Connect with us

DAERAH

Pernyataan Gubernur Salah Sasaran, Cabai Subak Buluh Hanya Terserang Fusarium

Published

on

Ket foto : Kabid Tanaman Pangan dan Holtikulturan Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Perkebunan Provinsi Bali I Wayan Sunarta saat mengecek gagal panen cabai ke Subak Buluh, Desa Guwang, Sukawati, Gianyar, Senin (23/7/2018).


Denpasar, JARRAKPOS.com – Sorotan Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Parta yang memicu pernyataan Gubernur Made Mangku Pastika yang terkesan meremehkan kalangan Akademisi Unud, terkait gagal panen hektaran cabai di Subak Buluh, Desa Guwang, Sukawati, Gianyar ternyata salah sasaran. Padahal lahan cabai tersebut hanya terserang wabah serangan penyakit layu Jamur Fusarium. Hal itu dipastikan ketika Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Perkebunan Provinsi Bali langsung mengecek ke lapangan bersama Akademisi Dr. Luh Kartini dan Nyoman Parta ke Subak Buluh, Desa Guwang, Sukawati, Gianyar, Senin (23/7/2018).

Menurut Kabid Tanaman Pangan dan Holtikulturan Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Perkebunan Provinsi Bali I Wayan Sunarta setelah lahan cabai yang terserang penyakit layu dicek ada beberapa tanaman yang layu akibat Jamur Fusarium. Namun dipastikan hanya beberapa petak lahan atau 3 persen saja yang bermasalah dari 12 hektar lahan cabai yang ditanam Subak Buluh. “Jamur ini menjadi faktor penyebab, sehingga kondisi tanahnya tidak optimal dan jika tidak sehat yang menyebabkan tanaman cabai akan layu,” bebernya ditemui di Denpasar, Selasa (24/7/2018).

Padahal sebelum jamur mewabah, para petani sudah dikasi tahu, agar tidak rugi bertani sejak tahun 2017 lalu sudah diberikan teknologi penanaman cabai beserta alat bantuan secara lengkap, termasuk pupuk organik yang tahan jamur itu di lokasi kejadian. “Tapi kenapa petani tidak mau lagi menerapkan lagi teknologi itu? Namun kita tetap maklum, sehingga akan dilakukan gerakan pengendalian penyakit layu Jamur Fusarium. Besok (Rabu, red) akan dilakukan pencabutan dan penyemprotan fungisida di tanaman yang sehat dengan melibatkan seluruh subak. Akan kita lakukan gerakan secara masif,” tandasnya.

Advertisement

Dikonfirmasi terpisah, Kadis Tanaman Pangan, Perkebunan dan Perkebunan Provinsi Bali, IB Wisnuardhana membenarkan, Senin (23/7/2018) sore langsung mengumpulkan Petani Subak Buluh. Menurutnya serangam Jamur Fusarium tersebut, akibat kelembaban tinggi di bulan ini (anomali iklim). Sedangkan teknologi pembuatan guludan untuk mengatasi genangan air di lahan tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga inokulum jamur menyebar cepat melalui genangam air. “Besok (Rabu, red) akan ada gerakan massal pengendalian dan saya bantu fungisida mumpung serangam belum begitu luas (hanya 3%) dari total luas 12 hektar,” tegasnya.

Saat ini ada lebih dari 1.500 hektar cabai di Bali dengan lahan yang terluas di Buleleng, disusul Karangasem dan Klungkung. Namun di Kabupaten Gianyar hanya sekitar 85 hektar dan serangan Jamur Fusarium hanya ada di sekitar Guwang. “Rekomendasi kita lakukan gerakan massal pengendian dibantu dinas terindikasi tanaman yang sudah terserang dan perlakuan dengan fungisida untuk yang masih terancam,” katanya seraya menyebutkan kabupaten lain belum ada ditemukan penyakit layu ini. Mamun dipastikan setiap tahun pasti ada tanaman cabai yang terkena penyakit ini. “Dari sekitar 139 hektar total luas tanam cabai rawit hingga Juli 2018, hanya beberapa petak di Subak Buluh Desa Guwang saja yang ditemukan penyakit ini,” imbuhnya.

Sementara itu, terkait harga cabai dikatakan masih normal, meski sempat harganya fluktuatif naik turun. “Kemarin sempat jatuh harganya karena tidak ada beli,” ujarnya sembari merinci total produksi cabai tahun 2018 sekitar 29.621 ton dengan rata-rata produksi per hektar 4,6 ton. Terbanyak produksinya di Kabupaten Karangasem (11.083 ton) disusul Buleleng (7.432 ton) dan Klungkung (5,944 ton). “Permintaan untuk Bali produksinya lebih kita. Hasilnya rata-rata dibawa keluar Bali,” tandasnya.

Sebelumnya, Akademisi Unud Prof. DR. Ir. I Wayan Supartha, PH.MS menyayangan pernyataan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menanggapi intrupsi dari Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Parta terkait keluhan petani cabai di Sukawati yang terserang hama. Tanggapan Gubernur yang disampaikan pada Rapat Gabungan Antara DPR, Pansus Pertanggungajawaban Pelaksanaan APBD 2017 dengan SKPD, di Ruang Sidang DPRD Provinsi Bali, Senin (23/7) dinilai kurang pas terlebih bernuansa merendahkan dan meremehkan kalangan akademisi. “Gubernur jangan buat statemen seperti itu dulu. Mestinya melimpahkan ke dinas terkait menjawab, kebetulan Pak Wisnu tahu (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, red),” keluhnya. aka/eja/ama

Advertisement
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Advertisement

Tentang Kami

JARRAKPOS.com merupakan situs berita daring terpercaya di Indonesia. Mewartakan berita terpercaya dengan tampilan yang atraktif dan muda. Hak cipta dan merek dagang JARRAKPOS.com dimiliki oleh PT JARRAK POS sebagai salah satu perusahaan Media Cyber di unit usaha JARRAK Media Group.

Kantor

Jl. Danau Tempe No.30 Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Denpasar – Bali Kode Pos: 80227
Tlp. (0361) 448 1522
email : [email protected]

Untuk pengajuan iklan dan kerja sama bisa menghubungi:
[email protected]