DAERAH
Seorang Pria Jadi Pembunuh Bayaran demi Obati Ibunya yang Terkena Stroke
BALIKPAPAN – Dua pekerja di sebuah perusahaan alat berat di Kecamatan Kintab, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, terbang ke Kabupaten Berau di Kalimantan Timur setelah menerima tawaran untuk membunuh seorang pengusaha batu bara.
Korban bernama H Samir ditemukan tidak bernyawa dengan bekas luka jerat dan kepala memar di sebuah hutan di Berau.
Kedua pekerja itu, yakni Wahyudi (36), ayah tiga anak yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga malam di PT GSM Tanah Laut. Kemudian, Supriyadi (27), perantau asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, bekerja sebagai helper mekanik di perusahaan yang sama.
Wahyudi dan Supriyadi mengaku menerima tawaran L (inisial), warga Berau, lantaran upahnya yang besar. Alasan keduanya mirip.
Wahyudi sudah lama memerlukan uang cukup besar untuk membiayai ibunya yang stroke. Sedangkan Supriyadi merasa gaji Rp 2 juta setiap bulan tidak cukup menafkahi istri dan anaknya yang tinggal di Nganjuk.
“Uangnya (yang ditawarkan L) Rp 50 juta memang cukup besar. Tadinya untuk membiayai orangtua stroke. Saya pamit bilangnya menagih utang, tapi ibu melarang. Saya pulang, ibu meninggal,” kata Wahyudi, Senin (1/5/2017).
Mereka terbang dari Kalsel ke Berau berpura-pura menjadi calon penyewa alat berat. Mereka terlebih dulu menyepakati bertemu dengan H Samir di belakang Bandara Kalimarau, Berau, pada Sabtu (22/4/2017) pagi.
Kedua pelaku sempat berada dalam mobil Avanza milik Samir. Di dalam mobil itu, Wahyudi langsung menghabisi nyawa Samir dengan cara mencekik menggunakan tali nilon. Supriyadi sendiri bertugas menghentikan perlawanan Samir saat eksekusi berlangsung. Samir tewas seketika itu.
Wahyudi dan Supriyadi mengemudikan Avanza sambil membawa mayat Samir menjauh hingga 5 kilometer ke arah hutan. Di Jalan Poros Labanan Km 15, mereka membuang jasad Samir dengan terlebih dulu membalurinya dengan 7 kilogram kopi.
“Semua sudah disiapkan oleh Bos. Kata Bos, mayat itu ditaburi kopi biar tidak bau,” kata Wahyudi.
Selesai beraksi, Wahyudi dan Supriyadi langsung pulang ke Tanah Laut. Mereka menumpang mobil travel ke Balikpapan, lantas naik pesawat ke Banjarmasin. Keduanya menerima upah atas aksi itu.
“Semua sudah disediakan. Sampai di Kintab bekerja seperti biasa,” kata Supriyadi.
Direktur Kriminal Umum Polda Kaltim, Komisaris Besar Polisi, Hilman mengatakan, kasus ini berawal dari laporan Hj Emmy kepada polisi lantaran Samir, suaminya, menghilang.
Emmy hanya menemukan mobil yang digunakan Samir tak jauh dari bandara. Sementara Samir dinyatakan hilang.
Upaya menemukan Samir terbilang sulit. Polisi hanya mendapat petunjuk bahwa hilangnya Samir ada kaitannya dengan dua pekerja di Tanah Laut. Polisi memburu Wahyudi dan Supriyadi hingga ke Kintab.
Supriyadi dibekuk saat tidur di mess perusahaannya, Sabtu (29/4/2017). Tak berselang lama, Wahyudi ditangkap di rumahnya yang juga di Kintab.
Dalam interogasi, mereka mengakui telah menghabisi Samir dan membuangnya di hutan tak jauh dari Kalimarau.
“Kita temukan korban di hutan tidak jauh dari bandara,” kata Hilman.
Kasus tidak berhenti sampai di sini. Wahyudi dan Supriyadi mengaku disuruh L yang tinggal di Berau. Polisi menangkap L.
Polisi masih menyelidiki motif L terlibat dalam pembunuhan ini. Pasalnya, polisi mendapatkan fakta bahwa dana untuk upah atas aksi ini bukan berasal dari kantong L.
Polisi menduga masih ada pelaku lain yang mendalangi pembunuhan ini. “Masih intensif didalami. Dalam waktu dekat semoga terungkap,” kata Hilman.
You must be logged in to post a comment Login