Sumatera Utara
Peningkatan SDM Kunci Utama Dalam Optimalisasi Keselamatan Penerbangan
Peningkatan SDM Kunci Utama Dalam Optimalisasi Keselamatan Penerbangan
Oleh :
ALNY MARIANY
TARUNI SEMESTER III
COURSE
TEKNIK LISTRIK BANDAR UDARA ANGKATAN – XIX
POLITEKNIK PENERBANGAN MEDAN
Seperti diketahui angka kecelakaan penerbangan di tanah air hingga tahun 2022 masih merupakan catatan pinggir kaladeiskop setiap tahunnya , selain kerugian material juga banyak memakan korban jiwa yang menyisahkan kesedihan pahit bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.
Dari tahun ke tahun selalu terdengar berita ada saja pesawat yang jatuh, semisal dari tahun 2016-2018, di Indonesia telah terjadi 35 insiden kecelakaan pesawat udara yang telah diselidiki oleh KNKT pada tahun 2019, 11 diantaranya adalah sekolah pilot atau flying school. Angka kejadian tersebut jika dipersentasekan mencapai 31,8% dari seluruh kejadian kecelakaan dan insiden selama 2 tahun terakhir. Ditambah lagi, baru-baru ini telah terjadi kecelakaan pesawat latih milik AAA yang menewaskan satu siswa di Indramayu pada 22 Juli 2019.
Berbagai faktor pun dimungkinkan menjadi penyebab kenapa pesawat terbang tersebut bisa terjatuh. Yang pada akhinya Penyebabnya diklasifikasi menjadi beberapa faktor seperti faktor alam, faktor teknologi dan faktor sumber daya manusia (SDM).
Cuaca yang kurang mendukung dalam rute suatu penerbangan merupakan salahsatu faktor yang sangat menentukan dalam upaya capaian keselamatan penerbangan, jika cuaca tidak mendukung seperti terjadinya gelombang angin yang sangat kuat maka dapat menyebabkan turbulensi pada kestabilan pesawat terbang kemudian hilang kendali /lost control hingga akhirnya pesawat terjatuh.
Faktor kedua penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang (aviation accident) adalah faktor Teknologi .
Berbicara tentang faktor teknologi sangat identik kepada kemampuan finansial (keuangan), jika maskapai suatu penerbangan memiliki modal yang mendukung , maka setiap pesawat terbangnya tentu dapat dimutahirkan pada tingkat kenyamanan yang pada akhirnya menuju optimalisasi capaian keselamatan penerbangan yang tinggi.
Demikian juga dengan fasilitas pendukung suatu di Bandar udara kemampuan finansial tersebut juga berperan penting untuk melengkapi peralatan teknologi keselamatan penerbangan. Mulai dari membangun landasan pacu (runway), teknologi komunikasi hingga teknologi layanan publik.
Faktor Utama dalam peningkatan capaian Keselamatan Penerbangan yang tak kalah penting adalah Faktor Sumber Daya Manusia (SDM).
Meski teknologi suatu pesawat terbang termutahir dan fasilitas bandara yang canggih, namun jika tidak ditopang oleh kemampuan Sumber Daya Manusia semuanya akan sia-sia juga.
Kita contohkan dalam suatu rute penerbangan dikendalikan oleh seorang pilot junior dengan jam terbang yang belum mapan ataupun bisa dikatakan masih mampu membawa pesawat latih karena baru saja tamat pengecam pendidikan pilot.
Kira-kira apa yang terjadi? , tentu jenis pesawat sangat berbeda dengan pesawat latih dan pengalaman menghadap suatu medan belum dimiliki oleh pilot junior tersebut , akhirnya pesawat bisa saja celaka.
Demikian dengan seorang petugas junior yang ditugaskan pada Air Trafic Control (ATC) dalam memandu suatu pesawat yang hendak landing atau lepas landas / take off, dengan pengalaman atau dengan kemampuan SDM yang minim tentu akan menyulitkan sang pilot berinteraksi, perintah apa yang harus dilakukan, bahkan bisa-bisa pesawat jatuh karena bertabrakan dengan pesawat lainnya karena dalam satu waktu terdapat dua pesawat dalam lintasan yang sama.
Tak kalah penting penguasaan teknologi di bidang kelistrikan Bandar udara, semisal lampu navigasi runway tidak berfungsi , kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan peralatan komunikasi tidak berfungsi, tentu dalam kondisi ini diperlukan SDM yang cukup mapan dalam menanggulangi trouble shoot gangguan kelistrikan dimaksud. Maka perlu skill yang trampil, tangkas, cekatan, tanggap dan disiplin yang tinggi untuk segera mungkin diperbaiki agar tidak terjadi kecelakaan pada pesawat udara yang hendak melakukan pendaratan yang dapat menyebabkan hilangnya ratusan nyawa manusia .
Pembentukan Sumber Daya Manusia Dalam Mengoptimalkan Keselamatan Penerbangan
Berbicara tentang pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam optimalisasi Keselamatan Penerbangan , maka kemampuan SDM di bagian ini dapat diperoleh dari 2 (dua) sumber, yakni dari Pendidikan formal dan Pendidikan yang diperoleh dari hasil Pengalaman.
Pendidikan Formal
Pendidikan formal di bidang keselamatan Penerbangan tentu diperoleh dari berbagai lembaga pendidikan yang menyajikan ilmu Penerbangan seperti Politeknik Penerbangan Medan, Politeknik Penerbangan Surabya , STPI Curug d.l.l.
