PARIWISATA
Putu Anom : Pariwisata Kuatkan Tanggap Darurat Kebencanaan
Ket foto : Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) wilayah Bali, Dr. Drs. Ec. I Putu Anom B.Sc,M.Par.
Denpasar, JARRAKPOS.com – Semua masyarakat maupun wisatawan selalu menginginkan suasa aman dan nyaman, begitu halnya kondisi DTW (Daerah Tujuan Wisata). Hal ini menunjukkan pentingnya jaminan rasa aman dan nyaman agar mereka bisa menikmati kepuasan dalam aktivitas berwisata. Kondisi aman terlepas dari situasi politik, kriminalitas atau bencana alam. “Adanya gempa bumi yang beruntun menimpa Kawasan Pulau Lombok dan wilayah-wilayah pulau terdekat termasuk Bali tentu berpengaruh terhadap rasa aman dan nyaman wisatawan, apalagi kebanyakan pusat-pusat akomodasi di kawasan tersebut ada di wilayah pantai,” jelas Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) wilayah Bali, Dr. Drs. Ec. I Putu Anom B.Sc,M.Par., di Denpasar, Jumat (17/8/2018).
Mantan Dekan Fakultas Pariwisata Unud ini menambahkan, bencana gempa bumi sangat sulit diprediksi sehingga pihak pemerintah khususnya BMKG harus memberikan informasikan data-data yang akurat akan adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya gempa atau bencana susulan pasca kejadian. Informasi harus sampai kepada para pengelola industri pariwisata agar secepatnya mengambil langkah-langkah menyelamatkan agar musibah yang bisa mengancam wisatawan bisa diminimalisir.
Tidak saja wisatawan yang sedang menginap atau istirahat di tempat penginapan saja, namun seluruh wisatawan yang saat kejadian sedang beraktivitas di obyek wisata. Baik yang sedang menikmati aktivitas wisata mendaki gunung (hiking), memanjat tebing (climbing), wisata trecking. Apalagi objek wisata tirta di pantai dimana babyak wisatawan ingin berenang (swimming), snockling, diving (menyelam), paraselling hingga utamanya aktifitas berlayar dengan kapal cruise yang banyak mengunjungi Pulau Tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air) di wilayah Lombok Utara yg sangat dekat dg pusat gempa.
Anggota BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten Badung ini menambahkan, pemerintah harus memperbanyak alat-alat canggih untuk peringatan dini utamanya untuk menginformasikan potensi adanya ancaman tsunami yang benar-benar masih aktif dan berfungsi optimal. Demikian pula BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) bersama tim tanggap darurat didukung pihak TNI/ Polri, Badan SAR Nasional, Palang Merah Indonesia, para medis di lapangan maupun kesiapan rumah sakit terdekat agar mampu bekerja maksimal menuaikan pengabdiannya demi kemanusiaan baik pada pra maupun pasca kejadian bencana. “Semoga para korban bencana gempa bumi cepat bisa di evakuasi dan dirawat deng baik serta korban meninggal tentu kita ikut berbela sungkawa yang mendalam kepada saudara-saudara kita maupun wisatawan,” ucap praktisi pariwisata asal Desa Kapal ini.
Kedepan amat penting dilakukan adalah adanya kepedulian pasca terjadi bencana terutama dari pihak pemerintah pusat dan daerah untuk membantu meringankan beban keluarga yang tertimpa bencana. Pengusaha pariwisata tentunya juga wajib memberikan bantuan serta pelayanan yang optimal kepada wisatawan sesuai prosedur dan kondisi yang ada saat itu. Disisi lain kita harus memaklumi tentu saja kemungkinan terjadinya penurunan kunjungan wisatawan pasca terjadi bencana gempa bumi. “Mudah-mudahan tidak terjadi bencana yang lebih parah lagi agar bisa menenangkan masyarakat dan kunjungan wisatawan kembali normal,” tutupnya seraya mengingatkan wilayah-wilayah di Indonesia yang terletak di jalur gempa memerlukan perencanaan model pembangunan rumah-rumah masyarakat, gedung-gedung dan bangunan fisik, fasilitas pariwisata yang tahan gempa atau minimal kemungkinan kerusakan bangunan bisa diminimalisir. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login