Connect with us

    POLITIK

    Pemuda Memanggil “Nu Ngora Nu Nanya”, Yanuar-Udin : Kuningan Ingin Maju Harus Punya Branding

    Published

    on

    KUNINGAN, JarrakPos.Com – Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Kuningan nomor urut 3, Yanuar Prihatin-Udin Kusnedi, memberikan jawaban paling rasional terhadap pertanyaan lima orang panelis dalam acara Pemuda Memanggil “Nu Ngora Nu Nanya” sehingga membuat decak kagum para kawula muda di Kopi Hawwu, Jumat (01/11/2024) malam.

    Yanuar Prihatin-Udin Kusnedi, menjawab pertanyaan panelis yaitu apa yang akan dilakukannya ketika menjadi Bupati Kuningan dan Wakil Bupati Kuningan periode 2024-2029.

    Yanuar Prihatin memaparkan visi dan misi Kabupaten Kuningan yang diawali dengan membentuk Branding atau ikon Kuningan. Ada beberapa pilihan untuk menentukan Branding Kabupaten Kuningan tetapi parameternya harus jelas dan logis.

    Ia memberikan lima alternatif, pertama, Kota Industri. Apakah kondisi lokalnya kompatibel atau tidak. Kemudian, geografisnya, memungkinkan atau tidak.

    Advertisement

    Bicara kota industri, Kabupaten Majalengka atau Cirebon lebih leading karena akses ke jalan tol, pelabuhan dan bandara lebih dekat. Makanya untuk Kabupaten Kuningan bukan pilihan karena membuang waktu, pikiran dan anggaran.

    “Orang akan memilih investasi industrialisasi ke Kabupaten Majalengka dan Ciirebon dibandingkan ke Kuningan,” katanya.

    Pilihan kedua, Kota Jasa dan Perdagangan, menurutnya ikon itu sudah diambil Kota Cirebon karena letak geografis perlintasan. Pilihan ini jangan dipaksakan oleh Kuningan.

    Ketiga, Kota Pendidikan, harus dipertimbangkan persaingan dengan daerah lain yang sudah puluhan tahun berinvestasi di dunia pendidikan, misalnya Bandung dan Yogyakarta.

    Advertisement

    “Jadi meng-up Kuningan sebagai kota pendidikan di masa depan kalah bersaing dengan daerah lain, sehingga tidak memungkinkan,” katanya.

    Keempat, Pusat Kerajinan Berbasis UMKM, Kuningan kalah oleh Bali karena di sana banyak warga yang ahli membuat patung dan seni ukir.

    Kemudian pilihan lainnya pariwisata. Bidang ini ada tiga klaster, pertama, berbasis alam (Gunung Ciremai). Jika orang Jakarta ditawari wisata ke Gunung Ciremai atau Gunung Bromo, orang akan memilih Gunung Bromo.

    “Artinya pariwisata berbasis alam di Kuningan persaingan dengan daerah lain sangat berat,” katanya.

    Advertisement

    Wisata alam Gunung Ciremai masih bisa dilakukan tetapi bukan sebagai Branding Kabupaten Kuningan yang menjadi ikon untuk mendatangkan peningkatan ekonomi.

    Selanjutnya, pariwisata berbasis spiritual (wisata religi) Kuningan kalah oleh Cirebon ada Gunung Jati karena tidak mungkin situs Gunung Jati dipindahkan ke Kabupaten Kuningan.

    Terakhir, pariwisata berbasis seni kreatif, kekuatannya ada pada manusianya, orisinal ide, inovasi tetapi harus ada dasar, maka lima ukuran harus dipakai.

    Terdiri dari, akar sejarahnya, mudah dipublikasi, memasyarakat, investasi murah, pasar internasional sudah terbentuk. Jika syarat ini sudah ada di Kuningan maka seni kreatifnya bisa dilakukan.

    Advertisement

    “Setelah saya mencari data ternyata pencipta tangga nada pada alat seni angklung semula pentatonis (tradisional) menjadi diatonis (modern) berasal dari Citangtu Kabupaten Kuningan,” katanya.

    Lebih lanjut Yanuar mengatakan, seni musik angklung diatonis sejak diperkenalkan ketika HUT Perundingan Linggajati, sudah bisa mendunia.

    “Jika di Kabupaten Kuningan sebagai pusat angkung di Indonesia dan berskala Internasional maka akan mendatangkan uang dari luar, mulai dari hotel, restoran, pengrajin bambu dan lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbagai sektor, ” katanya.

