Connect with us

    DAERAH

    Ngerebek Mekotek, Tradisi Unik Masyarakat Munggu Saat Kuningan

    Published

    on

    Ngerebek Mekotek, Tradisi Unik Masyarakat Munggu Saat Kuningan

    DENPASAR, jarrakpos.com – Pulau Dewata dikenal dunia, disamping karena keindahan alam dan pantainya, namun juga dikenal karena memiliki Adat dan Tradisi yang beragam dan unik.

    Adat dan tradisi tersebut tetap terjaga dari generasi ke generasi, sehingga tetap lestari sampai saat ini. Adat dan tradisi itulah merupakan magnet bagi dunia, sehingga para wisatawan dari berbagai belahan dunia sangat tertarik mengunjungi Bali.

    Salah satu tradisi diantara segudang tradisi yang masih eksis dipertahankan di Bali adalah tradisi ‘Ngerebek Mekotek’ Tradisi ini lahir dan besar serta eksis di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Tradisi ini sampai saat ini selalu dipertontonkan tiap enam bulan sekali, bertepatan dengan hari raya Kuningan.

    Yang menarik dari tradisi yang dilaksanakan tepat 10 hari setelah hari Raya Galungan ini, yakni hanya bisa dilihat di Desa Munggu. Sementara di desa-desa lainnya di Bali tidak ada.

    Advertisement

    Pada pementasan tradisi ini, ribuan laki-laki warga Desa Munggu, bergerombol ke jalan dengan membawa tongkat kayu sepanjang 3,5 meter.

    Tongkat kayu tersebut kemudian mereka jadikan satu dengan posisi tongkat berdiri membentuk seperti piramida. Gerakan ribuan pria Munggu menyatukan tongkat-tongkat kayu itu sangat gesit dan cepat. Sehingga tongkat-tongkat kayu yang berbenturan mengeluarkan suara.

    Ribuan pria Desa Munggu yang turun saat hari Raya Kuningan ini melaksanakan tradisi ‘Ngerebek Mekotek’ ini melakukannya dengan penuh semangat dengan diiringi beleganjur, meskipun dibawah terik matahari yang cukup panas.

    Pria-pria Desa Munggu tersebut mengenakan pakaian Adat Madia, sehingga mengundang daya tarik tersendiri. Dalam pelaksanaannya mereka membentuk dua kelompok, sehingga ada dua piramida dari tongkat kayu terbentuk.

    Advertisement

    Masing masing kelompok, saling menyatukan tongkat dan mengadunya dengan kelompok lain dengan cara menabraknya satu sama lain. Terlihat, ini seperti perang tongkat. Cukup berbahaya, namun keceriaan dan suka cita justru terlihat dari raut wajah tiap peserta.

    Kemudian, ada pria yang bertugas khusus menaiki piramida tongkat kayu hingga ke puncak. Sampai dipuncak, pria ini berteriak-teriak memberikan semangat laksana seorang panglima perang.

    Tokoh Adat setempat (Bendesa Adat Munggu) Made Rai Sujana menuturkan, tradisi Ngerebek Mekotek tersebur digelar sebagai prosesi tolak Bala, melindungi dari serangan penyakit dan memohon keselamatan bagi warga Munggu.

    Warga Desa Munggu meyakini, jika tradisi ini tidak dilaksanakan, maka wabah penyakit bisa menyerang warga. Semua warga turun-temurun melaksanakan tradisi tersebut.

    Advertisement

    Tradisi ‘Ngerebek Mekotek’ ini dilakukan dengan mengitari seluruh banjar yang ada di desa Munggu. Pesertanya sedikitpun tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan.

    Mengawali kegiatan, seluruh peserta berkumpul dan bersembahyang bersama di Pura Dalem Desa Munggu. Tujuannya memohon keselamatan dalam pelaksanaan tradisi tersebut.

    Usai bersembahyang di Pura Dalem, ribuan pria tersebut kemudian berkumpul di depan Pura Puseh Desa Munggu untuk memulai pelaksanaan tradisi tersebut.

    Mekotek pada mulanya digelar warga untuk menyambut kedatangan para prajurit kerajaan Mengwi selepas berperang melawan kerajaan Blambamgan di pulau Jawa. Akhirnya hal itu terus dilakukan di generasi selanjutnya.

    Advertisement

    Perayaan Mekotek di Munggu, pada awalnya menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar tidak ada yang terluka, maka pada tahun 1948 digantilah menggunakan tongkat dari kayu palet yang kulitnya telah dikupas dan menjadi halus. Kayu jenis ini terkenal keras dan kuat.

    Demikian gambaran tentang tradisi ‘Ngerebek Mekotekan‘ yang hanya ada dan tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa Munggu sebagai ritual tolak bala, yang tentu saja acap kali dipertunjukan selalu menyedot perhatian para wisatawan mancanegara.

    Jika dikupas lebih mendalam, tradisi tersebut sarat dengan ajakan kebersamaan, gotong royong dan persatuan. Karena hanya dengan gotong royong, kebersamaan dan persatuan, sesuatu kekuatan yang tak terkalahkan akan tercipta.(x)

    Oleh : I Putu Sudiartana, CEO Jarrak Media Group

    Advertisement
    Advertisement

    Tentang Kami

    JARRAKPOS.com merupakan situs berita daring terpercaya di Indonesia. Mewartakan berita terpercaya dengan tampilan yang atraktif dan muda. Hak cipta dan merek dagang JARRAKPOS.com dimiliki oleh PT JARRAK POS sebagai salah satu perusahaan Media Cyber di unit usaha JARRAK Media Group.

    Kantor

    Jl. Danau Tempe No.30 Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Denpasar – Bali Kode Pos: 80227
    Tlp. (0361) 448 1522
    email : [email protected]

    Untuk pengajuan iklan dan kerja sama bisa menghubungi:
    [email protected]