NEWS
Rekanan Proyek SPAM Provinsi Bali Ngaku Timbun Galian Tanpa Sirtu
Denpasar, JARRAKPOS.com – Dugaan “bau amis” proyek galian pipa Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Provinsi Bali di Desa Bukit Sakti menuju Desa Lokapaksa, Buleleng yang disinyalir menyelewengkan anggaran untuk penimbunan pasir dan batu (Sirtu) dibantah dengan keras oleh rekanan selaku pengawas proyek atau Quality Control PT Ris Putra Delta, Johan Eko P saat dihubungi di Denpasar, Selasa (24/9/2019). Namun pihaknya mengakui saat ini memang benar seluruh galian sementara langsung ditimbun dengan tanah urugan sisa galian. Alasannya, karena infrastruktur jalan yang sempit menjadi alasan proyek galian menimbulkan gangguan kemacetan lalu lintas yang panjang. Kondisi ini juga memaksa pelaksana proyek mengambil langkah kondisional, namun tetap diawasi secara ketat agar tidak terjadi tindakan korupsi dalam pengerjaan proyek.
Apalagi akibat tuntutan masyarakat di sekitar galian agar bisa menerapkan pengerjaan proyek secara clean construction, terpaksa secara teknis galian ditutup sementara dengan tanah urug bekas galian, sehingga pengerjaan harus kembali dilakukan menggunakan tenaga manual untuk mengganti lapisan galian dengan Sirtu serta pemadatan. “Harusnya kita langsung pakai Sirtu, kemarin kondisional harusnya metode clean contruction. Jadi kita melakukan dengan dua sistem, pertama pemasangan pipa kedua proses pemadatan Sirtu,” ungkapnya seraya mengaku pihaknya tidak menduga kondisi pengerjaan proyek tergolong cukup berat. Sehingga proses pemasangan pipa langsung disikapi dengan tindakan sementara, berupa pengurukan galian langsung setelah pipa terpasang.
Baca juga : Proyek Galian Pipa SPAM Provinsi Bali Janggal, Gunakan Tanah Urug dan Langgar Clean Construction
Ia juga mengakui dari sisi teknis upaya ini tidak menguntungkan, namun terpaksa dilakukan dengan penggalian lapisan tahap dua yang direncanakan akan dikerjakan setiap 500 meter. “Memang akan kita laksanakan secara manual karena tanah belum keras. Kita sesuaikan dengan kontur spek di gambar nanti kita gali dan kupas perbaiki lagi,” jelas pria asal Jember. Kendati demikian tetap beberapa lokasi galian langsung menggunakan sistem pengurukan sesuai spek. Hingga saat ini ada sepanjang 700 meter galian yang terpaksa secara teknis harus dikerjakan dua kali. Terkait dengan adanya galian panjang yang terbuka beberapa hari juga diakui disebabkan banyak tikungan yang memerlukan proses pengelasan cukup lama. Ditanya apakah tidak tersedia bahan urukan untuk galian sesuai spek? Justru dibantah karena telah memiliki sistem kerja terencana yang tidak memungkinkan Sirtu didatangkan langsung sementara alat berat masih bekerja akibat jalan sempit dan tingginya keluhan dari masyarakat.
Terkait pembayaran, Johan Eko mengaku belum melakukan pengajuan termin mengingat capain pengerjaan masih dalam proses penyelesaian agar sesuai dengan spek kontruksi yang disepakati. Dijelaskan panjang penanaman pipa besar sepanjang 3.474 meter, dengan ukuran pipa 18 inci dan tebal 9,5 mm. Sementara untuk pemasangan pipa kecil sepanjang 9000 meter. Ditegaskannya kembali penimbunan menggunakan tanah urug karena dalam proses pengerjaan dipastikan tidak ada penyimpangan terlebih pihaknya belum melakukan tagihan. “Penyimpangan belum, karena belum kita lakukan tagihan apapun. Tidak ada niatan yang dicurigakan karena kondisional itu tadi. Seandainya tanah itu saya siapkan di samping jalan dan ada alat jalan sudah tidak bisa kendaraan lalu lalang disana, pasti macet,” tegas pria yang mengaku baru pertama kali menangani proyek di Bali ini. eja/ama