DAERAH
Sengketa Dua Banjar Mencekam, Jasad Bayi di Setra Nyaris Digali
Karangasem, JARRAKPOS.com – Ketua BPW LSM Jarrak Bali, I Made Rai Sukarya kembali mengecam sengketa setra (kuburan) kembali terjadi di Bali, tepatnya di Kabupaten Karangasem. Kali ini jasad seorang bayi nyaris kembali digali warga banjar lainnya. Diketahui permasalahan ini dipicu sengketa antar dua banjar yang terjadi sejak dua tahun silam. Bahkan kejadian ini menjadi catatan kelam untuk kesekian kalinya. “Memalukan, dan sangat mencoreng citra masyarakat Bali yang semestinya bisa hidup guyup. Di zaman canggih masih saja ada permasalahan seperti ini. Kemana rasa menyama braya mereka? terus pejabat terkait kemana? dua tahun seperti ini kok tidak diselesaikan dan didamaikan serta dicarikan titik temu,” ujar Rai Sukarya, Jumat (23/8/2019).
Dari informasi kejadian berawal saat bayi dari pasangan suami istri Putu Alit dengan Kadek Ari dari Banjar Mijil meninggal Rabu, (21/8/2019), sehingga dilangsungkan penguburan sekitar pukul 19.00 Wita. Keluarga korban juga diantar warga Banjar Mijil, namun tiba-tiba ada warga dari Banjar Ipah yang tidak terima dengan kegiatan penguburan tersebut. Tak berselang lama terdengar kulkul bulus dipukul sebanyak dua kali, sehingga massa dari warga Banjar Ipah menyerang menuju kuburuan, lengkap membawa senjata masing-masing. “Saya juga mendengar ada istilah warga salah satu banjar ingin menyerang warga yang tidak diizinkan menguburkan jasad bayinya di setra tersebut. Kenapa orang lagi berduka malah digitukan. Tokoh adat dan pemuka agama disana coba duduk bersama, PHDI dan Majelis Desa Adat juga harus turun gunung tuntaskan masalah ini,” sesalnya.
Baca juga : Pentolan Ormas Berulah di Bali, Ancam Tembak Kepala Bos Sky Garden
Kejadian yang membuat warga Banjar Mijil panik dan situasi sangat mencekam, karena merasa akan diserang saat prosesi penguburan berlangsung juga menyisakan trauma bagi ibu-ibu dan anak-anak. “Pihak keluarga dan warga yang menghantar saat itu beramburan, mereka sedang diliput duka malah harus dihadapkan pada kecemasan karena merasa akan diserang dengan senjata. Dari sisi kemanusiaan tidak ada yang akan membenarkan aksi seperti ini. Tidak ada alasan masuk akal, semua harus malu, duduk bersama dan selesaikan masalah ini,” harap Rai Sukarya lanjut memaparkan sehari setelah kejadian ditemukan barang-barang yang dikubur bersama bayi (bekel) ditaruh di perbatasan desa. “Berarti kuburan sempat digali dan bekel bayi diambil lalu dibawa ke batas desa. Kok masalah kuburan saja bisa seperti ini. Sama-sama krama Bali ngiring mulat sarira, ingat suka, duka lara, pati. Kita hidup berdampingan ada susah ada senang, di saat susah mari saling membangu, kalau ada potensi ya duduk bersama menjaga adat budaya dan agama kita,” harapnya. eja/ama