POLITIK
Rekaman Koster Soal Reklamasi Jadi Perbincangan Pasubayan
Foto : Ilustrasi saja Rekaman Koster Soal Reklamasi Jadi Perbincangan Pasubayan Desa Adat.
[socialpoll id=”2481371″]
Denpasar, JARRAKPOS.com – Rekaman pernyataan calon Gubernur Bali Wayan Koster soal Reklamasi Teluk Benoa menjadi perbincangan hangat di antara Pasubayan Desa Adat/Desa Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Hal ini disampaikan oleh Bendesa Adat Kuta Nyoman Swarsa saat dikonfirmasi di Denpasar, Selasa (24/4/2018).
Menurutnya, pernyataan Koster itu bukan sekedar menyakiti hati rakyat Bali secara politik, tetapi perjuangan rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa. “Saya bukan menanggapi pernyataan Pak Koster secara politik. Saya tidak ada urusan dengan politik. Namun bila Pak Koster membawa persoalan reklamasi Teluk Benoa secara politik dan kemudian menganggap remeh persoalan itu maka saya yakin bahwa simpati terhadap Pak Koster akan hilang. Karena perjuangan itu sudah sangat lama dan tidak ada dukungan politik sama sekali dari Pak Koster. Jadi tolong jangan bawa masalah ini secara politik,” ujarnya.
Menurutnya, rekaman pernyataan Cagub Bali itu tersebar ke seluruh anggota Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. “Tanpa ada yang komando, tanpa ada yang pimpin. Rekaman itu tersebar baik di para aktifis tolak reklamasi Teluk Benoa maupun para anggota Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi. Dan semua menyesalkan soal itu. Zaman sekarang siapa yang bisa membendung media sosial. Semua baca. Dan semua menyesal,” ujarnya.
Para anggota Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa sudah mempelajari secara saksama rekaman itu. Mereka kini berdiskusi dan semuanya meyakini jika Koster akan mendapatkan sanksi sosial di Bali karena melecehkan perjuangan rakyat Bali yang ingin mempertahankan keutuhan alamnya, keutuhan budayanya. Koster dianggap telah menerobos budaya Bali, kesucian wilayah yang ada di Teluk Benoa.
Ia meminta agar perjuangan rakyat Bali soal Reklamasi Teluk Benoa harus dihargai. Sebagai seorang politisi senior, Koster menganggap jika dirinya mampu menyelesaikan segalanya secara super power. Dan itu hanya bisa terjadi kalau dirinya menjadi gubernur. Artinya, kalau dia tidak menjadi gubernur, maka kemampuan itu sama sekali tidak ada. “Kita bertanya, kemana Pak Koster selama ini. Katanya mendukung juga tidak. Menolak juga tidak. Tetapi membenci kalau orang demo. Terus perjuangan Pak Koster dimananya. Jangan sampai reklamasi Teluk Benoa hanya menjadi branding politik, tetapi sikapnya tetap abu-abu. Karena mendukung juga tidak, menolak juga tidak. Lalu apanya?” ujarnya.
Menurutnya, desa adat di Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa itu berjuang dengan tulus karena pertimbangan lingkungan, adat dan budaya. “Kami berjuang demi tanah kami, demi adat dan budaya kami. Dan kami tulus. Makanya reklamasi belum bisa dilakukan,” ujarnya. Swarsa menilai, jangan sampai Koster hanya menggunakan reklamasi ini untuk menaikkan popularitas, tetapi secara salah membuat pernyataan yang menyakitkan publik Bali. “Kami yakin Koster akan mendapatkan sanksi sosial yang tidak kelihatan. Banyak desa adat di Bali yang berjuang untuk reklamasi agar tidak terjadi akhirnya marah,” ujarnya. kos/ama
You must be logged in to post a comment Login