NEWS
Sebut TNI Bak Gerombolan Ormas, Effendi Simbolon Tuai Kecaman Dari Anggota TNI di Medsos
Jakarta.Jarrakpos.com. Anggota DPR-RI/Fraksi PDI Perjuangan, Effendi Simbolon kini tuai kecaman dari Anggota TNI melalui berbagai media sosial, mereka minta politisi PDI Perjuangan itu minta maaf atas pernyataanya.
Hal ini dipicu amarah karena Politis PDI Perjuangan ini menyebut TNI sebagai bak se “Gerombolan” Ormas, Pernyataan itu dilontarkan Effendi dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi – I DPR RI
dengan Kemenhan dan TNI, di Senayan, Jakarta, Senin (5/9) minggu lalu.
Saat itu, petinggi TNI dari Panglima TNI hingga seluruh kepala staf angkatan hadir, kecuali Kepala Staf Angkatan
Darat (KSAD) Jenderal Dudung
Abdurachman.
Dadang saat itu diperintahkan Panglima TNI sedang melaksanakan tugas lain. Ketidakhadiran Dudung inilah
kemudian menyulut Effendi Simbolon
melontarkan kritiknya terhadap TNI.
Effendi mengaku ingin mendapat penjelasan dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
Menurutnya ada ketidakharmonisan antara dua jenderal bintang empat itu.
Akibat pernyataannya, seorang yang mengaku prajurit TNI Angkatan Darat (AD) bernama Kopral Dua Arif
mendesak Effendi meminta maaf secara terbuka ke publik.
“Hei, kau, Effendi Simbolon, anggota dewan Komisi I DPR RI. Saya, kopral. Saya tidak terima TNI dibilang
seperti gerombolan. Saya minta kau segera minta maaf secara terbuka kepada TNI,” kata Arif dalam
video amatir yang beredar di media sosial
Ia mengancam akan mencari Effendi sampai ke ujung dunia jika tidak segera meminta maaf secara terbuka ke publik atas pernyataan yang mengibaratkan TNI
seperti gerombolan dan ormas tersebut.
“Kalau kamu tidak minta maaf, sampai di manapun kamu akan saya cari sampai di ujung dunia. Ini Koperasi Dua Arif,” katanya.
Sementara itu, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyayangkan pernyataan Effendi itu.
Saleh menyatakan tak ada satupun negara di dunia yang militernya bersifat gerombolan, termasuk TNI.
la menyatakan selain sebagai alat pertahanan negara, TNI juga merupakan alat pemersatu bangsa. TNI adalah organisasi yang menjiwai dan dijiwai
kerakyatan, tidak ada satupun negara di dunia yang TNI atau militernya itu bersifat gerombolan, itu tidak ada,” kata Saleh dalam keterangan yang diterima.
“Yang ada TNI adalah sebagai alat dan pemersatu Bangsa. Itu perlu diingat, TNI sebagai alat pertahanan negara dan alat pemersatu bangsa, itulah kelebihan
TNI khususnya TNI AD,” imbuh dia.
Berikut pernyataan lengkap Effendi dalam RDP yang dikutip melalui youtube Komisi – I DPR RI itu:
Ketua, saya minta (rapat) terbuka, karena kita justru semua kita hadir di sini untuk dapat penjelasan dari Panglima TNI, dari Kepala Staf Angkatan Darat, bukan
dari Wakasad dan dari Menhan, kaitannya ada apa yang terjadi di tubuh TNI.
Kita agak kesampingkan soal penmbahasan anggaran ini. Anggaran sudah hampir pasti sama, mungkin
sudah gak perlu lagi dibantu. Tapi ada apa di TNI ini perlu kita. Kalau perlu, setelah kita pembahasan anggaran, kita jadwalkan nanti malam, kita hadirkan kepala Staf angkatan Darat, hadirkan Panglima TNI, untuk membahas, Kami
banyak sekali ini temuan-temuan ini, insubordinasi, disharmony, ketidakpatuhan, Ini TNI kayak gerombolan ini, lebih lebih Ormas jadinya, tidak ada kepatuhan.
Kami ingin tegas ini, jangan lupa penggerak dari pada kekuatan itu presiden dan DPR. Bukan hanya
presiden. Tanpa persetujuan DPR, Presiden tidak bisa gerakkan TNI. TNI hanya alat, hanya Instrumen.
Bapak-bapak sebagai jenderal itu hanya nakhoda sesaat, tapi selamatkan TNI nya. Ini semua fraksi prihatin ini. Ada apa ketidakpatuhan si A dengan si B.
Ini porak-poranda ini TNI.
Saya minta pimpinan, kita jalan terus dengan urusan RKA. Kalau perlu langsung kita setujui, tapi khusus
isu-isu aktual. Bukan hanya mutilasi,
adanya pembakaran dari pada mayat-mayat di papua, yang menjadi tersangka Brigien I, yang sampai sekarang
tidak bisa diproses hukum oleh institusi TNI sendiri.
Ada apa pembangkangan ini?
Kenapa terjadi pembangkangan-pembangkangan di tubuh TNI, saya kira, saya usul malam ini juga kita
rapat terbuka, jangan ada yang ditutupi.
Saya tidak ingin berpihak kepada siapa-siapa.
Sampai urusan anak KSAD pun gagal masuk Akmil pun menjadi isu. Emang kalau anak KSAD kenapa?, emang harus masuk? emang kalau anak presiden
harus masuk?. Siapa bilang itu, ketentuan apa. Ini kita harus tegas, pak.
Saya lebih tua dari bapak-bapak semua. Saya berhak bicara di sini. Jangan seperti ini, kalau ketentuan mengatakan tidak, ya tidak. Tidak ada diskresi. Apa diskresi begitu. Oh anak saya. Kenapa urusannya
memang kalau anakmu?. (red /tim)
You must be logged in to post a comment Login