DAERAH
PATRIA Gelar Webinar Pengasuhan Alternatif Pada Anak Yang Terdampak Covid-19 Di Provinsi NTT
NTT-Jarrakpos.com| Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau di singkat PATRIA menyelenggarakan webinar membahas tentangan tata kelola data yang berperspektif anak dalam memastikan kebutuhan pengasuhan alternatif bagi anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19.
Kegiatan Webinar yang diselenggarakan oleh DPP PATRIA Bidang Perempuan, Anak dan Penyandang Disabilitas ini dilangsungkan pada tanggal 28 Agustus 2021 Pukul 10.00 WITA dan bertemakan mengambil tema “Mengembangkan Pengasuhan Alternatif Pada Anak Yang Terdampak Covid-19 Di Provinsi NTT” .
Dalam Webiner ini alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menghadirkan narasumber baik dari Provinsi NTT hingga Kementrian.
Narasumber dalam Weibinar ini, antara lain, Bapak Nahar, SH., M.Si (Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Ibu DR. Inche Sayuna, SH., M.Hum., MKn (Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT), Drg.Iien Adriany, M.Kes (Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT), Zubaedi Koteng, MAP (Child Protection Advisor Yayasan Sayangi Tunas Cilik) dan Moderator Irene Koernia Arifajar, S.IP. (Ketua Bidang Perempuan, Anak dan Penyandang Disabilitas DPP PATRIA sekaligus Pegiat di Child Protection Spesialis Wahana Visi Indonesia).
Kegiatan ini membawa diskusi yang interaktif untuk memastikan anak-
anak korban pandemic baik yang terpapar Covid-19, orang tuanya terkena Covid-19, maupun anak-anak yang kehilangan orang tuanya dan harus menjadi yatim, piatu dan bahkan yatim piatu.
Sebelumnya kita mengetahui bahwa hingga kini belum ada data pasti yang dirilis baik secara nasional maupun provinsi terkait data anak yang kehilangan orang tuanya, namun jika melihat yang dirilis oleh www.covid.go.id per tanggal 25 Agustus 2021 jumlah penderita terkonfirmasi positif Covid-19 di
Indonesia telah mencapai 4.026.837 dengan jumlah kematian sebanyak 129.293, dimana 12,9% kematian dialami oleh usia produktif yakni usia 31-45 tahun atau sekitar 16,679 jiwa dan pada usia 46-49 tahun sebanyak 36,8% atau sebanyak 45,579 jiwa.
Dari data tersebut, Kementerian Sosial
memberikan prediksi jumlah anak yang telah kehilangan orang tua sedikitnya sebanyak 11.045 anak menjadi yatim, piatu atau yatim piatu. Angka tersebut disinyalir lebih dari yang diprediksi.
Sementara di Provinsi Nusa Tenggara Timur diambil dari https://jollyfrankle.github.io/ yang menghimpun data dari Satgas Provinsi, Satgas Kabupaten di Provinsi NTT, tercatat hingga 28 Agustus 2021 di Provinsi NTT terdapat 64.380 kasus positif Covid-19 dengan jumlah kematian 1337 jiwa, (sementara terdapat perbedaan data dengan Satgas Covid-19 Provinsi NTT yang menyebut terkonfirmasi positif 51.667 dan jumlah meninggal sebanyak 1094 per 28 Agustus 2021).
Pada kedua data tidak merinci
jumlah kematian akibat Covid -19 berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Bapak Nahar, SH., M.Si. selaku Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam presentasinya menyebutkan bahwa dalam PP No 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus bagi Anak, anak-anak yang terdampak akibat Covid-19 masuk dalam kategori
anak korban bencana non alam, yang sedikitnya perlu 15 upaya dalam situasi darurat ini yakni Pencegahan, Pendataan, Pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan khusus yang
diterapkan berdasarkan tingkat risiko Covid-19 pada anak yakni risiko rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Berdasarkan Protokol Penanganan Covid-19 yang dikeluarkan Satgas Covid-19 mengenai pengelolaan data berperspektif anak, data dapat dihimpun dan dibangun kerja samanya baik dari Rumah sakit, LPKA, LPKS, PKAI, UPTD PPA/P2TP2A, PUSPAGA, Lembaga Layanan Anak hingga PATBM/KPAD di level desa. Selanjutnya pengelolaan data dan penindaklanjutan data tersebut dapat
diterjemahkan dalam SOP yang dibangun bersama di daerah dalam upaya perlindungan anak bagi anak yatim, piatu dan yatim piatu akibat dampak Covid-19. SOP tersebut dapat dikembangkan mulai dari
Proses Pengaduan, Outreach, Pengelolaan Kasus, Mediasi hingga pendampingan. Dalam menjaring data tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sudah mengembangkan Aplikasi RapidPro, yakni laporan yang bisa dilaporkan melalui Whats App dengan
kata Kunci Anak pada Nomor 0811-1950-6161.