Selain Program studi yang dibidangi, tentu lembaga pendidikan Penerbangan juga memasukkan materi pendidikan tentang keselamatan penerbangan, hal ini merupakan ilmu dasar yang sangat penting yang harus dikuasai oleh seorang pelajar/ peserta didik untuk menghadapi dunia kerja nyata nantinya.
Pendidikan Keselamatan Penerbangan ini diperoleh dari pembangunan pembentukan karakter seorang pelajar yang diimplementasikan sistem Ketarunaan.
Ketarunaan
Tak jarang orang umum bertanya , kenapa sih sekolah yang tidak ada kaitannya dengan militer sistem pelajarannya harus mencontoh sistem pendidikan kemiliteran, bahkan ada yang menyebutkan dengan bahasa ironi, “ gila-gila militer padahal bukan militer”.
Seperti pepatah mengatakan “Tak Kenal Maka Tak Sayang” , nah, jika masyarakat umum mengetahui apa itu pendidikan semi militer yang lebih dikenal dengan pendidikan Ketarunaan , dan apa tujuan nya Pendidikan Ketarunaan diterapkan pada sistim pendidikan Non – Militer, tentu masyarakat akan maklum dan setuju pendidikan Ketarunaan diterapkan dalam sistim pendidikan Non – Militer.
Intinya Pendidikan Ketarunan adalah untuk membentuk Karakter para pelajar, mahasiswa yang akan menghadapi dunia kerja nyata kelak setelah tamat dari lembaga pendidikannya tersebut.
Karakter ini tentu berkaitan dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh dunia kerja nyata nantinya, karena dalam proses pembentukan karakter ada bagian dari pembentukan kedisiplinan , kesiagaan, kesenioran dan lain sebagainya.
Nah, dalam dunia kerja tentu sangat diperlukan apa itu yang disebut dengan disiplin, semisal seorang pilot, jika tanpa disiplin kerja yang tinggi maka akan bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam mengoperasikan pesawat terbang yang dapat menghilangkan banyak nyawa.
Demikian dengan seorang teknisi listrik bandar udara, tanpa kedisiplinan kerja yang tinggi, selain mencelakakan dirinya, juga dapat mencelakakan orang banyak, tanpa kesiagaan yang tinggi dari seorang teknisi listrik Bandar udara, padamnya listrik di dalam instrument alat komunikasi yang sedang memandu traffic sebuah pesawat terbang yang hendak mendarat maka komunikasi kru ATC dengan Pilot akan terputus dan bisa menyebabkan pesawat tabrakan dengan pesawat lainnya atau terjatuh karena salah masuk koordinat .
Kedisiplinan seorang teknisi pemeliharaan pesawat udara juga sangat diperlukan dalam menentukan keselamatan penerbangan, jika seorang teknisi pemeliharaan pesawat udara tidak disiplin maka pesawat yang seharusnya tidak layak terbang lagi akan dengan lalai mengizinkan pesawat itu terbang dan akhirnya terjadilah kecelakaan penerbangan.
Sekarang banyak Perguruan tinggi, SMA, dan SMK yang Menganut Sistem Ketarunaan.
Ketarunaan adalah sistem pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi, SMA, dan SMK. Ketarunaan memiliki arti sebagai sistem pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip militer yang bertujuan untuk Membentuk Karakter.
Tentu saja prinsip militer yang diterapkan bukanlah militer murni, karena sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi, SMA, dan SMK ditujukan untuk pegawai di lingkungan sipil, Perusahaan, Mililiter, dan Dunia Wirausaha. Namun, untuk sebagian PTK yang berkewarganegaraan militer (contoh: Akmil, AAU, AAL), prinsip yang diterapkan murni militer, karena lulusannya akan berkecimpung di bidang tersebut.
Membangun karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh karena itu ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga, sekolah, dan komunitas.
Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi.
Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik.
Kedua, memiliki kecintaan terhadap kebaikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk perbuatan kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai musuh.
Ketiga, anak mampu melakukan kebaikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; rasa hormat dan santunan; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmen nya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup.
Membangun karakter yang efektif, ditemukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua anak menunjukkan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting
Ketarunaan memiliki beberapa aspek, antara lain:
– Seragam yang didesain khusus dengan atribut-atribut tertentu.
– Kerapian (rambut, kerapian pakaian dan sepatu).
– Senioritas yang tinggi.
– Kegiatan fisik yang padat.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua Perguruan Tinggi, SMA, dan SMK semi militer memiliki aspek-aspek di atas. Sebagian memiliki beberapa poin tertentu yang dihilangkan, ataupun ditambahkan. Sebagai contoh, STIS merupakan PT semi militer, namun tidak terdapat aspek kegiatan fisik dan asrama; Bea Cukai STAN tidak memiliki aspek asrama; STSN memiliki seluruh aspek semi militer, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Pendidikan Ketarunaan yang di didalamnya terdapat Pembangunan Karakter seorang taruna/i merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam upaya optimalisasi Keselamatan Penerbangan untuk meminimalisir terjadi Kecelakaan Penerbangan , di samping pemutahiran peralatan teknologi yang lebih canggih dan mampu mendeteksi dini penyebab dari suatu kecelakaan penerbangan.
————iiiiiiii————
You must be logged in to post a comment Login