    Seni angklung adalah contoh yang paling berpotensi untuk digarap, dikelola dan dikembangkan menjadi aset wisata berkelas dunia, seni angklung sudah sangat memasyarakat, mudah diduplikasi dan sudah terkenal di seluruh dunia.

    Advertisement

    “Yang dibutuhkan adalah kesungguhan, konsistensi, road map yang jelas, kreativitas yang tiada henti serta membangun networking dengan berbagai pihak terkait,” katanya.

    Misalnya, lembaga pendidikan, sanggar seni budaya bahkan kegiatan di tingkat desa harus menjadi media untuk pembudayaan dan kaderisasi pelaku seni angklung.

    “Pentas dan festival seni angklung yang rutin maupun kolosal tidak sulit untuk diciptakan, untuk menarik turis manca negara. Hal ini perlu dibuat grand design yang utuh, menyeluruh, terpadu, integratif, partisipatif dan mudah untuk diterapkan,” katanya.

    Grand design pengembangan seni angklung berkelas dunia ini harus disusun untuk memudahkan semua pihak ikut terlibat dalam mengangkat popularitas Kuningan sebagai destinasi wisata favorit berkelas dunia.

    Advertisement

    Disebutkan, ada tiga hal penting untuk mendorong kemajuan suatu kabupaten. Pertama, memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia dengan visi dunia.

    Kedua, meningkatkan kualitas manusia sebagai kunci untuk memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada. Ini adalah aspek terpenting yang membuat segala hal bisa cepat berubah. Lambatnya kemajuan suatu daerah pertanda aspek manusia masih lemah.

    Kemampuan ini, imbuhnya, harus ditingkatkan melalui berbagai pelatihan, bimtek dan kursus-kursus yang khusus didesign untuk tujuan ini. Terutama di lingkungan sekolah, kampus, aparat desa, pegawai ASN, pelaku usaha, seni budaya, aktivis organisasi sosial kemasyarakatan – keagamaan dan sebagainya.

    “Fokus pada peningkatan keterampilan adalah solusi pintas paling tepat untuk mengatasi keterbatasan anggaran, fasilitas, mandeknya optimisme dan kreativitas serta potensi alam yang terbatas,”ujarnya.

    Advertisement

    Ketiga, membangun networking dengan seluruh stakeholders yang kompatibel dengan kebutuhan.

    Tiga faktor itu bisa menjadi pedoman untuk menguatkan fokus pengembangan Kuningan pada dua sektor prioritas. Pertama, sektor pariwisata yang ditopang oleh kekuatan seni budaya lokal yang berkelas dunia.

    Kemudian, masih tingginya angka kemiskinan sekitar 12,12 % dari total penduduk sekitar 1,2 juta jiwa. Angka penggangguran terbuka mencapai sekitar 9,81 % dari total angkatan kerja sebesar 530.825 orang. Belum terhitung penggangguran “tersembunyi” jumlahnya bisa lebih besar lagi.

    Tingkat pendidikan angkatan kerja didominasi oleh lulusan SD ke bawah mencapai 51,42 %. Lulusan SMP 15,82%, lulusan SMA 13,7%, SMK 8,21% dan 10,58% adalah lulusan DI / DII / DIII / Universitas.

    Advertisement

    “Hal itu menjadi perhatian kami dan angka pengangguran harus dikurangi, minimal bisa setengahnya dan lulusan sarjana lebih ditingkatkan,” kata Yanuar.

    Sementara itu, Udin Kusnedi, memaparkan persoalan air bagi kebutuhan warga masyarakat yang berada di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur.

    “Gunung Ciremai merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) masalah sulitnya air bukan hanya dialami warga Desa Cisantana tapi dirasakan juga oleh warga desa lainnya, kami akan mengoptimalkan koordinasi dengan TNGC agar persoalan ini bisa diselesaikan dengan baik,” katanya.

    Terpantau, acara itu mengundang tiga paslon yaitu Dian Rachmat Yanuar-Tuti Andriani (sesi 1), M. Ridho Suganda-Kamdan (sesi 2) tapi Kamdan tidak hadir. Yanuar Prihatin-Udin Kusnedi (sesi 3) datang pukul 20:47 dan selesai menyampaikan pemaparannya hingga pukul 22:32 WIB.

    Advertisement

    Usai dari Kopi Hawwu, Yanuar Prihatin dan Udin Kusnedi, menerima aspirasi dari perwakilan pedagang Puspa Siliwangi yang berakhir pada pukul 00:10 WIB. (Agh@n)

    Continue Reading
    Advertisement
    Click to comment

    You must be logged in to post a comment Login

    Leave a Reply