Connect with us

    EKONOMI

    Pemerintah Panik, Industri Dituding Jadi Momok Timbulan Sampah Plastik

    Published

    on


    Denpasar, JARRAKPOS.com – Soal isu sampah plastik yang dianggap mencemari lingkungan menjadi tantangan bagi industri yang persoalan semakin komplek dibahas saat Global Packaging Konference di Nusa Dua, Rabu (6/11/2019). Pihak industri tidak tinggal diam dalam menyikapi persoalan ini dan tidak ingin dituding jadi momok penyebab terjadinya timbulan sampah plastik yang mencemari lingkungan, tentu ini menjadi tantangan industri kedepannya. Bahkan pihak industri menganggap pelarangan itu bentuk kepanikan pemerintah. “Teknologi industri kemasan terus tumbuh dan melalui kegiatan ini kalangan industri mencari teknologi yang terbaik dan belajar bagaimana produk kemasan harus bisa terlindungi disamping juga ramah lingkungan,” ungkap Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia, Hengki Wibawa.

    6Bn#Ik-18/10/2019

    Dikatakan, sadar akan kesehatan, pihak industri dituntut untuk melakukan inovasi mencari bahan yang ramah lingkungan juga aman bagi kesehatan. “Mulai berlakunya Ecommerce tak bisa dipungkiri, industri harus bisa menjadi rantai pasok yang memiliki informasi dengan menggunakan QR code dan sebagainya,” tukasnya. Kedepan ia meminta kepada kalangan industri packaging ini harus murah, jangan sampai membebani industri makanan dalam kemasan. Artinya, packagingnya murah, baik dan ramah lingkungan. “Ini kan tuntutan jaman sekarang, inovasi harus dilakukan demi keberlangsungan industri packaging itu sendiri,” tandasnya. Yang terpenting dari semua itu ialah bagaimana packaging itu ramah lingkungan, pasalnya ramah lingkungan kerap dijadikan isu keberlangsungan industri packaging, dimanapun juga.

    Baca juga : Zona TPS dan TPA Tak Jelas, Badung Tahun 2020 Darurat Sampah

    Diakui isu ini kadang-kadang salah kaprah. Contoh, sekarang perlu pakai kemasan yang mudah terurai, ramah lingkungan tapi nyatanya tidak demikian. Lantas dicontohkan, jika memiliki tempat pembuangan sampah yang tercampur semua atau yang dikenal sebagai Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang tercampur semua, bagaimana mungkin sampah akan terurai, sampah hanya akan mengendap menjadi tumpukan sampah. “Yang terbaik hari ini menurut saya adalah yang bisa di daur ulang, recycleable,” ucapnya. Indonesia sebenarnya telah memiliki teknologi daur ulang tapi bukan yang terbaik. Industri daur ulang juga ada yang dikelola secara berkelompok, tapi namanya waste management atau pengolahan sampah tidak demikian mudahnya, bahkan cenderung kompleks.

    1Th/Ik-5/9/2019

    “Kalau di negara maju sampah sudah dipilah-pilah dan edukasi soal itu jauh sebelum mereka memilah sampah seperti sekarang. Bukannya tiba-tiba mengeluarkan peraturan pembatasan penggunaan kemasan dengan alasan untuk mengurangi timbulan sampah, tapi proses tidak dilakukan,” imbuhnya. Menurutnya, inilah yang dinamakan kepanikan, pemerintah mesti berperan bukan hanya membatasi tapi bagaimana memberikan subsidi bukan kepada industrinya tapi subsidi proses daur ulangnya. “Kalau di negara maju, hal itu sudah dilakukan, pemilahan dan proses daur ulang yang disubsidi pemerintah,” katanya. tim/ama

    Advertisement