EKONOMI
Nasib Orang Siapa Tahu? Akibat Corona Dipaksa Jadi Petani Muda Sukses
Denpasar, JARRAKPOS.com – Banyak terjadi pemutusan hubungan kerja akibat dampak pandemi Covid-19 atau virus Corona, membuat masyarakat Bali ada yang kembali menekuni pekerjaan sebagai petani. Seperti salah satu mantan pekerja di sektor pariwisata bernama I Made Sandi alias Kadek Melon. Dirumahkan sejak bulan Maret 2020 lalu akhirnya ia dipaksa untuk menekuni penuh aktivitas sebagai petani, dimana sebelumnya ditengah pekerjaan pokoknya hanya dijadikan pekerjaan sambilan saja.
“Sebelumnya saya seorang scurity villa di Petitenget, Kerobokan, Badung bekerja sejak 2005, imbas Covid dirumahkan bulan Maret. Dulu menjadi petani nomaden (sampingan, red), sekarang bisa fokus memproduksi. Tidak saja bertani tapi menjual kualitas dan kita tinggalkan sistem tradisional,” ujar Kadek Melon yang kini sudah menjadi salah satu petani sukses di Bali, ditemui di Pasar Tani di halaman Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat (5/6/2020).
Diceritakan Kadek Melon, sebelumnya saat masih bekerja sebagai scurity ia bersama keluarganya hanya menanam satu jenis sayuran saja seperti sayur hijau itu pun tidak lebih dari satu are. Namun sejak mulai fokus menjadi petani sejak tiga tahun lalu ia berhasil menggarap lahan seluas 75 are yang berlokasi di Banjar Munduk Andong, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Sebagai petani ramah lingkunahn ia memproduksi produk pertanian organik agar bisa diterima pasar.
“Banyak guide atau sopir pariwisata belajar bertani, cuma tiang melakukan itu sekalipun dulu punya pekerjaan pokok. Sekarang kita tidak ambil pusing dan tidak perlu belajar dari awal menjadi petani. Sekarang benar-benar mengikuti pasar lokal, harga memang dibawah sekarang. Kita tidak merasa jebol, tidak meras merugi keras karena kita bergeraknya di pertanian tradisional yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Di saat yang sama, petani muda sukses lainnya yakni, I Gusti Ngurah Putu Sunia Negara mengatakan, ia juga sebelumnya telah bekerja menjadi staf di Kantor Desa Plaga. Namun sejak lima tahun lalu lebih memilih hidup sebagai petani desa. Ia menceritakan berani meninggalkan pekerjaan dengan penghasilan gajih bulanan itu karena melihat potensi besar di sektor pertanian. Diakuinya pandemi Covid-19 membuat penjualannya menurun dan hanya menghandalkan pasar lokal. “Harga tidak masuk harga pokok produksi untuk beberapa jenis sayur,” terang petani asal Banjar Auman itu.
Mendengar keluhan dari petani Penyuluh Pertanian Madya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Probinsi Bali, Ir. I Putu Karyana, MMA pada saat yang sama menyampaikan, pihaknya terus melakukan pembinaan kepada petani. Terlebih ditengah pandemi Covid-19 tentunya produksi kebutuhan untuk restaurant dan hotel tidak perlu diproduksi banyak. Sebaliknya kebutuhan pokok masyarakat tetap diproduksi sesuai permintaa, agar hasil produksi tidak dibeli murah oleh pasar.
“Mempunyai nilai ekonomis tinggi atau yang laku di pasaran itulah yang kita bina. Agar apa yang dia (petani, red) usahakan tidak mubazir dan dipasaran tidak dinilai rendah. Dengan adanya pandemi peluang pasar ke hotel berkurang sehingga kiat dinas melaksanakan Pasar Tani,” terangnya mengajak petani tetap berjualan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat. eja/ama