Connect with us

    DAERAH

    Pekerja Pariwisata Bali Hanya Bisa Hidup Hitungan Bulan

    Published

    on

    Depasar, JARRAKPOS.com – Wabah Pandemic Covid-19 yang terus berkepanjangan dampakya melumpuhkan seluruh perkonomian, baik itu sektor pariwisata di Bali maupun para pelalu UMKM. Seperti diungkapkan, Ketua PD FSP PAR-SPSI Provinsi Bali, Putu Satyawira Marhaendra, lewat cuhatan hatinya disampaikan langsung kepada Gubernur Bali, Wayan Koster serta Gugus Tugas Penanganan Covid-19 se-Bali yang ingin menyampaikan 90% lebih pekerja pariwisata Bali hanya bisa hidup dalam hitungan bulanan. Karena disamping untuk biaya hidup dan sekolah anak, mereka juga harus bayar cicilan bank, sepeda motor, KPR BTN, dan lainnya. Bahkan malah banyak pekerja untuk bisa hidup sebulan dengan mengandalkan uang tipping dari tamu (sekarang tamu sudah tidak ada dan sudah dirumahkan dan hotel tutup).

    1bl-ik#7/4/2020

    Satyawira melanjutkan, bagi pekerja yang punya usaha sampingan, seperti antar jemput anak sekolah sudah tidak beroperasi lagi, karena siswa belajar di rumah. Selain itu, pekerja yang penduduk lokal punya usaha rumah kos juga sudah ditinggal penyewa karena pekerja dirumahkan dan memilih pulang kampung begitu juga usaha laundry, warung makan maupun usaha lainya dan rata-rata kekuatan ekonomi mereka sampai tanggal 15 setiap bulannya. “Sehingga kalau sampai bulan Juni 2020 ekonomi tidak bergerak, kemungkinan para pekerja pariwisata mulai akan memilih PHK, agar pesagon bisa dipakai biaya hidup dan semoga pengusaha punya dana untuk bayar pesangon seluruh pekerjanya. Akibatnya banyak pekerja pariwisata yang terkena PHK harus bertahan untuk tetap bisa hidup tanpa ada gaji bulanan lagi,” jelasnya saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).

    1bl-bn#1/4/2020

    Satyawira berharap, pemerintah Bali bisa melakukan evaluasi menyeluruh dampak Covid-19 yang mematikan perekonomian global jangan sampai korban lebih banyak berjatuhan, karena perut lapar dan membuat angka kriminalitas bisa meningkat tajam. Ia pun menilai kalau dilihat dari penyakit, pihaknya mendapatkan info penyakit demam berdarah lebih mematikan dari Covid-19, tetapi tidak mematikan ekonomi. “Artinya kami para pekerja pariwisata ingin adanya pemisahan penanganan Covid-19, seperti virus atau penyakit yang lain dengan tanpa mematikan perekonomian. Tapi rasanya juga sulit, karena keputusannya mesti dari Pemerintah Pusat juga. Apa ada cara mengatasi covid 19 tanpa mematikan perekonomian?,” pungkasnya. tra/ama