Connect with us

    NEWS

    Ray Sukarya : Kebijakan Pemerintah Jangan Tumpang Tindih, Peternak Mau Makan Apa?

    Published

    on

    Denpasar, JARRAKPOS.com – Permasalahan daging jika dibiarkan terus berlarut-larut akan menjadi penyebab inflasi nasional. Apalagi ketahanan pangan nasional terpuruk dan terbukanya potensi varians virus baru Covid-19. Menyikapi kondisi tersebut, Ketua LSM Jarrak Bali, Made Ray Sukarya meminta pemerintah membijaksanai pengiriman hewan ternak, minimal babi yang hingga saat ini, belum terkena PMK, namun kondisinya malah betul-betul menjerit.

    Bahkan, Ray Sukarya menyoroti kebijakan pemerintah yang terkesan tumpang tindih, padahal pemerintah pusat sudah mengeluarkan kebijakan yang menyatakan, bahwa Bali sudah masuk Zona Hijau, lantaran hingga kini Bali sudah bebas PMK.

    Pada intinya, Ray Sukarya menyuarakan dan menampung aspirasi peternak hidup yang hewan ternaknya, seperti babi dan sapi tidak bisa dikirim keluar Bali.

    “Kebijakan itu kayak tumpang tindih, kalau masuk kesini okelah super ketat. Ini kenapa yang hidup nggak boleh, tapi yang beku boleh. Kalau nggak boleh, ya nggak bisa semua,” tegas Ray Sukarya di Denpasar, Selasa (15/8/ 2022)

    Advertisement

    Harus diketahui, bahwa ada dua pasar babi, yaitu pasar lokal dan pasar luar Bali. Biasanya pasar luar Bali inilah yang diisi pemain ekoran atau pengiriman hidup.

    “Jangan sampai, karena kebijakan yang tumpang tindih mengakibatkan semua pemain babi melemparkan babinya di pasar lokal. Bisa dibayangkan bagaimana nanti hancur leburnya harga babi,” jelas Ray Sukarya.

    Perlu diingat juga, bahwa selama ini keberpihakan pemerintah terhadap peternak babi sama sekali tidak ada, terbukti waktu virus ASF melanda Bali.

    “Satu hal lagi, yang mampu bertahan di masa Covid-19 adalah peternak babi salah satunya,” paparnya.

    Advertisement

    Namun, Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam visi misi Nangun Sad Kertih Loka Bali, menempatkan pertanian dalam arti luas menjadi prioritas utamanya. Bahkan, Gubernur Koster ingin mengangkat derajat kaum petani dan peternak Bali yang selama ini termarginalkan.

    “Jangan sampai ada kebijakan yang tidak pro rakyat sehingga visi misi beliau hanya akan menjadi slogan pemanis belaka,” tegasnya.

    Oleh karena itu, jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, Ray Sukarya khawatir kondisi ini akan menambah biaya pakan bahkan ongkos kerja akan semakin meningkat. Akibatnya, petani atau peternak mengalami kerugian hingga menembus angka milyaran rupiah.

    “Itu aduan petani ternak yang biasa jualan hidup keluar, karena sudah terlalu lama ternaknya berada di kandangnya, yang menyebabkan kebutuhan pakan ternak semakin meningkat. Bukan mereka menjadi untung malah kerugian yang didapat,” pungkas Ray Sukarya. tra

    Advertisement
    Continue Reading
    Advertisement
    Click to comment

    You must be logged in to post a comment Login

    Leave a Reply