money politik,” paparnya.
Calon anggota dewan yang akan ikut bursa Pileg juga diingatkan jangan banyak tebar janji manis kepada calon pemilih atau konstituennya, karena duduk sebagai anggota dewan telah diatur dan diawasi dari sisi kewenangan dan kapasitasnya sesuai tata tertip dan etika di dewan. Calon yang dinilai vokal dimasyarakat belum tentu akan kelihatan suaranya setelah duduk sebagai wakil rakyat akibat lemahnya kemampuan yang dimiliki dalam bidang pemerintahan dan hukum. Untuk itulah output dalam setiap Pileg dipastikan akan semakin baik kedepannya, dengan kata lain setiap periode Pemilu hasil akan semakin baik seiring harapan masyarakat.
Sebagai bentuk evaluasi, pemilihan wakil rakyat dari partai politik dengan nomer urut yang berlaku sebelumnya dipandang sebagai pola yang hanya menguntungkan pihak-pihak atau calon tertentu saja sehingga calon yang benar-benar memiliki niat pengabdian justru tidak terpilih. Sementara dengan pola pemilihan saat ini, didukung kondisi ekonomi yang membaik justru menangkal cara-cara lama dalam menggalang dukungan dan suara melalui trik dan intrik berbau money politik. Sementara keterwakilan calon perempuan hingga saat ini belum menjadi polemik yang berarti, khususnya di Bali yang masih kental dengan paham kekerabatan dengan sistem patrilinial. Keterwakilan perempuan di kursi dewan kedelan tetap diharapkan akan membuat kinerja DPR makin lues dan terarah seiring komitmen dalam mewujudkan kesetaraan gender.
Tak hanya itu tokoh masyarakat Sanur ini juga menegaskan sistem Pileg saat ini juga membuka peluang lebih luas bagi masyarakat untuk menghadirkan calon yang lebih berkualitas dan paham pengelolaan tata pemerintahan dari kalangan akademisi dan para pakar,” Kalau Money politik masih jalan calon berkualitas akan tetap kalah perang, tapi inget berani dan ketahuan terbukti siap-siap saja tidak dipilih. Caleg dari partai baru juga berat, terlebih partai yang dulunya dinilai kecil seperti Hanura dan NasDem pada Pileg mendatang dinilai lebih siap tarung. Dulu suara kecil bisa jadi dewan yang akan datang akan lebih alot,” tandas Kiana. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login