Pelaporan melalui aplikasi tersebut dengan mengetik kata kunci ‘Anak’ selanjutnya akan dituntun dan diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
Sementara dalam Presentasi Ibu Kadis DPPPA Provinsi NTT juga mengakui adanya kesulitan dalam membangun data yang berperspektif anak, meskipun beliau juga melihat bahwa 40 persen dari jumlah
penderita Covid yang meninggal dunia di NTT merupakan usia produktif, sehingga terdapat kebutuhan data Covid-19 yang terpilah by name by addres dan sekaligus data yang dapat menyuarakan kepentingan anak.
Tantangan untuk mengembangkan data yang lebih berperspektif anak ini berada
pada sinergisitas dan keterlibatan lintas sektor dan kelembagaan. DPPPA Provinsi NTT sendiri sudah melakukan upaya pencegahan , pendampingan dan pendataan. Dalam melakukan pendataan, upaya ini terkendala karena tidak adanya perangkat sampai ke desa yang dapat mengoptimalkan upaya pendataan.
DPPA bekerja sama dengan Dinas Kesehatan yang memiliki perangkat sampai ke desa melalui kegiatan Posyandu untuk melakukan pendataan, namun dalam situasi darurat Covid-19, kekurangan tenaga kesehatan dan petugas pendataan menjadi situasi yang dilematis, apakah mau menyelamatkan nyawa dulu atau melakukan pendataan. Belum lagi perspektif yang berkembang di masyarakat bahwa kegiatan pendataan dilakukan untuk memberikan bantuan menjadi tantangan tambahan bagi DPPA. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa salah satu tantangan terbesar dari penanganan Covid-19 di Provinsi NTT adalah Tata Kelola Data Anak.
Save the Children sebagai salah satu Narasumber dalam Webinar ini menyampaiakn bahwa dalam
merespon persoalan ini telah bekerja sama dengan Kementerian Sosial dengan memberikan bantuan non tunai dan dukungan psikososial, penguatan dan dukungan bagi pekerja sosial tentang perencanaan pengasuhan bagi anak terdampak Covid-19 dan fasilitasi pertemuan koordinasi dengan kementerian/lembaga, provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta mengembangkan aplikasi
pendataan serupa melalui https://ee.humaitarianresponse.info/x/DmgPkbE4 dan layanan dukungan
psikososial melalui Chat WhatsApp Kak Ega https://shorturl.at/egrvU.
Selanjutnya untuk langkah-langkah konkrit ke depan sebagai tindak lanjut pertemuan ini, Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT mendorong untuk dinas terkait memperkuat dan mengembangkan data yang lebih bersuara bagi anak sebagai navigasi bagi pengambilan kebijakan dan perencanaan penganggaran.
Secara komitmen DPRD Provinsi NTT akan memberikan dukungan penuh bagi DPPPA Provinsi NTT untuk menyikapi isu ini namun hingga sekarang belum terdapat perencanaan program dan penganggaran yang diajukan terkait isu anak-anak yang terpapar akibat Covid-19.
Demikian pula forum diskusi pada akhirnya sepakat untuk mengembangkan pendataan yang dibangun dari setiap lembaga di Provinsi NTT. Kepala Dinas PPPA selanjutnya berkomitmen untuk mengundang para pihak terkait termasuk lintas OPD dan kelembagaan untuk membahas dan menindaklanjuti proses
diskusi diantaranya untuk mengembangkan SOP, pengembangan data, dan peran-peran daerah dalam pencegahan, pendataan, pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan khusus bagi
anak yang kehilangan orang tua dan terdampak akibat Covid-19.
Sebagai penyelenggara Webinar, PATRIA merupakan wadah perkumpulan alumni PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) yang terpanggil untuk terlibat dalam upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia. PATRIA siap bersinergi dengan segala elemen yang ada, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, insan media dan LSM yang ada di seluruh wilayah Indonesia, demi Indonesia yang lebih baik, seperti yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum DPP PATRIA Bidang Perempuan, Anak dan Penyandang
Disabilitas, Elisabeth Liu S.sos, SH, MH, dalam Bahasa Tetum “Ina Ama Maun no Bin Alin sia.. Mai ita hotu-hotu halo ita kan Indonesia diak tebes! Diak bodik lawarik iha rai Indonesia ktomak no diak bodik ema makaer ukun iha rai Indonesia hola oras ne’e to’o nima nimak.” (yang artinya: Ibu Bapa Kakak dan Adik semua.. Mari kita bersama-sama membuat kita punya Indonesia menjadi lebih baik! Baik untuk anak di seluruh Indonesia, baik untuk pemimpin masa depan Indonesia).
Jarrakpos.com/ Tim
Editor: Mario Langun
You must be logged in to post a comment Login